Rasa yang tak biasa.

♥♥ Tak perlu mengungkapkan perasaan jika dapat merusak pertemanan. Terkadang, lebih baik memendam dalam agar dapat terus berdekatan. ♥♥

Reza duduk dikursi kerja, memandang lurus ke arah depan. Pikirannya sedang tidak berada disana. Bahkan pekerjaannya pun sama sekali belum disentuh.

"Itu sebabnya, Nasya keburu diambil orang.".

kalimat itu masih terngiang jelas di telinganya.

Sejenak senyum tipis terhias diwajah, "Bisa deket sama lo aja, udah cukup buat gue," gumamnya tiba-tiba teringat pada Nasya.

//

Masih ditempat yang sama, Putri yang baru saja duduk di meja kerja terlihat membuang napas dengan kasar.

Rasa hati kesal pada sang pacar, yang selalu saja tak pernah bisa menepati janji.

Terlintas dipikirkannya, "Masih aja noh mau di php cowo kek gitu," ucapan dari Reza itu masih sangat jelas.

Lagi, ia membuang napas-kesal mengingat yang terjadi selama ini dalam jalinan cintanya.

Ada rasa lelah karena selalu di beri harapan palsu dan selalu disakitin oleh Bisma namun disisi lain, ia sangat cinta dan sayang pada pemuda itu.

Bingung harus bagaimana, Putri melirik laptop dan beberapa map di atas meja, "Aish!," kesalnya dan memilih untuk memulai pekerjaan.

»

"Tumben lo kesini," ucap seorang pria yang sedang asyik bermain billiard di samping rumah.

Ia menatap Nabila yang datang dengan kesal dan menghempaskan kasar tubuhnya di sofa.

"Bete gue!," jawabnya.

Melihat itu, "Bete kenapa? Masalah Dicky lagi?," tanya pria itu.

Dengan wajah cemberut, "Menurut lo?," jawabnya kesal menatap pria yang kembali fokus dengan billiard disana.

"Aelah, paling dia lagi sibuk sama istrinya," ucap santai pria itu, membuat Nabila makin memanas.

"Diem deh lo!," ucap Nabila kesal.

Pria itu hanya terkekeh melihat Nabila yang melipat tangan.

Melupakan tentang Dicky sejenak, Nabila melirik temannya yang asik bermain itu.

"Eh, lo ga jemput pacar lo?," Pertanyaan itu tak membuat sang pria berhenti bermain.

"Males gue. Emangnya kang ojek jemput dia muluk!," cetusnya.

Nabila mendeha, "Pacar durhaka, lo" balasnya.

"Bodo! Lagian nih ya, gue juga udah bosen ama dia. Udah ga ada rasa apa-apa ke dia," ucap pria yang kali ini menatap pada Nabila di sofa.

Mendengar penjelasan dari temannya itu, Nabila nampak tertawa. "Gue paham nih kalo udah gini. Pasti lo udah punya yang laen!," tebaknya yang seakan sudah mengerti.

Pria itu tersenyum tipis "Sok tau lo!," jawabnya.

Nabila menggeleng dengan tertawa "Playboy cap kodok lo, Bis!," balas Nabila.

"Masih mending gue, Daripada lo ditinggal nikah," pria yang dipanggil Bis atau lebih tepatnya Bisma tak mau kalah.

Nabila kesal mendengar itu dan kembali pada posisi sebelumnya.

"Kenapa ga lo singkirin aja tuh istrinya, habis gue bosen liat muka lo yang kalo dateng kusut muluk!," saran dan sebal Bisma.

Nabila melirik Bisma disana, "Sebelum Dicky benar-benar lupa sama lo!," sambungnya.

"Caranya?.".

Bisma menatap Nabila yang juga menatapnya, "Gampang!" jawab pria kurus itu tersenyum licik dan yakin.

»

Pukul 13:46

Nasya baru saja membuka mata. Pandangannya semakin jelas setelah beberapa kali mengerjapkannya.

Sorot mata Nasya menyebar luas ke seluruh ruangan. Dan mendapati Dicky yang tengah tidur dengan posisi setengah duduk, memegang tangannya.

Mata Nasya memandang wajah polos Dicky yang tertidur saat itu. Dengan lekat dan cukup lama untuk membuat sebuah senyum terukir di wajah mungil itu,

"Ternyata, lo itu baik juga ya," batinnya.

Perlahan, tangan Nasya mulai menyentuh wajah sang suami dengan senyum yang masih terukir.

Merasa terusik, Dicky membuka mata.

Melihat itu, Nasya segera dengan posisi sebelumnya, bersikap seolah tak melakukan apapun.

"Nasya." ucap Dicky ketika melihat sang istri sudah bangun dan dalam posisi duduk.

Tak ada respon dari Nasya,

"Lo mau kemana? Lo kan masih sakit," ujar Dicky menahan sang istri yang beranjak dari atas tempat tidur.

Tak memperdulikan, Nasya tetap saja turun dari tempat tidur.

"Nasya, lo mau kemana?," tahan Dicky lagi.

"Apaan sih!" ucap Nasya menatap Dicky.

"Gue bosen dikamar!," sambungnya.

"Ya terus lo mau kemana?," tanya Dicky lagi.

Bukannya menjawab, Nasya tetap beranjak dari tempatnya.

Dicky masih disana, mengkhawatirkan keadaan sang istri.

Nasya berjalan beberapa langkah dari tempat tidur namun, tiba-tiba pandangannya sedikit mengelap dan membuat Nasya jadi tak seimbang hingga akhirnya Dicky menangkapnya.

Nasya dan Dicky sejenak terdiam, mata mereka berada dalam satu titik.

Entah mengapa, Nasya merasa jantungnya bekerja dua kali lebih cepat dari biasanya. Hal yang tak biasa dirasakan olehnya.

Sama seperti Nasya, Dicky juga merasa ada hal yang tak biasa. Denyut nadinya terasa lebih cepat.

Setelah beberapa menit, kalian berdua tersadar dan merasa canggung satu sama lain dan,

"Gue bilang juga apa! Jangan pergi kemana-mana dulu! Lagi sakit juga!," ucap Dicky memecahkan keheningan dan sedikit menghilangkan rasa canggung yang ada.

"Apa sih, orang gue gapapa!," jawab Nasya dengan melirik sekilas pada sang suami.

Dicky menghela napas mendengar itu, "Astaga, ni orang kalo dibilangin," ocehnya dengan bertegak pinggang.

Nasya menatapnya dan memasang wajah kesal, "Gue baik-baik aja! Gue sehat!," gigih perempuan itu.

"Lagian ngapain sih lo disini?," ujar Nasya.

"Gue disini, ya buat ngerawat elo lah!," jawab Dicky.

"Gausah sok peduli!," jawab Nasya ketus lalu pergi dari hadapan Dicky.

Dicky mendeha melihat tingkah sang istri, "Tu orang ya! Udah gue bela-belain ga ke kantor tapi dia sama sekali ga berterima kasih sama gue," dumelnya.

"Kalo gini mah, mending gue tinggal pergi aja tadi!," sambungnya.

»

Nabila berjalan dengan percaya diri, menuju ke ruangan Dicky namun sebelum sampai diruangan Dicky, "Maaf, anda siapa?," tanya seorang perempuan yang bekerja di kantor Dicky.

Dia adalah sekretaris di kantor itu.

"Gue mau ketemu sama Dicky," jawab Nabila.

"Maaf, Hari ini pak Dicky gaada di kantor!," balas perempuan itu.

Bingung, "Terus dia kemana?," tanya Nabila lagi.

"Memangnya anda ada perlu apa?.".

Mendengar pertanyaan itu, Nabila berdecak kesal, "Bukan urusan lo!," jawabnya lalu pergi.

Sembari berjalan pergi, Nabila mencoba untuk menghubungi Dicky. Namun, lagi-lagi Dicky tak menjawab telepon dari nya.

"Ih, Dicky kemana sih? Ga ngangkat-ngangkat telepon aku," ujarnya kesal menatap ponsel.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!