NovelToon NovelToon

NADI

Pria Menyebalkan.

Pemuda berparas tampan ini tersentak saat mendengar pernyataan dari sang ibu. Dimana sang ibu berniat akan menjodohkan dirinya dengan perempuan yang sama sekali tidak dikenal olehnya.

"Mama dan Papa sudah pilihkan perempuan yang baik untuk kamu." ujar sang ibu.

"Gak mau!..." Tegas pemuda kurus ini.

"...Dicky gamau dijodohin. Ini bukan jaman jodoh-jodoh-an lagi, ma!..." Jelas pemuda bernama Dicky tersebut. Dicky menatap sang ibu di hadapan. "...Lagian, Dicky tu udah punya Nabila, Ma. Dicky cinta sama Nabila!."

Mendengar penuturan Dicky, Wanita paruhbaya tersebut perlahan mendekati sang anak. Ia mencoba menarik nafasnya-panjang. "Sayang..." ucapnya lembut. "...Ini demi kebaikan kamu sendiri. Kamu tahu kan bagaimana Nabila bersikap sama mama ? Sama papa mu juga ?" lanjut sang ibu.

Kesal, Dicky menoleh pada sang ibu. "Ga! Dicky gamau! Dicky hanya cinta sama Nabila, Ma. Ga peduli gimanapun dia, Dicky tetep akan memilih Nabila!" Dengan sangat keras kepala, Dicky tetap menolak perjodohan tersebut.

Wanita paruhbaya itupun berpaling dari tatapan sang anak. Lagi, ia menarik nafasnya-panjang. "Baiklah. Kalau kamu mau nya begitu..." ujar wanita tersebut kembali menoleh-menatap anak semata wayangnya. "...Itu artinya kamu lebih suka lihat mama sakit terus meninggal." lanjut beliau yang kesal namun masih mencoba menahan amarahnya. Sepertinya hal ini menjadi salah satu cara terakhir, agar sang anak mau menerima perjodohan tersebut.

Tentu saja, Dicky terkejut mendengar apa yang baru saja ibu nya katakan. "Kenapa mama bicara begitu?"

"Bukankah kamu mau nya gitu ? Kamu lebih memilih pacarmu yang sudah kurang ajar sama mama dan papa daripada memilih perempuan baik-baik yang telah mama dan papa pilihkan buat kamu. Itu artinya kamu mau lihat mama sakit terus meninggal kan!?" jelas sang ibu.

"Mama jangan bicara begitu dong." Sebagai anak tentu tidak ingin melihat orangtuanya sakit lalu ....

"Kalau begitu, Kamu harus menerima perjodohan ini! Mama tidak mau kamu mendapatkan pasangan hidup seperti Nabila!." Tegas wanita paruhbaya tersebut dengan menatap anaknya.

"Tapi, Ma... " Namun Dicky masih berusaha untuk menolak dan membujuk ibu nya. "...Dicky ga kenal sama perempuan itu. Dicky ga cinta sama dia!" jelas Dicky.

Wanita baya itu sekali menghelakan nafasnya. "Dicky, dengerin mama! Mama gasuka kamu berhubungan dengan Nabila. Kamu itu cuma diperdaya sama dia. Mama gamau kamu menyesal karena kamu lebih memilih dia. Mama gamau kamu menikah terus kamu menyesal terus cerai. Mama gamau kamu seperti itu. Untuk urusan cinta, seiring waktu juga kamu bakal cinta sama perempuan pilihan mama. Mama yakin, dia lebih baik daripada Nabila. Dan suatu saat, kamu akan cinta mati sama dia." jelas sang ibu.

Dicky diam seribu bahasa mendengar perkataan panjang dari sang ibu. Dalam hati, ia masih enggan menerima perjodohan ini. Ia masih memilih Nabila dan yakin bahwa hanya Nabila lah yang terbaik untuknya bukan perempuan tersebut. Lagipula, jika ia menerima hal ini, Bagaimana dengan reaksi Nabila? Sebagai seorang kekasih, tidak mungkin Nabila akan menerima hal ini begitu saja.

***

"Enggak. Aku gamau!"

Perempuan dengan rambut panjang sepunggung ini barusaja duduk di tepian ranjang dengan kesal, setelah mendengar penjelasan dari kedua orang tua nya.

Seorang wanita baya menyusul-duduk dan mencoba menyentuh anak perempuannya itu "Sayang..."

Namun sang gadis menoleh-menatap ibu nya "Enggak, Ma! Pokoknya aku gamau!" ucap perempuan manis itu masih dengan pendiriannya. Nama nya Nasya, seorang gadis cantik nan manis yang tidak begitu perduli tentang cinta. Itu sebabnya, kedua orangtuanya memilih untuk mencarikan seorang pemuda yang akan menjadi pasangan hidupnya.

"Sayang, dengerin mama dulu!."

Nasya kembali menoleh-menatap sang ibu disebelahnya "Tapi, Ma..." rengeknya

"Mama dan Papa hanya mau yang terbaik buat kamu. Percayalah, tidak ada orangtua yang mau mencelakakan anaknya sendiri." ujar sang mama dengan lembut.

"Lagipula..." suara itu membuat Nasya dan sang ibu menoleh ke ambang pintu. Dimana disana, berdiri seorang pria baya yang tidak lain adalah ayah Nasya. "...Sejak kalian kecil. Papa dan mama juga kedua orangtua pemuda itu sudah menjodohkan kalian berdua. Papa juga yakin, dia adalah pemuda baik-baik yang bisa menjaga dan melindungi kamu."

Mendengar itu, Nasya kembali menoleh kepada ibu nya dengan ekspresi wajah merengek. Berharap agar sang ibu menuruti kemauannya untuk menolak perjodohan tersebut.

"Percaya sama Mama dan Papa!" ujar lembut sang ibu yang membuat Nasya tidak dapat berkata apapun lagi.

***

Matahari baru saja keluar dari tempat persembunyian. Cahayanya semakin tinggi, menerangi setiap sudut ruangan di kamar itu. Kicauan burung pun menyambut bahagia.

