Dicky diiringi oleh Nasya, membuka pintu mobil yang terparkir di halaman depan rumah.
"Nih tas lo" Nasya memberikan tas kerja itu pada Dicky yang kemudian tersenyum manis.
"Makasih ya istriku tercinta" ucap lembut Dicky pada sang istri sama seperti yang Nasya lakukan sebelumnya.
Nasya melirik Dicky "Gausah lebay!" dengan melipat tangan.
Masih dengan sikap lembut dan manisnya "Gapapalah, sama istri sendiri juga" ucap Dicky.
Nasya menatapnya remeh "Udah buruan kekantor! Entar telat" lalu membuang wajah dari tatapan Dicky.
Dicky tersenyum manis lagi "Cie, yang mulai perhatian ma gue" ucapnya sedikit menggoda Nasya.
Nasya menoleh mendengar itu "Gausah kepedean deh! Siapa juga yang perhatian ama lo".
Dicky hanya menganggukkan kepala, merasa tidak yakin dengan istrinya itu. Dengan sedikit meliriknya "Yaudah! Kalo gitu, gue cari Istri baru aja" ketusnya.
Naaya tersentak dan menoleh cepat sembari membatin "Istri baru? Apaan, Ga boleh! Walaupun gue benci banget ama ni orang tapi dia suami gue".
Nasya menatap tajam Dicky "Eh, awas ya lo kalo macem-macem dikantor" ancamnya pada sang suami.
Dengan tersenyum tipis "Kenapa? Masalah?" Dicky.
Sikapnya saat itu membuat kesal Nasya "Aish! Awas aja kalo lo sampe genit sama cewe dikantor" tatap Nasya serius nan tajam.
Mendengar itu, Dicky menghela napas menatap sang istri "Suka-suka gue dong! Kenapa? lo cemburu?..." balas dan tanyanya yang membuat Nasya melepaskan tatapan serius sebelumnya. Entah kenapa, setelah mendengar pertanyaan Dicky, Nasya menjadi sedikit kikuk.
"...Kenapa diem?" tanya Dicky lagi.
Nasya kembali dengan tatapan sebelumnya "Apaan sih lo! Pokoknya awas aja kalo lo macem-macem".
Dicky tertawa mendengar ucapan itu dan Nasya masih tetap menatapnya "Gausah khawatir! Gue ga bakal macem-macem kok. Paling ntar pas pulang, gue bawa istri baru...." celetuknya.
Nasya semakin tajam menatap suaminya itu.
"...Udah ah, gue berangkat. Lo tunggu aja ntar pas pulang" ucap Dicky masuk ke dalam mobil.
"Bawa aja pulang. Tapi jangan harap lo bisa masuk ke dalem rumah!" balas Nasya masuk kedalam rumah dan meninggalkan Dicky disana. Dicky tertawa didalam mobil melihat tingkah istrinya yang seperti itu.
Setelah menikah satu bulan yang lalu, Dicky diminta untuk mengurus perusahaan sendiri.
Saat ini, Dicky tengah menuju keruang kerjanya. Seluruh karyawan menyapa penuh ramah kepada direktur baru perusahaan itu. Dicky membalas dengan senyuman manisnya.
CEKLEKS!
Sebuah senyuman tersungging di bibirnya ketika melihat seorang wanita tengah duduk manis di dalam ruangan dan menunggu dirinya.
"Sayang!...." Wanita itu segera menghampiri dan memeluk Dicky yang baru saja tiba di ruangan itu.
Dicky membalas pelukan itu lalu kemudian merangkul mesra wanita tersebut. "...Kenapa lama banget sih?" ujar wanita itu pada Dicky. Keduanya sembari berjalan menuju sofa yang tak jauh dari mereka.
Dicky melirik wanita yang sedikit lebih pendek darinya dan tersenyum "Maaf ya, sayang. Tadi dirumah ada sedikit masalah.".
