Nadia Salsabillah seorang dokter cantik berusia 27 tahun yang ramah, baik dan juga sangat baik hati. Nadia adalah seorang mahasiswa terbaik dan berprestasi jurusan kedokteran di universitasnya saat kuliah dulu, meskipun belum menikah Nadia memiliki sifat keibuan dan sangat lembut sebagai seorang wanita.
Nadia terkenal sebagai dokter yang ahli dengan apapun, semua dokter percaya siapapun yang mendapatkan perawatan dari dokter itu akan baik baik saja.
siang itu Nadia datang menghampiri setiap pasien yang dirawat disana, ia mendatangi pasiennya satu persatu dengn senyum cantiknya.
"halo.. bagaimana kabarmu.." ucap Nadia pada seorang pasien
"baik dokter.." Nadia tersenyum cantik mendapat jawaban itu.
" Nadia kamu sudah memeriksa semuanya apa kau tidak lelah?" ucap suster Dewi.
"tidak Dewi ini sudah tugasku, jika kamu mau istirahat kamu boleh istirahat." ucap Nadia tersenyum, Dewi temannya itu hanya menggelengkan kepala dan mengikuti langkah Nadia.
Nadia sedang duduk sibuk dengan kertas kertas diatas meja, tiba tiba seseorang berteriak memanggil namanya.
"dokter Nadia... ada pasien yang terluka." ucap perawat, Nadia pun langsung berlari menghampiri pasiennya.
terlihat seorang pria menggendong anak kecil yang menangis, dengan cepat Nadia menghampiri mereka
"ada apa ini?" tanya Nadia yang melihat seorang lagi dengan tangan terluka.
"dokter pria ini terluka pada tangannya, dan anak kecil ini menangis karena kakinya terluka!" ucap seorang perawat,
"dokter obati anak itu.., urus aku nanti saja.." Nadia pun mengangguk dan menyuruh pria yang tak lain adalah Febriyan untuk masuk kedalam ruang rawat.
saat didalam ruang rawat itu Bagas terus menangis dipangkuan Febriyan melihat darah yang ada pada kakinya, Nadia pun tersenyum dengan kelucuan Bagas.
"haii siapa namamu sayang..." tanya Nadia, Bagas pun berhenti menangis mendengar suara indah Nadia.
"agas.." Nadia tersenyum mendengar suara pelat dari Bagas.
"kenapa kamu menangis memangnya ini sakit ya.." Bagas menggelengkan kepala, Nadia sibuk membersihkan luka itu dengan antiseptik.
"anak laki laki tidak boleh menangis loh.. harus kuat seperti papa nya..." Febriyan tersenyum..
"kamu pengen jadi kayak papa tidak.." Bagas menggelengkan kepala, membuat Nadia bingung.
"kenapa?"
"agas.. penen.. jadi sepelti omn Kala.." Nadia pun mencium pipi Bagas dengan gemas
"siapa om Kala itu?" Bagas mencari cari keberadaan Kara tapi tidak menemukan nya.
"papa dimana om kala..."
"om Kara ada disebelah, nanti kamu ketemu!" jawab Febriyan.
"oh.. jadi om Kala itu yang tadi ya.." Bagas pun mengangguk dengan perkataan Nadia, Nadia masih sibuk membalut luka Bagas dengan perban.
"kalau Bagas pengen jadi kayak om Kara, Bagas gak boleh cengeng, coba lihat tadi om Kara tidak menangis ya kan.." ucap Nadia tersenyum.
"iyaa.. agas gak bakal nanis lagi..." Nadia tertawa dengan itu.
"baiklah pak.. anak anda sudah baik baik saja hanya terluka kecil, saya sudah membersihkan nya dan oh iya jangan terkena air ya. jika ada apa apa bapak langsung bawa saja kemari dan saya akan memeriksanya." ucap Nadia pada Febriyan.
"iya dokter terima kasih, saya tidak akan lupa itu.." ucap Febriyan tersenyum.
"iya sama sama bapak, anak manis sekarang kamu boleh pulang." ucap Nadia mencubit pipi gembul Bagas dengan gemas.
"doktel.. siapa namanya..." Febriyan terkejut dengan perkataan Bagas, Nadia tertawa dengan itu.
"hm.. Bagas sukanya manggil dokter apa?".
"doktel cantik!" Nadia tertawa lagi.
"kenapa?"
"kalena.. doktel itu cantik..." Bagas membawa Febriyan mendekat kearah Nadia, Febriyan terkejut dengan Bagas yang mencium Nadia.
"maaf dokter, anak saya nakal, Bagas tidak boleh begitu nak..." Nadia tertawa dengan itu.
"tidak apa apa pak, namanya juga anak kecil.. nama dokter itu Nadia.." ucap Nadia membalas ciuman dari Bagas.
"baiklah pak saya permisi dulu, dadah Bagas..." Bagas melambaikan tangannya pada Nadia.
Nadia berjalan menuju tempat dimana Kara menunggu, Nadia berjalan kearah Kara. Terlihat Kara berbaring menutup matanya, Nadia mengambil anti septik dan menggapai tangan Kara. Kara terkejut ia membuka mata dan melihat Nadia disampingnya,
"pak.. silahkan duduk saya akan membersihkan luka ini.."
tanpa menjawab Kara mendudukan dirinya, Nadia mulai membersihkan luka itu. Kara meringis merasakan sakit pada tangannya, Nadia hanya melihatnya sekilas.
"kau kalah dengan keponakanmu, dia tidak merasakan sakit sama sekali saat aku membersihkan lukanya." Kara hanya diam tidak menjawab perkataan Nadia.
pria sombong. seperti ingin dicontoh? tidak baik untuk dicontoh.
Nadia membalut luka itu, dan memasang alat pada lengan Kara karena tangan Kara mengalami cedera serius. Reno masuk keruangan Kara, Kara pergi begitu saja.
"hm.. dokter terima kasih! " ucap Reno tersenyum.
"iya tuan, nanti kalau terjadi sesuatu pada tangannya bawa saja kemari lagi dan temui saya..." ucap Nadia tersenyum dan berlalu pergi.
****
jangan lupa like dan komen kalian😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
lanjutkan...
2021-07-19
0
🅺ɪོᴋᴏ❦⃟ ⃟ ࿐
ntar juga suka sama dokternya
2020-07-20
0
Yuyun Yunengsih
angukuh amat ya kr..
2020-06-20
1