NADI

NADI

Pria Menyebalkan.

Pemuda berparas tampan ini tersentak saat mendengar pernyataan dari sang ibu. Dimana sang ibu berniat akan menjodohkan dirinya dengan perempuan yang sama sekali tidak dikenal olehnya.

"Mama dan Papa sudah pilihkan perempuan yang baik untuk kamu." ujar sang ibu.

"Gak mau!..." Tegas pemuda kurus ini.

"...Dicky gamau dijodohin. Ini bukan jaman jodoh-jodoh-an lagi, ma!..." Jelas pemuda bernama Dicky tersebut. Dicky menatap sang ibu di hadapan. "...Lagian, Dicky tu udah punya Nabila, Ma. Dicky cinta sama Nabila!."

Mendengar penuturan Dicky, Wanita paruhbaya tersebut perlahan mendekati sang anak. Ia mencoba menarik nafasnya-panjang. "Sayang..." ucapnya lembut. "...Ini demi kebaikan kamu sendiri. Kamu tahu kan bagaimana Nabila bersikap sama mama ? Sama papa mu juga ?" lanjut sang ibu.

Kesal, Dicky menoleh pada sang ibu. "Ga! Dicky gamau! Dicky hanya cinta sama Nabila, Ma. Ga peduli gimanapun dia, Dicky tetep akan memilih Nabila!" Dengan sangat keras kepala, Dicky tetap menolak perjodohan tersebut.

Wanita paruhbaya itupun berpaling dari tatapan sang anak. Lagi, ia menarik nafasnya-panjang. "Baiklah. Kalau kamu mau nya begitu..." ujar wanita tersebut kembali menoleh-menatap anak semata wayangnya. "...Itu artinya kamu lebih suka lihat mama sakit terus meninggal." lanjut beliau yang kesal namun masih mencoba menahan amarahnya. Sepertinya hal ini menjadi salah satu cara terakhir, agar sang anak mau menerima perjodohan tersebut.

Tentu saja, Dicky terkejut mendengar apa yang baru saja ibu nya katakan. "Kenapa mama bicara begitu?"

"Bukankah kamu mau nya gitu ? Kamu lebih memilih pacarmu yang sudah kurang ajar sama mama dan papa daripada memilih perempuan baik-baik yang telah mama dan papa pilihkan buat kamu. Itu artinya kamu mau lihat mama sakit terus meninggal kan!?" jelas sang ibu.

"Mama jangan bicara begitu dong." Sebagai anak tentu tidak ingin melihat orangtuanya sakit lalu ....

"Kalau begitu, Kamu harus menerima perjodohan ini! Mama tidak mau kamu mendapatkan pasangan hidup seperti Nabila!." Tegas wanita paruhbaya tersebut dengan menatap anaknya.

"Tapi, Ma... " Namun Dicky masih berusaha untuk menolak dan membujuk ibu nya. "...Dicky ga kenal sama perempuan itu. Dicky ga cinta sama dia!" jelas Dicky.

Wanita baya itu sekali menghelakan nafasnya. "Dicky, dengerin mama! Mama gasuka kamu berhubungan dengan Nabila. Kamu itu cuma diperdaya sama dia. Mama gamau kamu menyesal karena kamu lebih memilih dia. Mama gamau kamu menikah terus kamu menyesal terus cerai. Mama gamau kamu seperti itu. Untuk urusan cinta, seiring waktu juga kamu bakal cinta sama perempuan pilihan mama. Mama yakin, dia lebih baik daripada Nabila. Dan suatu saat, kamu akan cinta mati sama dia." jelas sang ibu.

Dicky diam seribu bahasa mendengar perkataan panjang dari sang ibu. Dalam hati, ia masih enggan menerima perjodohan ini. Ia masih memilih Nabila dan yakin bahwa hanya Nabila lah yang terbaik untuknya bukan perempuan tersebut. Lagipula, jika ia menerima hal ini, Bagaimana dengan reaksi Nabila? Sebagai seorang kekasih, tidak mungkin Nabila akan menerima hal ini begitu saja.

***

"Enggak. Aku gamau!"

Perempuan dengan rambut panjang sepunggung ini barusaja duduk di tepian ranjang dengan kesal, setelah mendengar penjelasan dari kedua orang tua nya.

Seorang wanita baya menyusul-duduk dan mencoba menyentuh anak perempuannya itu "Sayang..."

Namun sang gadis menoleh-menatap ibu nya "Enggak, Ma! Pokoknya aku gamau!" ucap perempuan manis itu masih dengan pendiriannya. Nama nya Nasya, seorang gadis cantik nan manis yang tidak begitu perduli tentang cinta. Itu sebabnya, kedua orangtuanya memilih untuk mencarikan seorang pemuda yang akan menjadi pasangan hidupnya.

"Sayang, dengerin mama dulu!."

Nasya kembali menoleh-menatap sang ibu disebelahnya "Tapi, Ma..." rengeknya

"Mama dan Papa hanya mau yang terbaik buat kamu. Percayalah, tidak ada orangtua yang mau mencelakakan anaknya sendiri." ujar sang mama dengan lembut.

"Lagipula..." suara itu membuat Nasya dan sang ibu menoleh ke ambang pintu. Dimana disana, berdiri seorang pria baya yang tidak lain adalah ayah Nasya. "...Sejak kalian kecil. Papa dan mama juga kedua orangtua pemuda itu sudah menjodohkan kalian berdua. Papa juga yakin, dia adalah pemuda baik-baik yang bisa menjaga dan melindungi kamu."

Mendengar itu, Nasya kembali menoleh kepada ibu nya dengan ekspresi wajah merengek. Berharap agar sang ibu menuruti kemauannya untuk menolak perjodohan tersebut.

"Percaya sama Mama dan Papa!" ujar lembut sang ibu yang membuat Nasya tidak dapat berkata apapun lagi.

***

Matahari baru saja keluar dari tempat persembunyian. Cahayanya semakin tinggi, menerangi setiap sudut ruangan di kamar itu. Kicauan burung pun menyambut bahagia.

Nasya, baru saja selesai dengan tas nya. Ia berjalan menuruni anak tangga tak jauh dari kamarnya. Lalu bergegas menuju ruang makan. Dimana disana sudah ada Papa dan Mama nya.

Sang ibu menoleh, setelah meletakkan piring kecil diatas meja. Beliau tersenyum menatap anak perempuannya sudah berada disana. "Pagi sayang."

"Pagi Ma, Pagi Pa." ucap Nasya sembari duduk dan meletakkan tas dikursi sebelahnya. Lalu mengambil sebuah roti yang sebelumnya sudah disiapkan oleh sang ibu tercinta. Nasya melahap roti tersebut dengan perlahan.

Dan tidak lama setelah itu, terdengar suara klakson mobil dari halaman depan rumah. Tentu, Nasya segera bangkit dari tempat duduk. Dan bergegas menemui seseorang yang sudah menjemputnya.

"Ma, Pa, Nasya berangkat ya." Ucapnya menyingkirkan roti yang belum ia habiskan ke tangan kiri sembari menyalami punggung tangan kedua orangtuanya.

"Habiskan dulu makananmu, Nasya!" ujar sang Papa melihat sang anak yang sibuk dengan tas sembari menggigit roti ditangan.

"Akan aku habiskan dijalan, Pa. Lagipula, Reza udah dateng. Kan ga enak kalau dia kelamaan nunggu." jelas Nasya meraih tas nya "Aku berangkat Ma, Pa." lalu bergegas menemui seseorang bernama Reza yang telah berada didepan rumahnya.

»

Setelah membunyikan klaksonnya beberapa menit yang lalu, Keluarlah perempuan manis dari dalam rumah yang cukup besar itu. Dan sebuah senyuman terukit begitu saja saat mata tertuju pada perempuan tersebut.

"Selamat Pagi, cantik."

Mendengar itu, Nasya bergidik geli dan tertawa. "Apaan sih lo! Lebay banget deh pagi ini." sembari mendekat ke mobil. Nasya membuka pintu dan duduk disebelah orang tersebut. "Kesambet apaan lo tadi dijalan?" ucap Nasya setelah berada didalam mobil. Ia menatap aneh teman disebelah nya.

"Sembarangan banget sih lo, bilang gue kesambet!..." gerutu pemuda itu. "...Memangnya ga boleh gue bilang kayak begitu? Lagian salah lo sendiri lah..."

Nasya lalu mengernyitkan dahi mendengar pernyataan Reza disana. "Salah gue ?" tanya Nasya dengan isi kepala yang bertanya-tanya 'Apa salahnya?'

Reza mengalihkan wajahnya dari tatapan Nasya dan menggangguk. "Iya salah lo lah! Tiap hari cantiknya nambah. Gimana gue ga kesambet coba?"

Nasya makin tertawa mendengar hal itu. "Apaan sih loh? Gue tu ga cantik! Kalau gue cantik, tuh cowo-cowo di kampus pasti pada suka sama gue dan bakal ngejer-ngejer gue! Dan gue ga bakalan jomblo kayak sekarang!" jelas perempuan tersebut.

Pemuda itu memandang lekat wajah Nasya "Ada kok, cowo yang suka sama lo." Dan Nasya kembali menoleh pada Reza disana. Pemuda itu lalu tersenyum membuat Nasya diam tidak bicara lagi.

Untuk beberapa menit, Hening menghiasi seisi mobil dan "Ngh, Ya..Yaudah berangkat yuk! Gue udah telat bimbingan sama dosen nih!" ucap Nasya dengan mengalihkan wajahnya dari Reza.

S

K

I

P

Setelah urusan kampusnya selesai, Nasya berada di taman. Masih diarea kampus mereka. Tak lupa ditemani oleh teman atau lebih tepatnya sahabat yakni Reza.

"Kenapa lo?" tanya Reza aneh melihat wajah Nasya yang sedari tadi cemberut. Tidak ada warna sama sekali.

Nasya menoleh sejenak pada Reza yang duduk disebelah "Gue galau nih."

"Pff..."

Sontak, Reza terkekeh mendengar perkataan Nasya. "Galau?" Dan Nasya menganggukan pelan kepalanya. Hal itu membuat Reza bertambah tertawa. Tentu saja, baginya hal ini adalah sesuatu yang langka terjadi. "Bisa galau juga lo." lanjut Reza.

"Aih, Apa deh lo! Gue serius nih!" Gerutu Nasya semakin cemberut menoleh pada Reza disana.

"Ok! Ok! Maaf...." Reza menghentikan tawa nya dan kembali menatap perempuan manis disebelahnya "Galau kenapa lo ?"

Nasya menarik nafasnya-dalam. "Gue dijodohin, Ja." jawabnya dengan tatapan lurus tanpa menoleh.

DEG!

"Dijodohin?"

Senyum Reza yang sebelumnya terukir diwajah seketika menghilang. Ia terkejut mendengarnya. "Sama siapa?" lanjut pemuda tersebut-penasaran.

"Anak dari temen orangtua gue." jawab Nasya pasrah.

Hening, tidak ada jawaban dari Reza. Ia tidak tau harus berkata seperti apa.

"Lo tau kan, Gue gasuka yang kayak gini..." ucap Nasya menoleh-sejenak pada Reza. "...Tapi gue ga bisa buat nolak." Lalu kembali memalingkan wajahnya.

"Ya... Mungkin, orangtua lo berpikir kalau ini yang terbaik buat lo." balas Reza dengan nada pasrah. Ia kembali memandang lekat wajah perempuan itu. Ada rasa yang sangat sesak di dalam dada nya setelah apa yang barusaja ia dengar.

Dan kali ini, Nasya yang diam. Tidak menjawab perkataan Reza. "Ya, Reza mungkin benar. Ini mungkin memang yang terbaik." Nasya membatin.

P

E

R

C

E

P

A

T

Saat ini, Nasya tengah berjalan menuju halte bus. Tidak seperti biasanya, Hari ini Nasya tidak pulang bersama Reza, disebabkan ada urusan penting.

Nasya berjalan ditrotoar. Tepat saat melewati genangan air yang tanpa ia sadari berada disebelah, Dari arah yang berlawanan sebuah mobil melintas melintasi genangan itu hingga membuat percikan dari air itu mengenai baju Nasya.

Melihat bajunya yang kotor akibat pengendara mobil tersebut "Woy! Berenti lo" Nasya teriak sekuat mungkin pada mobil sport warna hitam disana. Dan mobil itu berhenti tak jauh dari tempat Nasya berdiri.

Seorang pemuda keluar dari dalam mobil itu. Ia menatap Nasya aneh sedangkan Nasya menatapnya dengan amarah.

"Kenapa lo teriak-teriak ke mobil gue?" tanya pemuda tersebut dengan sikap tidak merasa bersalah sama sekali.

Nasya makin kesal mendengar dan melihat itu "Pake nanya lagi, Lo gak liat? Baju gue jadi kotor kayak gini gara-gara lo" Bentak Nasya.

Dengan memasang wajah sok polos "Gue?" tanya pemuda disana sembari menunjukkan jari telunjuk pada dirinya sendiri.

"Iya elo! Emang siapa lagi?" tegas Nasya.

Pemuda tersebut melipat kedua tangannya "Ya mana gue tau kalo ada genangan air disana" ucapnya ketus sembari memalingkan wajahnya dari Nasya.

"Oh jadi lo ga ngeliat? Berarti mata lo buta?" balas Nasya masih dengan nada yang sama.

Mendengar perkataan Nasya yang sedikit mengoloknya, Pemuda itu kesal "Heh! Denger ya, gue bilang gue gak tau kalo ada genangan disana. Lagian, lo ngapain disana?..." Dengan tatapan tajam. "...Oh gue tau, lo sengaja kan berdiri disitu biar kena air genangan itu terus lo salahin orang yang lewat, minta pertanggung jawaban, ini lah itu lah.." gerutu pemuda itu dengan sangat panjang.

"Oh, jadi lo sengaja ngebut lewat genangan itu?" balas Nasya.

"Telinga lo budek atau gimana sih? Gue bilang gue gatau ada genangan disitu artinya gue ga sengaja, dodol!!" Pemuda itu semakin kesal kepada Nasya.

"Pokoknya gue gak mau tau! Lo harus tanggung jawab! Baju gue jadi kotor kek gini" ucap Nasya tanpa memperdulikan perkataan pemuda itu.

"Terus lo mau apa? Duit? Iya?" Pemuda tersebut mengeluarkan dompet yang ada disaku belakang celana dan memberikan beberapa uang berwarna biru pada Nasya "Nih! Ambil..." ucapnya.

Melihat sikapnya itu, Nasya menatapnya tajam "Gue gak butuh uang lo.." tegasnya.

Pemuda tersebut tersenyum sinis setelah mendengar ucapan Nasya. Ia menatap remeh "Halahh, bilang aja lo mau.. Tapi malu.." ujarnya.

Nasya semakin kesal mendengar balasan seperti itu. Kali ini ia benar-benar tidak dapat menahan amarahnya. Sementara pemuda itu masih menatap dirinya remeh...

PLAKK!

Sebuah tamparan mendarat kuat di wajah pemuda tersebut. Ucapan dari pemuda itu benar-benar keterlaluan. Apa menurutnya sebuah masalah akan selesai hanya dengan uang? Dia pikir dia siapa? Bukannya meminta maaf tapi malah kurang ajar.

Nasya menatapnya dengan sangat tajam dan penuh amarah.

Pemuda itu memegang wajahnya lalu menatap Nasya "Eh! Apa-apaan lo?"ucapnya yang tidak terima dengan perlakuan Nasya yang barusan.

"Eh, lo denger baik-baik! Jangan mentang-mentang lo punya banyak uang terus lo bisa ngelakuin apapun dengan uang" ucap dan jelas Nasya.

Sama seperti sebelumnya, Pemuda itu menatap remeh Nasya dan "Halaah, Omong kosong! Orang mana sih yang gak mau sama uang. Apalagi orang kayak lo" ucapnya dengan menekan kata-katanya. Hal itu membuat Nasya semakin memanas dan...

PLAKK!

Satu tamparan lagi mendarat mulus di wajah pemuda itu. Kali ini mendarat di sisi lain dari sebelumnya. Ya, Nasya sudah menampar pemuda itu sebanyak dua kali, sisi kiri dan kanan wajahnya.

Mendapat perlakuan seperti itu untuk yang kedua kalinya, Pemuda itu mulai emosi pada Nasya "Sialan lo ya" ucapnya yang hendak membalas perlakuan Nasya namun "Denger ya! Gue bukan orang seperti yang ada di dalam kepala lo!" ucap Nasya dengan tatapan tajamnya. Tanpa pikir panjang, Nasya segera pergi meninggalkan pemuda itu.

"Dasar cewe gila" gumam pemuda itu sambil melihat Nasya yang semakin jauh berjalan membelakanginya lalu "Shh, aww.." rintihnya memegang kedua pipinya dan masuk ke dalam mobil.

» Disisi lain.

Nasya yang pergi dengan kesal, berjalan sambil menggerutu ditrotoar. "Dasar cowo stres! Bukannya minta maaf. Belagu banget jadi orang. Dia pikir dengan dia ngasih uang ke gue, gue bakal maafin dia gitu? Idih, ogah gue. Seumur hidup, gue gamau maafin dia!" dumelnya sambil menuju halte bus yang sudah tidak jauh darinya.

"Awas aja kalo gue ketemu sama dia lagi" sambung Nasya mendengus kesal.

Terpopuler

Comments

deyura

deyura

lanjut Thorr semangat. aku mampir nih. kalau berkenan mampir yuk ke novel aku judulnya COBA CINTAKU 😁

2021-07-29

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!