Wanita itu sedikit memanyunkan bibir mendengar jawaban Dicky "Masalah apa? Cipika-cipiki dulu sama istri kamu?".
Melihat itu, Dicky membalikkan tubuh wanita itu agar menghadap padanya. Dicky menatap wanita itu begitupula sebaliknya. "Ya biasalah. Kamu jangan cemberut gitu dong!".
Wanita itu sejenak diam menatap kekasih yang ada dihadapannya lalu tersenyum manis padanya. Dicky menuju meja kerjanya dan meletakan tas dan jas di kursi berwarna hitam disana.
Wanita itu masih berdiri ditempatnya, menatap Dicky "Belakang ini, kamu udah mulai sibuk sama istri kamu dibanding aku" ucapnya membatin.
Sebelum menikah, rasanya Dicky pernah bilang pada sang ibu bahwa dirinya sudah mempunyai pilihan sendiri. Ya, wanita itu adalah Nabila. Sampai saat ini, mereka berdua masih saling berhubungan.
Dicky menatap Nabila yang berdiri diam di tempatnya "Sayang, udahlah! Gausah dipikirin gitu. Meskipun aku udah menikah, cinta aku itu tetep buat kamu.".
Nabila yang menatap Dicky kemudian tersenyum mendengar itu. Ia berjalan mendekat dan merangkul lengan Dicky "Aku percaya kok. Cinta kamu itu cuma buat aku seorang" ucapnya tersenyum manis pada Dicky begitupula dengan Dicky.
Dicky pun teringat akan sesuatu dan melirik Nabila disebelahnya "Ah, Apa kamu udah baca pesan yang aku kirim?" Nabila mengangguk, menjawab pertanyaan Dicky.
"Memangnya, kamu mau minta tolong apa sih sayang?" tanya Nabila perihal pesan yang sebelumnya dikirim oleh Dicky.
Tersenyum, Dicky membisikkan sesuatu di telinga Nabila. Entah rencana apa yang tengah di rencanakan oleh Dicky. Nabila terlihat kecewa dengan apa yang di bisikkan oleh Dicky.
Dicky yang tersenyum, menatap Nabila "Gimana? Kamu mau melakukan itu kan, sayang?".
Meski kecewa, Nabila berusaha untuk tersenyum dan menyembunyikan rasa kecewanya pada Dicky. Ia menganggukkan kepala "Iya, aku mau" jawabnya.
Dicky memeluk kekasihnya itu. "Setidaknya aku bisa gunakan kesempatan ini buat nyingkirin istri kamu" batin Nabila kembali.
Di tempat lain, Orang yang mulai perlahan melupakan tentang Nasya yakni Reza juga sudah mengurus perusahaannya sendiri, sama seperti Dicky.
Saat ini, ia tengah sibuk dengan beberapa berkas dan file yang ada diatas meja kerjanya. Terlihat, fokus sekali sampai tidak menyadari bahwa seseorang sudah berada didalam ruangannya "Wah, ga biasanya lo ngerjain kerjaan sebanyak ini." ucap seorang wanita yang ternyata itu adalah sahabatnya, Putri.
Reza melirik sekilas pada Putri yang berdiri didepan meja kerjanya "Apaan sih lo, biasanya juga segini".
Putri mengangguk, mendengarnya "Yakin lo? Bukannya ... "
"Apa? Ngelamun? Galau? Ledek gue aja terus!" cela Reza masih dengan kerjaannya.
Putri tertawa kecil melihat sikap Reza "Gausah ngambek gitu! Hari ini gue ga bakal ngeledek kok" jawabnya.
Reza berhenti dan menatap sahabatnya "Terus apa kalo ga ngeledek? Ngetawain?".
"Astaga, lo negatif banget mikirnya. Gue ini anak baik, ga mungkinlah ngetawain sahabat sendiri" balas Putri.