Nasya, baru saja selesai dengan tas nya. Ia berjalan menuruni anak tangga tak jauh dari kamarnya. Lalu bergegas menuju ruang makan. Dimana disana sudah ada Papa dan Mama nya.

Sang ibu menoleh, setelah meletakkan piring kecil diatas meja. Beliau tersenyum menatap anak perempuannya sudah berada disana. "Pagi sayang."

"Pagi Ma, Pagi Pa." ucap Nasya sembari duduk dan meletakkan tas dikursi sebelahnya. Lalu mengambil sebuah roti yang sebelumnya sudah disiapkan oleh sang ibu tercinta. Nasya melahap roti tersebut dengan perlahan.

Dan tidak lama setelah itu, terdengar suara klakson mobil dari halaman depan rumah. Tentu, Nasya segera bangkit dari tempat duduk. Dan bergegas menemui seseorang yang sudah menjemputnya.

"Ma, Pa, Nasya berangkat ya." Ucapnya menyingkirkan roti yang belum ia habiskan ke tangan kiri sembari menyalami punggung tangan kedua orangtuanya.

"Habiskan dulu makananmu, Nasya!" ujar sang Papa melihat sang anak yang sibuk dengan tas sembari menggigit roti ditangan.

"Akan aku habiskan dijalan, Pa. Lagipula, Reza udah dateng. Kan ga enak kalau dia kelamaan nunggu." jelas Nasya meraih tas nya "Aku berangkat Ma, Pa." lalu bergegas menemui seseorang bernama Reza yang telah berada didepan rumahnya.

»

Setelah membunyikan klaksonnya beberapa menit yang lalu, Keluarlah perempuan manis dari dalam rumah yang cukup besar itu. Dan sebuah senyuman terukit begitu saja saat mata tertuju pada perempuan tersebut.

"Selamat Pagi, cantik."

Mendengar itu, Nasya bergidik geli dan tertawa. "Apaan sih lo! Lebay banget deh pagi ini." sembari mendekat ke mobil. Nasya membuka pintu dan duduk disebelah orang tersebut. "Kesambet apaan lo tadi dijalan?" ucap Nasya setelah berada didalam mobil. Ia menatap aneh teman disebelah nya.

"Sembarangan banget sih lo, bilang gue kesambet!..." gerutu pemuda itu. "...Memangnya ga boleh gue bilang kayak begitu? Lagian salah lo sendiri lah..."

Nasya lalu mengernyitkan dahi mendengar pernyataan Reza disana. "Salah gue ?" tanya Nasya dengan isi kepala yang bertanya-tanya 'Apa salahnya?'

Reza mengalihkan wajahnya dari tatapan Nasya dan menggangguk. "Iya salah lo lah! Tiap hari cantiknya nambah. Gimana gue ga kesambet coba?"

Nasya makin tertawa mendengar hal itu. "Apaan sih loh? Gue tu ga cantik! Kalau gue cantik, tuh cowo-cowo di kampus pasti pada suka sama gue dan bakal ngejer-ngejer gue! Dan gue ga bakalan jomblo kayak sekarang!" jelas perempuan tersebut.

Pemuda itu memandang lekat wajah Nasya "Ada kok, cowo yang suka sama lo." Dan Nasya kembali menoleh pada Reza disana. Pemuda itu lalu tersenyum membuat Nasya diam tidak bicara lagi.

Untuk beberapa menit, Hening menghiasi seisi mobil dan "Ngh, Ya..Yaudah berangkat yuk! Gue udah telat bimbingan sama dosen nih!" ucap Nasya dengan mengalihkan wajahnya dari Reza.

S

K

I

P

Setelah urusan kampusnya selesai, Nasya berada di taman. Masih diarea kampus mereka. Tak lupa ditemani oleh teman atau lebih tepatnya sahabat yakni Reza.

"Kenapa lo?" tanya Reza aneh melihat wajah Nasya yang sedari tadi cemberut. Tidak ada warna sama sekali.

Nasya menoleh sejenak pada Reza yang duduk disebelah "Gue galau nih."

"Pff..."

Sontak, Reza terkekeh mendengar perkataan Nasya. "Galau?" Dan Nasya menganggukan pelan kepalanya. Hal itu membuat Reza bertambah tertawa. Tentu saja, baginya hal ini adalah sesuatu yang langka terjadi. "Bisa galau juga lo." lanjut Reza.

"Aih, Apa deh lo! Gue serius nih!" Gerutu Nasya semakin cemberut menoleh pada Reza disana.

"Ok! Ok! Maaf...." Reza menghentikan tawa nya dan kembali menatap perempuan manis disebelahnya "Galau kenapa lo ?"

Nasya menarik nafasnya-dalam. "Gue dijodohin, Ja." jawabnya dengan tatapan lurus tanpa menoleh.

DEG!

"Dijodohin?"

Senyum Reza yang sebelumnya terukir diwajah seketika menghilang. Ia terkejut mendengarnya. "Sama siapa?" lanjut pemuda tersebut-penasaran.

"Anak dari temen orangtua gue." jawab Nasya pasrah.

Hening, tidak ada jawaban dari Reza. Ia tidak tau harus berkata seperti apa.

"Lo tau kan, Gue gasuka yang kayak gini..." ucap Nasya menoleh-sejenak pada Reza. "...Tapi gue ga bisa buat nolak." Lalu kembali memalingkan wajahnya.

"Ya... Mungkin, orangtua lo berpikir kalau ini yang terbaik buat lo." balas Reza dengan nada pasrah. Ia kembali memandang lekat wajah perempuan itu. Ada rasa yang sangat sesak di dalam dada nya setelah apa yang barusaja ia dengar.

Dan kali ini, Nasya yang diam. Tidak menjawab perkataan Reza. "Ya, Reza mungkin benar. Ini mungkin memang yang terbaik." Nasya membatin.

P

E

R

C

E

P

A

T

Saat ini, Nasya tengah berjalan menuju halte bus. Tidak seperti biasanya, Hari ini Nasya tidak pulang bersama Reza, disebabkan ada urusan penting.

