Bab. 7

Satu tegukan, dua tegukan air berhasil melewati tenggorokan Kevin. Akhirnya, perjuangan Safira tidak sia-sia.

Kevin berhasil meminum obat itu tanpa ada kalimat protes yang keluar dari bibir menyebalkannya.

"Shit! Dia memberikan obat dengan cara mencium ku? Kamu sangat licik nona Safira. Berpura-pura jual mahal tapi kamu sediri menginginkannya," ucap Kevin namun hanya dalam hati.

Bukanya marah, Kevin malah senyum-senyum sendiri seperti orang gila.

Rasa pahit dari obat yang sejak tadi Kevin rasakan entah menguap kemana. Berganti dengan rasa manis saat ia menerima kecupan langsung dari bibir wanita idamannya.

Ingin rasanya Kevin berteriak. Tapi, dia menahannya. Bisa-bisa Safira besar kepala.

"Lepas, Pak Kevin!" pekik Safira mendorong dada Kevin, dimana tubuh pria itu semakin menempel padanya.

Tidak hanya itu, Kevin bahkan mencengkram kuat pinggang dan tengkuk Safira agar ciuman itu tidak terlepas.

Ciuman pertama Kevin direnggut oleh musuh bebuyutannya sendiri saat berada di rumah dan kantor. Sementara di luar pekerjaan, mereka berdua akan bersikap tidak mengenali satu sama lain.

"Apa yang anda lakukan barusan? Anda tidak sopan!" ketus Safira menegakkan tubuhnya sembari mengusap bibirnya yang sedikit bengkak karena Kevin.

"Gak sopan kamu bilang?" Kevin terkekeh geli. Meski tubuhnya lemas, pria itu masih bisa menertawakan Safira. "Kamu duluan yang mencium ku tadi. Lupa? Haruskan aku mengirimkan salinan cctv nya padamu?" ucap Kevin panjang lebar.

Safira tak bergeming. Malas menanggapi ucapan pembual Kevin. Dia sangat arogan. Apapun yang Kevin lihat dan rasakan, semua itu harus menjadi miliknya.

Ya, setidaknya begitu.

"Saya melakukan itu karena memang anda sedang dalam keadaan darurat. Itu saja. Berhentilah sok tahu" ucap Safira. Pipinya bersemu merah.

"Siapa yang sok tahu. Aku mengatakan yang sebenarnya?" Kevin menarik pergelangan tangan Safira. Dan segera ditepis oleh wanita itu. "Kamu harus bertanggungjawab, Fira."

Safira menoleh, menatap tajam ke arah Kevin. Seandainya bos nya ini sedang tidak sakit, Safira pasti sudah meninggalkannya sejak tadi.

"Anda tidak sedang hamil. Jadi untuk apa saya bertanggungjawab?" sahut Safira sambil berjalan menuju sofa dan membereskan atas meja yang terlihat berantakan.

"Kamu terlalu naif," sahut Kevin masih kesal mendengar ucapan Safira.

Asisten pribadinya apakah benar-benar sepolos ini?

"Terserah apa yang mau anda katakan. Saya tidak peduli," kata Safira dengan kedua tangan terkepal.

Dulu, Safira hampir saja menikah dengan Sean— kakaknya akibat ulah sang ayah. Dan gagal karena ternyata kakaknya lebih mencintai wanita lain.

Mungkinkah sampai sekarang Safira masih betah menyendiri karena belum bisa move on dari kakaknya?

"Gak! Ini gak mungkin kan?" gumam Kevin dalam hati. Memikirkan Safira yang masih mengharapkan Sean membuatnya frustasi.

Kevin akan menghubungi Sean nanti, untuk memastikan dari bibir kakaknya itu langsung.

•••

Di ruangannya, Bunga nampak gelisah sambil menggigit bibir bawahmu sendiri. Wanita itu mondar mandir tidak jelas sejak tadi.

Kabar Kevin yang jatuh pingsan sudah menyebar begitu cepat ke seluruh kantor.

Tak terkecuali sampai ke telinganya.

Membuat wanita itu sangat ketakutan. Karena kecerobohannya, Kevin menderita seperti ini.

"Kamu memang bodoh Bunga! Bodoh!" umpatnya pada diri sendiri. "Bagaimana bisa kamu tidak tahu apa yang pak Kevin suka dan tidak. Jika sudah begini, aku harus apa?"

Bunga tidak mau dipecat dari perusahaan. Ia masih membutuhkan pekerjaan ini. Biaya hidup seorang Bunga lebih mahal dari segi apapun.

Sungguh, semua yang terjadi bukanlah unsur kesengajaan.

"Nona Bunga, silahkan ikut kami," ajak salah satu bodyguard Kevin.

Mendengar suara asing memanggil namanya, Bunga terkejut. Ia tak menyangka jika Kevin akan benar-benar melaporkannya ke polisi.

"Aku... aku benar-benar tidak tahu apapun." Bunga menggeleng, mencari pembelaan dan berharap seseorang agar membantunya.

"Maksud anda apa, Nona?" kata pria itu. "Tuan Kevin hanya ingin bertemu dan berbicara dengan anda. Mari ikut saya."

"Mencari ku?" Bunga menunjuk dirinya sendiri dengan bibir menganga lebar tak percaya.

Apa jangan-jangan Kevin sudah sembuh dan ingin menjadikannya calon istri seperti dalam dongeng?

Bunga tahu kalau Safira sering sekali memberikan sandwich pada Kevin untuk sarapan. Jadi, wanita itu mencoba untuk membuatnya sendiri.

Sesampai di pintu ruangan Kevin, Bunga mengetuknya. Setelah mendapat jawaban dari Kevin, ia pun masuk.

Langkah Bunga terhenti saat melihat Safira sedang duduk di pangkuan Kevin. Seakan-akan rekan kerja sekaligus sahabat kecilnya itu sedang menunjukkan posisinya.

"Murahan," gumam Bunga menatap Safira dengan tatapan penuh kebencian.

"Bunga?" Safira buru-buru turun dari atas pangkuan Kevin. Sayangnya pria itu semakin memeluknya erat. Tanpa menoleh sedikitpun ke arah Bunga.

"Kalian benar-benar membuatku muak!" batin Bunga.

Terpopuler

Comments

Eva Karmita

Eva Karmita

ngak salah Safira disebut murahan ...!!??
kamu kali yg murahan 🤪🤣🤣🤣🤣

2024-05-17

1

jaran goyang

jaran goyang

𝑎𝑞 𝑙𝑏ℎ 𝑚𝑢𝑎𝑘 𝑙𝑔 𝑙𝑖𝑎𝑡 𝑚𝑢𝑘𝑎 2 𝑘𝑎𝑢....

2024-05-17

1

jaran goyang

jaran goyang

𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔.... 𝑘𝑙𝑜 𝑔𝑘 𝑚𝑎𝑢 𝑑𝑖 𝑝𝑒𝑐𝑎𝑡... 𝑏𝑔𝑠 𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑟𝑗

2024-05-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!