Bab. 19

"Makanan itu buat di makan, bukan cuma diliatin doang." Kevin mengangkat sendok berisi nasi goreng buatannya, menyodorkan ke arah Safira.

"Buka mulut kamu," ucap Kevin meminta Safira membuka mulutnya.

"Tidak perlu, saya bisa makan sendiri," tolak Safira buru-buru mengambil sendok lain.

Kevin terkekeh melihat tingkah Safira yang selalu menggemaskan di matanya. Meskipun sampai saat ini Safira masih menggunakan bahasa formal saat bicara dengannya.

Kevin akan menunggu, sampai Safira tidak canggung bersamanya. Mungkin, selama ini sikapnya sedikit menyebalkan. Semua Kevin lakukan untuk menutupi gengsinya yang setinggi gunung.

"Anda tidak makan?" tanya Safira. Manik matanya tertuju pada satu piring nasi goreng di depan Kevin.

"Nggak." bagi Kevin melihat Safira memakan nasi goreng buatannya dengan lahap begini sudah membuatnya kenyang.

Rasa lapar yang sejak tadi menyerangnya menghilang entah kemana. Cinta memang benar-benar bisa membuat seseorang berubah menjadi tidak waras!

"Fir..."

"Iya, Pak." Safira menyahut, menyimpan sendoknya kemudian menatap Kevin. "Ada apa?"

Tangan Kevin terangkat, menyentuh sudut bibir Safira yang masih terlihat bengkak.

"Apa nggak ada kesempatan untukku mengisi hati kamu?" pertanyaan Kevin yang tiba-tiba, sontak membuat nasi goreng yang Safira makan muncrat ke wajahnya.

Ya, Safira tersedak.

Safira menepuk dadanya sembari menahan perih di hidungnya karena rasa pedas yang menjalar kesana.

"Pelan-pelan bisa kan? Dasar ceroboh!" Kevin bangkit dari duduknya, memberikan segelas air dan mengusap punggung Safira naik turun.

Safira meneguk air itu hingga tandas lalu mengusap sudut bibirnya. "Harusnya anda tidak mengatakan itu saat saya sedang makan," protesnya.

Entah mengapa berada disamping Kevin membuatnya sedikit gugup. Dadanya juga berdebar-debar.

Apa karena Safira sudah tahu perasaan Kevin yang sebenarnya?

"Mulai sekarang, ubah cara bicara kamu. Kita tidak sedang berada di kantor. Telingaku sakit mendengar kamu memanggilku dengan sebutan Pak," keluh Kevin.

Padahal, dirinya belum setua itu.

"Tidak bisa," tolak Safira. Lidahnya sudah terlalu sering berucap formal pada Kevin.

Mau dirubah seperti apapun, Safira lebih memilih nyaman memanggil Kevin seperti saat mereka berada di kantor.

"Mau aku cium?" Kevin menaik turunkan alisnya. Sengaja menggoda Safira.

"Apa hubungannya dengan ciuman? Toh kita sedang membahas yang lain kan?" Safira geram. Yang ada di pikiran Kevin hanyalah hal-hal mesum saja.

"Itu satu-satunya cara supaya kamu nurut. Sekali kamu menolak, aku bisa membuatmu jadi milikku seutuhnya," sahut Kevin tersenyum miring.

Safira merinding.

Jelas Safira tahu apa maksud ucapan Kevin. Dan sekali lagi, Safira dibuat heran dengan sikap Kevin yang selalu memaksakan kehendaknya.

"Waktu kamu nggak banyak, Fira!"

Cukup lama Safira berpikir. Akhirnya ia memutuskan untuk menuruti kemauan bosnya itu.

"Terserah kamu," sahut Safira.

Keduanya kini sama-sama hening. Jika Safira sedang asik menikmati makanan buatan Kevin. Berbeda dengan Kevin.

Pria itu malah asik menatap wajah cantik Safira. Semakin hari, Kevin semakin jatuh cinta padanya.

"Mengenai perasaan aku... "

"Ya?" Kevin menunggu jawaban dari Safira. Semoga saja kali ini wanita itu memberinya jawaban yang memuaskan.

"Aku nggak bisa, Vin."

Bahu Kevin melemas. Tangannya terkepal erat. Ternyata, tidak semua hal yang ia paksakan akan berujung memuaskan.

"Memangnya siapa laki-laki itu? Apa aku mengenalnya?" tanya Kevin.

Sejak kemarin ia dibuat penasaran tentang siapa yang berhasil mendapatkan hati Safira. Dirinya yang tampan, kaya dan mapan sama sekali tidak membuat Safira luluh.

"Ryan. Ryan Orlando," jawab Safira.

Deg.

Bak tersambar petir di siang bolong, Kevin tercengang mendengar nama Ryan. Rekan bisnis, sekaligus sahabatnya semasa kuliah dulu.

"Kamu pasti sedang berbohong supaya bisa lepas dariku, bukan?"

"Untuk apa aku bohong. Itu kenyataannya. Aku dan Ryan, kami sudah saling dekat sebelum aku kerja sama kamu. Dia bahkan pernah mengajakku berkerja di perusahaannya," kata Safira menjelaskan panjang lebar agar Kevin mengerti.

"Lalu, kenapa kamu memilih bersamaku?" tanya Kevin.

Hatinya hancur berkeping-keping mengetahui selama ini mereka berdua bermain di belakangnya.

Apa karena selama beberapa tahun terakhir Kevin terus memikirkan Keyla, wanita yang saat ini sudah menjadi istri sepupunya sendiri?

Tanpa Kevin sadari, kalau ada perempuan lain yang lebih perhatian padanya seperti Safira. Walaupun perhatian itu hanya sebatas tanggungjawab asisten pada bos.

"Itu karena... " Safira tak sanggup mengatakan alasan kenapa ia lebih memilih bekerja bersama Kevin daripada Ryan.

Tristan—ayah Kevin lah yang meminta Safira untuk tetap berada disisi Kevin.

Bahkan, Tristan memintanya di depan Daniel. Dimana saat itu, Daniel masih berada di detik-detik terakhir masa hidupnya.

Sampai sekarang, Safira benar-benar tidak tahu maksud dan tujuan Tristan memintanya menjadi asisten Kevin.

"Jawab, kenapa diam, hah?!" sentak Kevin mencengkram kedua pundak Safira sedikit kuat.

"Om Tristan. Dia alasan kenapa sampai sekarang aku masih bertahan disisi kamu. Meski aku sebenarnya muak," jawabnya sembari menatap dalam sorot mata memerah milik Kevin.

Terima kasih yang masih stay, sayang kalian banyak²... 🥰

Terpopuler

Comments

Fi Fin

Fi Fin

kasihan Kevin twrnyata pernah di tikung sama sepupunya

2024-06-23

1

Yuni Setyawan

Yuni Setyawan

ku serahkan jalan yg menyatukan Fira dan Kevin padamu Thor🤣🤣🤣

2024-05-23

0

jaran goyang

jaran goyang

𝒏𝒆𝒙𝒕

2024-05-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!