Nasya berjalan ditrotoar. Tepat saat melewati genangan air yang tanpa ia sadari berada disebelah, Dari arah yang berlawanan sebuah mobil melintas melintasi genangan itu hingga membuat percikan dari air itu mengenai baju Nasya.

Melihat bajunya yang kotor akibat pengendara mobil tersebut "Woy! Berenti lo" Nasya teriak sekuat mungkin pada mobil sport warna hitam disana. Dan mobil itu berhenti tak jauh dari tempat Nasya berdiri.

Seorang pemuda keluar dari dalam mobil itu. Ia menatap Nasya aneh sedangkan Nasya menatapnya dengan amarah.

"Kenapa lo teriak-teriak ke mobil gue?" tanya pemuda tersebut dengan sikap tidak merasa bersalah sama sekali.

Nasya makin kesal mendengar dan melihat itu "Pake nanya lagi, Lo gak liat? Baju gue jadi kotor kayak gini gara-gara lo" Bentak Nasya.

Dengan memasang wajah sok polos "Gue?" tanya pemuda disana sembari menunjukkan jari telunjuk pada dirinya sendiri.

"Iya elo! Emang siapa lagi?" tegas Nasya.

Pemuda tersebut melipat kedua tangannya "Ya mana gue tau kalo ada genangan air disana" ucapnya ketus sembari memalingkan wajahnya dari Nasya.

"Oh jadi lo ga ngeliat? Berarti mata lo buta?" balas Nasya masih dengan nada yang sama.

Mendengar perkataan Nasya yang sedikit mengoloknya, Pemuda itu kesal "Heh! Denger ya, gue bilang gue gak tau kalo ada genangan disana. Lagian, lo ngapain disana?..." Dengan tatapan tajam. "...Oh gue tau, lo sengaja kan berdiri disitu biar kena air genangan itu terus lo salahin orang yang lewat, minta pertanggung jawaban, ini lah itu lah.." gerutu pemuda itu dengan sangat panjang.

"Oh, jadi lo sengaja ngebut lewat genangan itu?" balas Nasya.

"Telinga lo budek atau gimana sih? Gue bilang gue gatau ada genangan disitu artinya gue ga sengaja, dodol!!" Pemuda itu semakin kesal kepada Nasya.

"Pokoknya gue gak mau tau! Lo harus tanggung jawab! Baju gue jadi kotor kek gini" ucap Nasya tanpa memperdulikan perkataan pemuda itu.

"Terus lo mau apa? Duit? Iya?" Pemuda tersebut mengeluarkan dompet yang ada disaku belakang celana dan memberikan beberapa uang berwarna biru pada Nasya "Nih! Ambil..." ucapnya.

Melihat sikapnya itu, Nasya menatapnya tajam "Gue gak butuh uang lo.." tegasnya.

Pemuda tersebut tersenyum sinis setelah mendengar ucapan Nasya. Ia menatap remeh "Halahh, bilang aja lo mau.. Tapi malu.." ujarnya.

Nasya semakin kesal mendengar balasan seperti itu. Kali ini ia benar-benar tidak dapat menahan amarahnya. Sementara pemuda itu masih menatap dirinya remeh...

PLAKK!

Sebuah tamparan mendarat kuat di wajah pemuda tersebut. Ucapan dari pemuda itu benar-benar keterlaluan. Apa menurutnya sebuah masalah akan selesai hanya dengan uang? Dia pikir dia siapa? Bukannya meminta maaf tapi malah kurang ajar.

Nasya menatapnya dengan sangat tajam dan penuh amarah.

Pemuda itu memegang wajahnya lalu menatap Nasya "Eh! Apa-apaan lo?"ucapnya yang tidak terima dengan perlakuan Nasya yang barusan.

"Eh, lo denger baik-baik! Jangan mentang-mentang lo punya banyak uang terus lo bisa ngelakuin apapun dengan uang" ucap dan jelas Nasya.

Sama seperti sebelumnya, Pemuda itu menatap remeh Nasya dan "Halaah, Omong kosong! Orang mana sih yang gak mau sama uang. Apalagi orang kayak lo" ucapnya dengan menekan kata-katanya. Hal itu membuat Nasya semakin memanas dan...

PLAKK!

Satu tamparan lagi mendarat mulus di wajah pemuda itu. Kali ini mendarat di sisi lain dari sebelumnya. Ya, Nasya sudah menampar pemuda itu sebanyak dua kali, sisi kiri dan kanan wajahnya.

Mendapat perlakuan seperti itu untuk yang kedua kalinya, Pemuda itu mulai emosi pada Nasya "Sialan lo ya" ucapnya yang hendak membalas perlakuan Nasya namun "Denger ya! Gue bukan orang seperti yang ada di dalam kepala lo!" ucap Nasya dengan tatapan tajamnya. Tanpa pikir panjang, Nasya segera pergi meninggalkan pemuda itu.

"Dasar cewe gila" gumam pemuda itu sambil melihat Nasya yang semakin jauh berjalan membelakanginya lalu "Shh, aww.." rintihnya memegang kedua pipinya dan masuk ke dalam mobil.

» Disisi lain.

Nasya yang pergi dengan kesal, berjalan sambil menggerutu ditrotoar. "Dasar cowo stres! Bukannya minta maaf. Belagu banget jadi orang. Dia pikir dengan dia ngasih uang ke gue, gue bakal maafin dia gitu? Idih, ogah gue. Seumur hidup, gue gamau maafin dia!" dumelnya sambil menuju halte bus yang sudah tidak jauh darinya.

"Awas aja kalo gue ketemu sama dia lagi" sambung Nasya mendengus kesal.

Tidak Terduga.

Sore hari, Nasya tengah berada disebuah minimarket terdekat. Ia sedang mencari makanan ringan untuk cemilan malam.

Di salah satu rak makanan tersebut, terlihat hanya tersisa satu bungkus makanan yang ia cari. Bibir Nasya tersungging. Segera, ia meraih bungkus makanan itu. Tetapi, dari arah yang berlawanan, Sebuah tangan juga meraih bungkus makanan tersebut.

Tentu saja, Nasya sedikit kesal melihat hal itu. Bagaimana bisa, orang itu merebut makanan yang sudah jelas lebih dulu menjadi miliknya?

Nasya menoleh, untuk mengetahui wajah dari pemilik tangan yang ingin merebut makanannya. Dan...

"Elo!"

Satu kata yang diucapkan secara bersamaan oleh Nasya dan orang itu.

Nasya benar-benar terkejut, melihat orang itu. Kenapa? Iya, belum hilang rasa kesalnya, ia sudah bertemu lagi dengan pemuda yang menyebalkan yang sebelumnya bertemu dengan Nasya.

pemuda itu tidak begitu memperdulikan Nasya disana. Ia lebih fokus untuk merebut makanan ringan yang ada pada Nasya. Melihat itu, Nasya menepis kasar tangan pemuda tersebut "Eh, ini gue yang duluan!"

pemuda tersebut menatap Nasya. Tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Nasya. "Enak aja!..." Ia kembali mencoba meraih bungkus makanan tersebut "...Gue yang duluan!"

Nasya menahan makanan itu dari tangan pemuda tersebut. "Eh, Udah jelas tadi gue yang pegang duluan."

Tetap saja, pemuda itu masih tidak terima dengan perkataan Nasya. "Jangan sembarangan ya! Tadi gue yang duluan!!!" tegasnya.

Nasya tetap tidak ingin mengalah dengan pemuda itu. "Gaada, Gaada!..." bantah Nasya sembari menyingkirkan tangan pemuda tersebut. "...Lo denger ya, Ladies First!" Nasya kembali menarik makanan ringan tersebut.

Tentu saja, pemuda kurus itu menahannya. "Oh, tidak bisa! Mau Ladies First atau Oma First. Pokoknya ini punya gue!" ujarnya dan kembali menarik makanan tersebut dari Nasya. Ia tetap bersikeras bahwa makanan tersebut sudah menjadi miliknya.

Nasya kesal mendengar apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Seenaknya saja seperti itu. "Enak aja! Gue yang duluan ambil bukan elo!"

"Gue yang duluan!" balas pemuda kurus itu.

Akhirnya, dikarenakan tidak ada yang mau mengalah. Terjadilah tarik-menarik antara Nasya dan pemuda itu, didalam minimarket tersebut.

Dengan wajah tanpa dosa, Pemuda itu tetap enggan memberikan makanan tersebut pada Nasya. Begitu juga sebaliknya, Nasya yang merasa bahwa dirinya lah yang lebih berhak atas makanan tersebut.

Kesal. Melihat pemuda itu sama sekali tidak mau mengalah. Apalagi terhadap perempuan. Otak cerdik Nasya pun beraksi. Nasya menahan makanan itu, Kuat. Lalu melepaskannya begitu saja hingga membuat pemuda itu jatuh tersungkur kebelakang.

BRUKK!

"aww.. shh.." ringis pemuda tersebut, kesakitan. Ia memegang siku yang terbentur rak di belakangnya akibat dari kejahilan Nasya. Tubuhnya yang mengenai rak dibelakang, membuat beberapa makanan ringan jatuh.

Nasya tertawa puas melihatnya seperti itu "Syukurin lo!!".

"Sialan lo!..." Pemuda itu kesal menatap Nasya. Ia lalu bergegas bangkit dari tempatnya "...Kenapa sih kalo ketemu lo gue jadi sial" gerutunya.

Dahi Nasya sedikit mengkerut dan tidak terima mendengar pernyataan pemuda tersebut. "Eh! Yang ada gue yang sial ketemu sama lo".

"Eh, Gue yang sial gara-gara lo!..." bantah pemuda itu. "...Kenapa? Pertama, tadi siang di trotoar. Udah dibilang gue ga sengaja lewatin genangan air itu tapi lo malah nampar gue. Padahal gue udah minta maaf dan bilang ga sengaja. Kedua, Barusan lo bikin gue jatuh sampai kayak tadi. Apa jangan-jangan Lo sengaja ngikutin gue buat bikin gue sial? Hah? Iya?" jelas pemuda itu dengan kecurigaannya terhadap Nasya.

Mata Nasya terbelalak mendengar penjelasan yang panjang dari pemuda itu. "Idih, amit-amit gue ngikutin lo. Kurang kerjaan banget, tau ga!..." Otak Nasya menangkap satu kalimat dari pernyataan pemuda itu. Dan menggaris bawahi kalimat itu. "...Lagian, Kapan lo bilang minta maaf ke gue ? Hah?..." Tatap tajam Nasya pada pemuda itu.

"...Yang ada, lo malah melempar uang ke gue! Gaada tuh kata maaf keluar dari mulut lo!" tegas Nasya.

"Eh, gue udah bilang maaf ke elo!"

"Kapan?..." bantah Nasya membuat pemuda itu sedikit terdiam. "...Gue tanya sekali lagi! Kapan lo bilang maaf ke gue ?"

Pemuda itu diam. Memang jelas, sebelumnya tidak ada kata maaf yang keluar dari mulutnya. Bahkan ia malah menuduh Nasya sengaja berjalan didekat sebuah genangan air untuk membuat pengendara yang lewat berhenti dan bertanggung jawab dengan cara memberikan dirinya uang.

"Ya... Ya ada!..." Pemuda itu masih tetap kekeh dengan perkataannya.

"...Jadi, intinya lo sengaja kan ngikutin gue sampai kesini!..." tatapnya pada Nasya

"...Atau jangan-jangan lo diem-diem naksir sama gue?" ujarnya mengalihkan pembicaraan.

Lagi, mata Nasya di buat kembali terbelalak. Bagaimana bisa pemuda tersebut berpikir seperti itu ? "Gila lo ya!..."

Pemuda itu mengernyit akan perkataan Nasya. "...Buat apa coba gue suka sama lo? Cowo yang gaada sopan santun nya sedikit pun. Cowo yang gaada tanggung jawabnya sama sekali. Amit-amit! Amit-amit banget gue suka sama lo!" Nasya mengetuk-ngetuk pelan kepala dan rak makanan yang ada di depan dengan genggaman tangan.

Pemuda itu tersenyum sebelah bibir. Menganggap remeh perkataan Nasya barusan. "Kalau suka bilang aja kali!"

Mendengar itu, Nasya bergidik sembari sedikit melirik pemuda itu.

Beberapa detik kemudian, pemuda tersebut melemparkan makanan ringan kedalam keranjang belanja Nasya. Makanan yang sebelumnya mereka perebutkan. Makanan yang menjadi alasan perdebatan mereka. "Noh, ambil! Udah gak mood gue" ujarnya lalu pergi meninggalkan Nasya disana.

Nasya menatap jengkel kepergian orang itu lalu menatap makanan ringan yang berada di keranjang belanjaannya. "Ogah! Gue udah ga tertarik. Bekas dipegang-pegang sama dia tadi..." Nasya menggerutu sembari mengembalikan makanan ringan itu ke tempat asalnya

"...Mending gue beli yang lain" Nasya meninggalkan rak makanan tersebut dan mulai mencari makanan disisi lain.

***

Dan akhirnya, tibalah saat nya dimana Nasya akan dipertemukan dengan pemuda yang telah dipilihkan oleh orangtuanya.

Hari ini, tepatnya sebelum jam makan malam. Orangtua Nasya sengaja memilih waktu sebelum makan malam agar dapat makan malam bersama dengan keluarga pemuda yang akan di jodohkan dengan Nasya.

Segala keperluan sudah dipersiapkan dengan sangat baik. Bahkan kedua orangtua Nasya sangat menanti-nanti calon besannya itu.

Akan tetapi, Hal itu tidak berlaku pada Nasya. Perempuan itu dengan santainya duduk menonton drama di televisi dan melahap makanan beberapa makanan ringan yang di beli nya tadi sore.

"Nasya! Kenapa belum siap-siap?..." ujar sang Ibu yang terlihat geram melihat Nasya masih asik menonton TV. "...Keluarga om Rama sebentar lagi datang! Kamu ini gimana sih!".

"Ya ampun, ma. Kenapa Nasya harus siap-siap?..." jawab perempuan itu masih dengan tatapan mata ke arah televisi. "...Mereka kan mau ketemu mama papa. Lagian malem ini Nasya mau santai! Soalnya dari pagi Nasya capek ngurusin skripsi." ucap Nasya sama sekali tidak menoleh pada sang ibu.

Geram melihat anaknya seperti itu, Sang ibu lalu mematikan televisi tersebut.

"Ma...." rengek Nasya segera menoleh pada sang ibu. "...Kenapa di matiin? Nasya kan lagi nonton!" Nasya mencoba merebut remote yang berada pada wanita baya itu.

"Gaada nonton tv!..." Sang ibu menyingkirkan remote tersebut. "...Cepat bersiap sana!."

Namun Nasya masih kekeh dengan pendiriannya. "Gamau, ma! Nasya malem ini mau istirahat!."

Melihat itu, Pria baya disana menggelengkan kepala. "Mereka itu kesini mau melamar kamu buat anaknya...".

Nasya yang tidak tau akan hal itu, tersentak saat mendengar sang papa berkata bahwa tujuan kedatangan mereka adalah melamar. Melamar? Bukankah itu hanya pertemuan biasa saja?

"...Sekarang cepat pergi ke kamar dan bersiap!" tegas sang papa.

Nasya menghela napas, menatap kedua orangtuanya "Tapi pa.." Lagi, Nasya memasang senjata andalannya yaitu merengek.

"Sayang, Bukankah kamu sudah berjanji sama mama soal ini?" sahut sang ibu yang sudah sangat paham akan arti rengek kan anaknya.

Dan akhirnya, Nasya terdiam dengan memasang wajah cemberut. Lalu ia menarik napas, panjang. "Baiklah, ma." Dan pergi menuju ke kamar untuk bersiap-siap.

.

.

.

Tidak butuh waktu lama, Bel dirumah besar itu pun berbunyi. Ya, Pucuk dicinta ulam pun tiba. Yang sangat ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sebuah senyuman terukir di wajah kedua orangtua Nasya dan memberikan sambutan hangat kepada keluarga yang telah di nanti-nantikan.

"Mari, silahkan masuk!" Senyum ramah dari ibu Nasya.

Sedikit di perjelas, bahwa sang ibu atau beliau yang bernama Arsy sudah bersahabat sejak lama dengan Kirana, calon ibu mertua Nasya. Begitu pula dengan sang ayah yang bernama Wijaya, beliau juga adalah sahabat dari calon ayah mertua Nasya yakni Rama. Dan hal itu menjadi salah satu alasan kuat dari perjodohan ini.

Keluarga dari calon suami Nasya itupun duduk diruang keluarga yang sebelumnya sudah ditata rapi dan sangat di persiapkan oleh kedua orangtua Nasya.

"Ah, jadi, ini Dicky?" Arsy nampak pangling karena sudah lama tidak bertemu dengan anak sahabatnya itu. Terakhir kali adalah saat dimana Dicky menginjak sekolah dasar kelas 4 lalu kemudian pindah keluar negeri bersama nenek dan kakeknya.

Kirana pun tersenyum "Iya, ini Dicky. Masa kamu lupa?"

"Wah, kamu tambah tampan ya sekarang..." Arsy memuji Dicky dan sama sekali tidak beralih dari sang calon menantu. Hatinya sangat senang, melihat Dicky saat itu. Dan beliau benar-benar merasa yakin, bahwa Dicky adalah suami yang baik untuk Nasya.

Mendengar itu, Pemuda bernama Dicky tersenyum tipis "Makasih tante". Ia terlihat risih dengan acara pertemuan dan makan malam bersama saat ini.

"Ngomong-ngomong, anak kamu, Nasya mana?" ucap Kirana yang sedari tadi sama sekali tidak melihat Nasya disana.

Sadar akan hal itu, "Ah, Dia masih berada diatas..." ucap Arsy sembari menatap kelantai atas sekilas. "...Sebentar ya, saya panggil dulu" Beliau lalu beranjak, naik ke lantai atas dan menuju kamar Nasya berada.

C

E

K

L

E

K

S

Dan betapa terkejutnya Arsy saat melihat apa yang terjadi di dalam kamar Nasya.

"Ya ampun, Nasya!" Beliau sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya itu. Ya! Bukannya bersiap untuk acara pertemuan keluarga, Nasya malah guling-gulingan dikamar dengan earphone ditelinga ditemani beberapa makanan ringan dan sebuah novel.

Dengan wajah polos, Nasya menatap sang ibu yang berdiri di hadapan nya.

"Nasya! Kenapa kamu belum siap-siap juga? Itu keluarganya Dicky udah dibawah" gerutu Arsy. Beliau melepas paksa earphone yang ada ditelinga anaknya.

"Mama sama Papa aja deh ya. Nasya males banget buat kebawah" Nasya yang merasa malas dan kesal dengan acara itu kembali fokus pada novel yang masih berada ditangan.

"Gak ada alasan! Udah, cepet siap-siap!..." Wanita baya itu meraih novel tersebut. "...Mama tunggu dibawah! Awas kalo kamu ga turun!" Sang ibu pun keluar dari dalam kamar Nasya.

Nasya memanyunkan bibir dengan kesal "Etdah, Siapa sih Dicky itu? Mama sama papa ngebet banget pengen jadiin dia menantu." dumel Nasya sembari mulai mencari pakaian di dalam lemari.

»

Kedua orangtua Nasya dan keluarga calon besan tengah sangat asik berbincang. Dengan perlahan, Nasya menuruni anak tangga satu per satu. Sejujurnya, Nasya merasa ragu untuk turun dan bergabung dengan mereka.

Masih di posisi menuruni anak tangga, Nasya melirik pada seorang pemuda yang duduk dan sibuk dengan sebuah ponsel "Itu yang namanya Dicky?..." gumam nya bertanya-tanya.

Dari posisi Nasya sekarang, wajah dari pemuda tersebut tidak begitu jelas karena Dicky sedikit menunduk dan hanya fokus pada ponsel. "...Apa bagusnya cowo kayak gitu" Lagi, Nasya kembali bergumam. Bagi Nasya, tidak ada yang menarik dari pemuda itu. Tapi orangtua nya sangat bersemangat sekali menjadikan dia menantu mereka.

Merasa ada kehadiran seseorang, Wijaya menoleh pada Nasya yang barusaja selesai menghitung anak tangga "Kemari Nasya!".

Dengan sebuah senyuman yang manis, Nasya berjalan mendekat pada orangtua nya. Sama seperti kedua orangtuanya, Nasya harus menyambut hangat keluarga yang sangat dinanti oleh mama papa nya.

Orangtua dari pemuda itu tersenyum melihat Nasya. "Ah, ini Nasya?" Kirana berseri menatapnya.

Nasya tersenyum dan mencium punggung tangan calon mertua nya itu.

"Cantik ya" ucap Kirana, sahabat dari sang ibu.

Nasya tersenyum "Makasih tante".

Lalu, wanita baya itu menoleh pada anaknya yang sedari tadi hanya sibuk bermain ponsel. Nasya pun sedikit melirik, penasaran bagaimana wajah dari pemuda tersebut namun masih tidak begitu terlihat jelas.

"Dicky! Ayo kenalan dulu sama Nasya!"

Mendengar itu, Dicky berdecak pelan dan memasukkan ponsel nya kedalam saku. Ia lalu berdiri menyamai posisi sang ibu. Dengan perasaan kesal yang tertahan, Ia perlahan mendekati wanita baya itu dan mencoba berkenalan dengan Nasya namun...

"Lo?" "Elo?"

Terpaksa Menikah

"Lo?" "Elo?"

Lagi, Satu kata itu, terucap secara bersamaan. Oleh Nasya dan Dicky.

Kedua nampak sangat terkejut. Ya, keduanya sudah pernah di pertemukan oleh Tuhan, sebelumnya. Ingat tidak? Pemuda menyebalkan yang seenaknya saja mengendarai mobil dijalanan?. Iya, pemuda itu adalah Dicky. Calon suami Nasya.

Hal itu, membuat kedua orang tua Nasya dan Dicky heran.

"Kalian, sudah saling kenal?" Tanya Mama Nasya.

Nasya yang kesal lalu menatap orangtuanya yang berada disebelah "Jadi dia, Ma? yang mau dijodohin sama Nasya?" ucap Nasya malah balik bertanya pada sang mama dan menghiraukan pertanyaan sang mama.

"Iya, Dicky! Calon suami kamu" jawab sang mama.

Nasya menghela napas "Kalo sama dia, Nasya gak mau!" ujar Nasya.

"Eh, Lo pikir gue mau dijodohin sama lo? Ogah!" sahut Dicky yang membalas perkataan Nasya.

Nasya menoleh dan menatapnya kesal.

"Loh? Kenapa?" Tanya Mama Dicky yang juga heran disana.

"Asal mama tau ya. Dia ini cewe kasar yang udah bikin aku sial." jelas Dicky pada sang mama.

Nasya kesal dan tidak terima dengan itu "Eh, sembarangan lo kalo ngomong! Yang ada gue lagi yang sial bukan lo" balasnya.

"Sial darimananya lo? Lo tu selalu bikin gue sial. Ada aja masalah kalo ada lo" balas dan gerutu Dicky.

"Terserah lo deh ya! Pokoknya gue gamau dijodohin dan nikah sama lo" ucap dan tekan Nasya padanya.

"Hh? Gue juga gamau dijodohin sama lo. Apalagi sampe nikah? Yang ada sial seumur hidup gue" balas Dicky melipat tangannya.

Terjadilah adu mulut antara Nasya dan Dicky yang membuat heran kedua orangtua kalian karena kalian sama sekali belum menjelaskan sedikitpun tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"Dicky Cukup!" "Nasya!"

Keduanya pun diam setelah papa Nasya dan juga papa Dicky berbicara. Keduanya saling memandang dengan kesal.

"Sudah cukup! Sekarang, kalian harus dengarkan kami!" tegas papa Nasya. Beliau lalu menatap besannya. "Tidak ada alasan apapun lagi karena keputusan sudah terlanjur dibuat. Kalian tetap harus menikah!" jelas papa Dicky membuat Kedua remaja ini terbelalak.

"Pa, aku ga setuju! aku gamau" bantah Dicky.

Begitu pula Nasya yang merengek, menolak perjodohan ini. "Nasya! Keputusan sudah ditetapkan. Kalian akan tetap menikah minggu depan!" jelas papa Nasya.

"Apa? Minggu depan?" Nasya dan Dicky lagi-lagi mengucapkan kalimat dengan bersamaan.

Mendengar itu, Nasya masih berusaha memohon pada orangtua nya agar membatalkan perjodohan itu namun apa boleh buat, baik Nasya maupun Dicky tidak bisa mengubah keputusan yang telah dibuat. Intinya Nasya dan Dicky akan tetap menikah.

P

E

R

C

E

P

A

T

Hari ini adalah hari yang sangat dinanti-nanti oleh semua orang yakni acara pernikahan Nasya dan Dicky. Semua terlihat bahagia dihari itu untuk menyaksikan pernikahan tersebut. Semua ruangan sudah dihiasi dengan bunga-bunga dan tirai yang berpadu warna putih-biru.

Sahabat Nasya, Reza juga menghadiri acara pernikahan itu. Dia harus merelakan cinta pertamanya. Drt.. Drt.. ponselnya bergetar pertanda pesan masuk. Reza segera membuka pesan yang berisi "Bagaimana acaranya?" tanya seseorang dari seberang sana.

Reza tersenyum tipis dan membalas pesannya "Begitulah"

Tak berapa lama pesan pun kembali diterima oleh Reza "Mungkin ini yang terbaik untuk Nasya. Gausah sedih! Jodoh itu ga akan kemana kok" begitulah balasan pesan tersebut yang mencoba untuk menenangkan Reza. Pemuda itu hanya membacanya dan tidak membalas lagi. Tentunya, ia pasti sudah bisa menerima kenyataan karena sekarang ia berada di acara pernikahan Nasya dan Dicky.

Nasya terlihat begitu cantik dengan gaun pernikahan berwarna putih dan Dicky terlihat tampan mengenakan jas dan celana berwarna putih serta peci yang menghiasi kepalanya. Keduanya terlihat begitu sangat serasi.

Hanya dengan beberapa menit saja, Nasya sudah menjadi istri dari Dicky. Walaupun Nasya dan Dicky terpaksa melakukan pernikahan itu.

Momen yang ditunggupun tiba. Ya, momen dimana Dicky mengucapkan janji suci pernikahan yakni akad nikah.

Dicky menjabat tangan sang penghulu. Tidak ada rasa gugup ataupun deg-deg-an yang Nasya dan Dicky rasakan saat itu.

Bagi keduanya, hari itu seperti acara kumpul keluarga saja. Setelah penghulu mengucapkan kalimatnya, Dickypun lalu menjawabnya dengan lantang dan lancar tanpa ada hambatan sedikitpun. Dan resmilah Nasya menjadi nyonya prasetyo.

S

K

I

P

Tidak terasa acara pernikahan Nasya dan Dicky telah berakhir. Para kerabat dekat baru saja pulang dari rumah.

Saat ini, Nasya dan Dicky tengah berada di dalam kamar. Tidak ada yang terjadi. Keduanya terlihat biasa saja. Dicky sibuk mengutak-atik ponselnya ditepi ranjang dan Nasya tengah membersihkan make up yang ada diwajah.

Setelah selesai, Nasya bergegas menuju kamar mandi tanpa memperdulikan Dicky disana. Dicky nampak sedikit melirik "Mau kemana lo?" tanyanya.

Tanpa menoleh "Bukan urusan lo!" jawab Nasya cuek.

"Bukan urusan gue gimana? Lo itu udah jadi Istri gue dan gue harus tau" balas Dicky dengan tegas.

Nasya menoleh dan menatap padanya setelah mendengar perkataannya "Etdah! Gue gak pergi kemana-mana kali, Cuma kekamar mandi doang! Itu pun masih didalam rumah ini. Bukannya diluar rumah. Sok bertindak jadi suami gue aja lo" ketus Nasya.

"Apa lo bilang?" Dicky

"au ah! Gue mau mandi" ucap Nasya berlalu dari hadapan Dicky

Dunia tak selebar daun kelor.

Mungkin itulah pepatah yang cocok untuk Nasya dan Dicky saat ini. Tanpa sengaja keduanya dipertemukan dengan cara yang bisa dibilang seperti Tom and Jerry. Dimana, Setiap kali bertemu pasti ada saja yang dipermasalahkan.

Tidak seperti pasangan suami-istri pada umumnya. Romantis, Perhatian, Penuh Cinta. Berbeda dengan Nasya dan Dicky, dimana keduanya selalu bertengkar setiap kali bersama.

Nasya baru saja keluar dari kamar mandi dengan berbalutkan handuk berwarna putih. Seperti biasa Nasya membuka lemari pakaian dan memilih piama tidur nya.

Dengan berbalutkan handuk Nasya berjalan kesana kemari didalam kamar itu tanpa sadar akan seseorang disana. Ya, Dicky masih berada ditepi tempat tidur dengan ponselnya. Dia melirik Nasya yang sedari tadi sibuk sendiri "Oi, lo ngapain? Mondar-mandir kayak gosokan!" ujar Dicky.

Mendengar itu Nasya sadar bahwa dikamar itu bukan hanya ia sendiri. Nasya lupa jika ada Dicky disana "Eh, lo ngapain disini?" Nasya balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Dicky sebelumnya.

"Lo ga liat? Gue lagi tidur disini?" jawab Dicky kembali fokus dengan ponselnya.

Nasya menatapnya tajam "Keluar lo dari kamar gue!" usirnya.

Dicky kembali menatap Nasya "Lo ngusir gue? Lo lupa? Sekarang gue sama lo itu udah nikah! Otomatis ini juga jadi kamar gue" balas Dicky dengan santai.

"Oh iya ya. Lo udah jadi suami gue." ucap Nasya yang lupa dengan kenyataan setelah keluar dari kamar mandi.

Kembali fokus dengan ponselnya, Dicky mengangguk mendengar ucapan Nasya.

Sadar "Eitt, tapi tetep aja lo harus keluar! Gue mau pake baju!" paksa Nasya pada Dicky.

Masih pada posisinya "Ya pake tinggal pake sih!" celetuk Dicky.

Nasya kesal melihat Dicky yang sama sekali tidak bergerak dari tempatnya "Dicky! Keluar gak lo! Kalo gak ni lemari melayang ke kepala lo" ucap Nasya dengan nada sedikit tinggi.

Dicky menatap Nasya dengan kesal "Etdah! Iye, gue keluar!" ucapnya berjalan malas keluar dari kamar.

Nasya pun segera mengunci pintu kamar khawatir Dicky yang masuk seenaknya.

S

K

I

P

Saat ini Nasya tengah duduk diatas kasur dan sibuk dengan ponsel nya. Sementara Dicky, ia masih setia dengan ponsel miliknya. Tidak ada satupun percakapan antara Nasya dan Dicky. Keduanga sibuk berbalas pesan dengan orang lain ketimbang untuk lebih saling mengenal satu sama lain. Pasangan yang aneh memang.

Tok! Tok! Tok! Seseorang baru saja mengetuk pintu kamar mereka.

Nasya yang asik dengan ponsel nya "Dic, bukain tuh!" ujar Nasya tanpa menoleh pada Dicky.

"Ogah! Lo aja sana" balas Dicky yang juga tanpa menoleh pada Nasya.

Nasya masih dengan ponselnya "Lo aja napa! Gue masih asyik nih".

Dicky menatap Nasya yang sibuk dengan ponsel, Ia berdecak kesal lalu beranjak dari tempatnya dan membukakan pintu kamar.

"Mama?..." ucap Dicky saat mengetahui bahwa yang mengetuk pintu itu adalah mama Nasya yang sekarang adalah mama mertua Dicky "...Ada apa, ma?" sambungnya.

Sang mama tersenyum pada menantunya itu "Ayo turun! Kita makan malam sama-sama".

"Ah, iya ma. Nanti aku sama Nasya turun" balas Dicky.

"Baiklah. Mama tunggu dibawah" ucap sang mama lalu meninggalkan mereka berdua dan turun ke ruang makan.

Dicky menutup pintu dan melihat pada Nasya yang masih saja fokus dengan ponsel.

Nasya bertanya pada Dicky "Siapa, Dic?" dengan mata yang masih fokus pada layar ponsel.

"Mama nyuruh kebawah buat makan" jelas Dicky.

"Yaudah, lo duluan aja kebawah entar gue nyusul" jawab Nasya masih dengan posisi nya.

Dicky masih menatap Nasya yang sama sekali tidak beralih dari ponsel. Sesekali, ia melihat Nasya tersenyum dengan ponselnya itu. Dicky merasa curiga "Asyik banget sih" ucapnya dengan merampas ponsel itu dari tangan Nasya.

Nasya kesal "Aish, Dicky! Siniin" dan berusaha meraih ponselnya kembali.

"Apaan ni? Siapa Reza?" ucap Dicky dengan menatap Nasya.

Sejenak Nasya diam dengan pertanyaan itu "aish, sini!" ucapnya mencoba untuk tidak memperdulikan pertanyaan Dicky dan berusaha meraih ponsel.

"Gue tanya Reza itu siapa?" ucap Dicky masih pada pertanyaan yang sama.

Nasya menatapnya kesal "Emang penting gitu buat lo?" balas Nasya.

"Ya penting lah! Lo itu udah jadi istri gue dan gue berhak tau semuanya" jelas Dicky.

Nasya melipat tangan dan mengalihkan wajahnya dari tatapan Dicky "Terus gue harus kasih tau gitu?" jawab Nasya.

Dicky masih menatap Nasya serius "Gue bilang, Reza siapa?" ucap Dicky dengan membentak pada Nasya.

Nasya kembali menatapnya tajam "Etdah woy! Gausah pake bentak segala napa!".

Melihat Nasya yang masih bersikap untuk tidak mengatakan siapa Reza "Oh, jangan-jangan dia pacar lo yang belum lo putusin, ya kan?" sangka Dicky.

"Kalo dia pacar gue, Masalah buat lo? Inget ya dic! Gue nikah sama lo itu bukan atas kemauan gue jadi lo gak usah sok berlagak layaknya suami gue! " ucap Nasya kesal.

"Astagfirullah, lo bilang gue berlagak jadi suami lo? Lah emang gue udah sah jadi suami lo dan semua yang lo lakuin gue berhak tau termasuk si Reza ini!" balas Dicky.

"Eh! Denger ya, gue bukan cewe bodoh! Gue tau, lo sendiri juga pasti punya pacar dan masih berhubungan sama pacar lo itu. Lagian ngapain sih lo sok sibuk mempermasalahkan tentang Reza? Gue aja ga mempermasalahkan hubungan lo sama pacar lo itu. Jadi berhenti bertindak sebagai suami gue!" ucap Nasya pergi meninggalkan Dicky tanpa memperdulikan ponsel nya lagi.

Dicky yang kesal karena perkataan Nasya barusan "Fine! Kita lihat aja. Lo bakal klepek-klepek sama gue" Dicky membatin dengan melihat arah pintu meskipun Nasya sudah hilang dari pandangannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!