Kembali dengan kerjaannya "Eleh, biasa juga ngomong gitu, ujungnya tetep ngetawain" gerutu Reza.
Putri kembali tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya itu "Makanya kalo gamau di ledek, buruan move on!" ucapnya sembari membereskan beberapa berkas yang telah selesai dikerjakan oleh Reza.
"Gue udah move on. Udah lama!" balas Reza padanya.
"Yakin?" tanya Putri lagi.
"Yakin se-yakin-yakinnya" jawab Reza lagi.
Mendengar jawaban Reza, Putri tertawa lucu. "Udah! Gausah ketawa mulu! Ntar nangis lagi lo" balas Reza yang meledek sahabatnya itu.
Putri sedikit mengalihkan wajahnya dari tatapan Reza "Nangis apaan? Kapan gue nangis?".
"Gausah sok amnesia lo! Orang baru kemaren lo nangis ke gue gara-gara pacar lo" balas Reza menatap Putri yang masih sibuk merapikan berkas yang berantakan.
Putri tidak menjawab perkataan itu. Ia sedikit kesal mengingat hal itu. "Cowo kayak gitu masih di pertahanin?. Ga capek disakitin terus?" ucap Reza melirik Putri.
Kesal, Putri menatap Reza yang masih duduk di kursinya "Aish! Kok lo jadi bahas-bahas yang kemaren sih?" ucapnya dengan meletakkan sebelah tanganya di pinggang.
"Kenapa? Lo masih berantem sampe sekarang ama tu cowo?" balas Reza yang menutup laptopnya dan menatap Putri.
Tidak ada jawaban dari Putri, ia hanya memalingkan wajah dari tatapan Reza.
Reza beranjak dari tempat duduknya. Melihat Putri yang kesal "Gausah nangis lagi lo!".
Tanpa menoleh "Siapa yang nangis coba?" gumam Putri.
"Mending sekarang kita ke kantin. Gue laper" ucap Reza.
Putri hanya meliriknya saja. Reza yang melihat itu "Ayok makan! Gausah nangis" ucapnya dengan menarik tangan Putri.
___________________________________
Keesokan harinya.
Seperti yang sudah dibilang oleh Dicky sebelumnya. Hari ini, Nasya dan Dicky akan pindah menempati istana mereka sendiri.
Sejujurnya, Nasya masih tidak terima jika harus pindah secepat ini dari rumah orangtua nya karena Nasya masih ingin tinggal disana.
Nasya melirik Dicky yang tengah menyetir disebelah. "Tinggal sama dia. Bisa-bisa tu rumah ancur kali." batinnya.
Ya, Bisa jadi rumah yang mereka tempati itu akan hancur melihat mereka yang tiada hari tanpa bertengkar. Hal kecil saja bisa membuat mereka bertengkar, apalagi dengan hal besar?
Dicky memarkirkan mobil di halaman rumah. "Udah sampe!" ucapnya pada Nasya dengan membuka sabuk pengamannya.
Dengan wajah cemberut dan tanpa menjawab, Nasya keluar dari mobil itu "Kunci rumahnya mana?" pintanya pada Dicky yang baru saja membuka bagasi mobil untuk menurunkan barang.
Dicky merogoh sakunya dan "Nih" memberikan kunci itu pada Nasya.
Nasya pun berbalik menuju rumah setelah menerima kunci itu dari Dicky. "Oi, lo cuma ngambil kunci doang?" ujar Dicky sang istri yang baru berjalan beberapa langkah.
Nasya menoleh padanya "Iya, Kenapa?" jawabnya santai.
"Bantuin nih bawa barang-barang!" balas Dicky.
"Gue capek! Lo aja yang bawa. Itu sekalian koper gue, tolong dibawa juga" Nasya berbalik meninggalkan Dicky.
Mendengar itu, tentu membuat Dicky kesal "Aish! Punya istri ga ada lemah lembutnya sama suami" gerutunya dengan menurunkan beberapa barang dari bagasi mobil.
