Drt... Drt...
Ponsel yang ada diatas nakas itu bergetar, menandakan bahwa sebuah pesan singkat baru saja diterima.
Dicky yang masih berada di dalam kamar segera meraih ponsel tersebut. Terlihat, sudah banyak sekali panggilan tak terjawab dan pesan singkat yang belum dibaca.
Semua itu berasal dari nomor yang sama yakni Nabila. Sontak saja, "Astaga! Sorry beb!," pekik Dicky menatap layar ponsel dan segera menghubungi Nabila.
//
Nabila yang kini berada di dalam mobil Bisma, tersenyum senang melihat sebuah panggilan dari Dicky di ponselnya.
Melihat itu, "Dicky?," tanya Bisma disebelah.
Nabila mengangguk senang dan dengan cepat menjawab panggilan itu.
Bisma tersenyum tipis melihat itu.
"Sayang, maafin aku. Aku gatau, kalo dari tadi kamu nelponin aku," ucap Dicky setelah panggilan darinya di jawab oleh Nabila.
Tersenyum, "Iya gapapa, sayang," jawab Nabila dengan lemah lembut.
Bisma yang mendengar itu, melirik Nabila disebelah.
"Kamu dimana sekarang?," tanya Dicky dari seberang sana.
Nabila sedikit melirik Bisma, "Aku lagi di kantor kamu tapi kamunya gaada," jawabnya dengan nada kecewa seperti anak kecil.
"Yaudah! Kamu tunggu di sana ya!," balas Dicky lalu mematikan telepon dan segera bergegas pergi.
//
Menghela napas, Nasya duduk di sofa ruang tengah dengan menyalakan televisi untuk menghilangkan rasa bosan.
Terlihat, Dicky yang tergesah menuruni anak tangga.
Nasya tetap bersikap acuh ketika Dicky melihat ke arahnya.
Melihat wajah sang istri yang masih pucat seperti itu, Dicky nampak ragu untuk pergi meninggalkan Nasya.
"Nasya, gue mau pergi. Lo gapapa, gue tinggal sendiri?," ucapnya.
Tanpa menoleh, "Pergi tinggal pergi!," ketus Nasya.
"Yaampun, lo tu ya, gue kan khawatir sama lo makanya gue tanya dulu, lo gapapa ditinggal? Soalnya tu muka lo masih pucet gitu," balas Dicky dengan nada kesal.
Mendengar perkataan Dicky, "Sejak kapan lo khawatir sama gue?," ucap Nasya yang merasa aneh dengan hal itu,
"Biasanya juga ngajakin gue berantem," sambung perempuan ini.
"Etdah! Orang khawatir beneran dikira pura-pura," kesal Dicky menatap Nasya.
Nasya tak menjawab dan hanya memasang wajah cemberut.
Melihat sang istri seperti itu, "Bodolah! Gue mau pergi!," ucap Dicky lalu pergi dari hadapan Nasya.
Nasya menoleh ke arah Dicky pergi "Pergi aja sana ke rumah istri lo!," ketusnya.
//
Dicky yang membuka pintu utama, nampak terkejut saat mengetahui wanita baya yang tidak lain adalah Mama nya sendiri, berada di depan rumah mereka.
"Mama?," ucap Dicky.
Wanita baya itu tersenyum manis, "Kok kamu tau aja kalo mama ada didepan?.".
Dicky sedikit gelapan, mengukirkan senyum di wajah, "Mama ngapain disini?.".
Wanita yang dipanggilnya dengan kata mama itu mengkerut, menatap anaknya, "Loh, kenapa? Apa mama ga boleh main kesini?.".
"Bukan gitu maksud Dicky, ma. Ya, Dicky kaget aja, tiba-tiba mama kesini ga kasih kabar lagi," jawab Dicky.
Tersenyum, "Kalo mama kasih kabar, ya ga surprise dong," ucap sang mama.
Dicky diam, tersenyum pada wanita itu lalu, "Nasya mana?.".
"Ada kok, ma. Di dalem," jawab Dicky.
Wanita baya itu mengangguk lalu menatap Dicky. Beliau heran, kenapa anaknya tidak pergi ke kantor di jam seperti ini.
"Kamu ga ke kantor?," tanya mama (lagi).
"Enggak ma. Soalnya Nasya lagi sakit," jawab Dicky yang membuat wanita parubaya itu menjadi panik,
"Sakit? Sakit apa? Terus keadaannya gimana sekarang?," tanyanya beruntun.
"Demam biasa, ma. Dia lagi nonton televisi sekarang, katanya bosen dikamar," jelas Dicky.
Khawatir, Wanita baya itu bergegas menemui Nasya untuk melihat keadaan menantunya itu secara langsung.
"Nasya.".
"Mama?,"
Nasya menoleh, menatap sang mertua yang duduk, memegang dahi dan membelai lembut rambutnya.
"Gimana keadaan kamu, sayang? Dicky bilang kamu sakit," khawatirnya.
Tersenyum, "Aku gapapa, ma." jawab Nasya.
Wanita itu menggenggam tangan sang menantu, ia melirik televisi didepan sekilas lalu kembali pada Nasya, "Kamu tu kalo lagi sakit harus banyak istirahat," ucap wanita baya itu.
"Tu dengerin, apa kata mama!," sahut Dicky yang masih ada disana.
Nasya melirik Dicky sekilas dengan kesal lalu tersenyum kembali pada sang mertua.
"Iya ma. Tapi kan aku bosen di kamar terus.".
"Kan ada Dicky yang nemenin kamu," ujar sang mertua.
Mendengar itu, Nasya tersenyum paksa dan melirik kesal, sekilas pada Dicky disana.
Dicky tersenyum senang karena menurutnya ada sang mama yang berada di pihaknya.
Wanita itu lalu melirik anaknya, "Kamu mau pergi disaat Nasya lagi sakit kayak gini?," tanya sang mama pada Dicky.
Nasya melirik dengan tersenyum tipis pada Dicky yang diam, memikirkan sebuah alasan. Belum sempat untuk menjawab,
"Kamu ini gimana sih?,"
Wanita itu yang mulai kesal atas sikap anaknya. Dan lalu kembali menatap Nasya, "Sayang, Lebih baik kamu istirahat sekarang! Mama anter ke kamar ya," ucap lembut sang mertua.
"Gausah ma. Aku bisa sendiri," Nasya, tersenyum.
"Yaudah, kalo gitu biar Dicky yang anter kamu." balas wanita itu yang membuat Nasya terkesiap, begitupun Dicky.
"Gausa...".
"Dicky, bantu Nasya jalan ke kamar! Mama mau bikinin minuman yang anget buat Nasya," cela sang mertua berbicara pada Dicky.
Tak bisa membantah, Dicky mendekat dan menghampiri Nasya untuk membantunya berjalan ke kamar.
Sementara wanita baya itu pergi ke dapur.
»
"Mohon maaf, bu. Kasus itu tidak ada perkembangan sama sekali," ucap salah satu dari anggota kepolisian yang menangani kasus penculikan adik Nasya, Nindia.
Disana sudah ada mama dan juga papa Nasya. "Bagaimana bisa? Bukankah, kalian sudah menemukan buktinya," bantah sang mama.
"Betul. Bukti itu memang benar ada dan bahkan kami sudah menemukan pelakunya. Tapi pelaku itu sudah meninggal akibat kecelakaan dan itu terjadi di hari yang sama dengan hari penculikan anak ibu," jelas polisi itu.
Masih tak terima, "Lalu bagaimana dengan anak saya? Polisi macam apa kalian yang tidak bisa menemukan seorang anak yang hilang," ucap wanita baya disana.
Sang suami yang berada disana, mencoba untuk menenangkan istrinya itu.
"Kami sungguh minta maaf, bu. Kejadian itu sudah sangat lama dan poto anak ibu yang dikirimkan pada kami itu adalah poto ketika dia masih berumur 3 tahun. Sangat sulit menemukannya karena hanya itu petunjuk yang kami punya untuk mencari anak ibu," jelasnya.
Wanita yang sudah berderai air mata itu, terdiam dalam pelukan sang suami.
"Menurut informasi yang kami dapat, Saat terjadinya kecelakaan itu, tidak ditemukan mayat seorang anak kecil selain dari mayat pelaku penculikan itu sendiri. Ada kemungkinan anak ibu masih hidup. Jika memang, Nindia masih hidup akan sulit menemukannya karena mungkin wajahnya akan berbeda dari poto nya yang berumur 3 tahun itu," jelas pihak kepolisian itu lagi.
"Masih ada sedikit waktu sampai jangka waktu penutupan kasus ini. Apa kalian tidak bisa menemukannya?," ucap pria baya disana.
"Sampai hari itu tiba, Kami akan tetap berusaha untuk menemukan anak bapak dan ibu," jawab polisi itu.
Orangtua Nasya sudah tidak bisa berkata apapun lagi. Bagaimana jika sampai hari penutupan kasus itu tiba, Nindia belum juga ditemukan?
Pasangan parubaya itu hanya dapat pasrah, berharap pada Tuhan agar dapat di pertemukan kembali pada anak bungsu mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments