"Ada apa dengan bibirmu?" tanya Bagas pada Kevin.
Melihat bibir Kevin yang sedikit bengkak membuat Bagas menahan tawanya. Tidak mungkin Kevin menggigit bibirnya sendiri, bukan?
"Kamu bisa diam?" kesal Kevin. Ia sedang tidak ingin bicara dengan siapapun. Moodnya sedang berantakan pagi ini.
"Ah, ya. Maafkan aku," sahut Bagas kembali fokus menyetir.
Sementara Safira, wanita itu nampak biasa saja setelah menyiksa Kevin di kamar mandi.
Awalnya Kevin hanya minta dimandikan. Namun, siapa sangka kalau di dalam kamar mandi Kevin melakukan sesuatu yang nekad, membuat Safira terpaksa menggigit bibirnya hingga berdarah dan sedikit bengkak.
"Untung nggak infeksi," gerutu Kevin.
"Apa anda pikir saya ini anjing gila?!" sahut Safira tak terima.
"Ck. Aku bahkan nggak menyebutmu begitu. Baguslah kalau kamu sadar diri." Kevin sengaja membuat suasana memanas.
"Semua karena ulah anda yang tidak bisa menahan diri," ucap Safira tiba-tiba. Membuat Kevin kembali mengingat hal memalukan itu.
"Jangan menertawakan aku." Kevin menyandarkan punggungnya sembari melirik Safira.
Anehnya wanita itu tidak merasa bersalah sama sekali. Entah cara apalagi yang harus Kevin lakukan supaya Safira luluh padanya.
"Saya sedang tidak menertawakan anda. Anda saja yang baper."
"Enak saja kamu bilang. Siapa yang baper? Aku hanya ingin menunjukkan padamu kalau aku—" Kevin tak melanjutkan ujarannya. Ia menutup mulutnya rapat-rapat karena hampir saja bicara keceplosan.
Bagi Kevin, mengungkapkan perasaannya lebih dulu pada wanita membuat harga dirinya runtuh. Kevin mau, Safira yang mengucapkan kalimat itu padanya.
Terdengar egois memang.
Ditolak mentah-mentah oleh wanita yang dulu Kevin cintai, membuat Kevin menutup rapat pintu hatinya.
Dan perlahan, pintu itu terbuka setelah kehadiran Safira.
Safira berbeda dengan wanita yang pernah Kevin temui sebelumnya. Dia tidak sembarangan luluh pada pria. Pendiriannya sangat tinggi.
"Buka sedikit bibir anda," ucap Safira.
"Untuk apa? Mau menggigitku lagi seperti anjing liar?" ketus Kevin. Bibirnya tidak terlihat seksi lagi karena ulah asisten pribadinya sendiri.
"Saya obati," sahut Safira mengeluarkan salep dari dalam tasnya. "Ini bisa meredakan rasa perih untuk sementara." jujur saja, Safira merasa bersalah sudah menggigit bibir Kevin.
Tapi, jika tidak seperti itu Kevin akan bersikap seenaknya sendiri.
Wanita mana yang tidak kesal saat bosnya hampir melakukan tindakan pele cehan padanya?
"Lain kali tahan dirimu dan lakukanlah setelah kalian menikah," sahut Bagas. Setelah memperhatikan keduanya, Bagas tahu apa yang terjadi pada mereka.
"Dih ogah! Siapa yang mau menikah dengannya?!" pekik mereka bersamaan, saling menunjuk satu sama lain dengan pipi memerah.
"Tentu saja kalian, siapa lagi?" Bagas menggeleng pelan. Bahkan mengelak pun mereka kompak.
Hingga tak terasa mobil yang membawa mereka kini sudah memasuki gerbang mansion keluarga Alexander.
"Kalian turunlah dulu. Aku akan menyusul nanti," ucap Bagas pada Kevin dan Safira.
Mereka berdua mengangguk bersamaan dan bergegas turun. Jika Safira sudah berjalan lebih dulu, berbeda dengan Kevin yang masih diam mematung di tempatnya.
"Saat di dalam nanti, saya harap anda bersikap sopan. Tidak peduli anda akan dijodohkan dengan siapa. Tetap tunjukkan kalau anda baik-baik saja dan menerimanya semuanya dengan ikhlas," ucap Safira panjang lebar. Tanpa Safira sadari, sejak tadi ia bicara dan berjalan seorang diri. "Kenapa anda diam? Jangan bilang kalau anda—"
"Kalau apa?" Kevin menarik pinggang Safira, membawa wanita itu ke dalam pelukannya.
"Pak, lepas!"
"Bisakah kita pulang? Aku rasa sakit perutku kambuh lagi," ucapnya dengan berbohong.
"Tidak bisa," tolak Safira.
"Kali ini saja, Fira," pinta Kevin membenamkan kepalanya di ceruk leher Safira, kemudian menggigitnya. Meninggalkan tanda kepemilikan di sana.
"Pak Kevin apa yang anda lakukan? Kita sedang berada di depan pintu masuk mansion utama." Safira mendorong Kevin, lalu menjauh darinya.
"Hukuman karena kamu sudah membuat bibirku jadi jelek," ucap Kevin sembari memojokkan tubuh Safira dan mengungkungnya dengan kedua tangan.
"Anda mau apa?" ditatap oleh Kevin dengan tatapan lapar membuat Safira risih kemudian memalingkan wajahnya.
Kevin semakin mendekat, kedua matanya terpejam saat wangi tubuh Safira menyeruak, menghampiri indera penciumannya.
Wangi yang selalu membuat pria itu candu dan ingin selalu dekat dengannya.
"Pak, nanti nyonya melihatnya," tolak Safira lagi. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang dari biasanya.
Kevin menyeringai. Ia menarik dagu Safira agar wanita itu menatapnya. Lalu mencuri satu ciuman di sudut bibir wanita itu.
"Ciumanmu sangat membosankan, Nona Safira," ucap Kevin saat ciuman mereka terlepas. "Lain kali aku akan mengajarimu cara melakukannya yang benar," imbuhnya sembari melangkah masuk ke dalam.
Safira melorot ke lantai sambil memegangi dadanya.
"A—apa itu artinya Kevin akan melakukannya lagi?" gumam Safira.
Mohon ingatkan jika banyak typo bertebaran.🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
jaran goyang
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣👌👌👌
2024-05-19
0
Yuni Setyawan
Kevin...Kevin klakuane🤦🏻♀️🤦🏻♀️🤦🏻♀️,arogant mmg🤣🤣🤣🤣
2024-05-19
1
jenny
Ijin Nampol Kevin ya kak, biar otaknya yang gesrek itu jadi lurus. 🤣🤣🤣
2024-05-19
2