Nasya yang baru saja memasuki rumah itu segera menuju ke kamar. Menghempaskan tubuhnya di atas kasur dan menghela napas.
Mengingat barang bawaan yang cukup banyak tiba-tiba Nasya terpikirkan Dicky namun "Bodoamatlah. Mending gue tidur!".
Satu jam kemudian. "Aish! Kemana tu anak? Bukannya bantuin" gerutu Dicky memperhatikan keadaan rumah, mencari sosok Nasya.
Dicky baru saja selesai meletakkan barang ke tempat dimana seharusnya berada. Hanya tinggal koper yang berisi pakaian mereka berdua.
Dicky melirik kedua koper yang berukuran cukup besar itu lalu menghela napasnya "Au ah, capek gue! Biar itu jadi urusan Nasya...." gumamnya sembari duduk disofa ruang keluarga. Ia terlihat sangat lelah sekali.
"...Kalo dipikir, Kenapa jadi gue sendiri yang beres-beres. Udah kayak pembantu." gumamnya lagi.
Dicky kembali mencari keberadaan Nasya dirumah itu dan nihil, ia tidak menemukan sang istri dilantai bawah.
"Jangan-jangan tu anak tidur lagi" Dicky segera menuju kamar yang berada dilantai atas. Dan, Ya! Dicky menemukan istrinya yang sedang tertidur pulas dikamar.
Melihat itu, Dicky menghela napas panjangnya "Benerkan dugaan gue, ni anak malah tidur. Bukannya bantuin suami" gerutunya dengan menatap Nasya yang sedang tertidur itu.
Kesal, ia hendak membangunkan Nasya namun "Kenapa tiba-tiba dia bikin gue jadi deg-deg-an gini sih" batinnya masih dengan menatap sang istri.
Tak lama setelah itu "Aih! Gue mikir apa sih" dumelnya pada dirinya sendiri lalu "Oi bangun lo!" ucapnya menepuk kaki Nasya.
Tanpa membuka mata "Apa sih! Gue ngantuk! Pergi sana" lirih Nasya.
Dicky sedikit mendeha mendengar itu dan "Nasya bangun!" ucapnya sembari menepuk kaki Nasya dengan sedikit kuat kali ini.
Kesal, Nasya membuka mata dan menatap orang yang sudah menepuk kakinya itu. "Aish! Lo tu ya, ganggu orang tidur aja. Ngapain lo disini? Keluar sana! Ini kamar gue!" ucap dan jelas Nasya saat mengetahui Dicky berada didalam kamar itu.
"Oh gitu, gue capek-capek dibawa, lo malah enak-enakkan tidur. Bukannya bantuin" dumel Dicky.
Nasya menatapnya "Ogah! Yang mau pindah kesini kan elo bukan gue".
"Dasar anak mama, lo. Nempel mulu sama nyokap. Kapan mandirinya? Lagian nih ya, kita tu udah nikah masa iya terus-terusan tinggal sama papa dan mama" jelas Dicky.
Nasya diam menatap Dicky kesal "Sok berlagak jadi seorang suami, lo" batinnya.
"Udah bangun! Tu dibawa masih ada koper yang nunggu" jelas Dicky.
Masih menatapnya "Kenapa ga lo bawa kesini tu koper? Gue kan udah bilang sama lo tadi, tolong bawain koper gue!" ucap Nasya.
"Lo kira gue pembantu? Lo bawa sendiri tu koper! Gue mau bawa punya gue sendiri" balas Dicky lalu pergi dari kamar itu.
Nasya berdecak kesal menatap arah Dicky pergi dan sejenak ia diam ditempatnya, kembali menatap kearah pintu "Tapi, kasian juga sih" batinnya.
Dengan menghela, Nasya akhirnya keluar dan turun untuk membantu Dicky dibawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments