Sore hari, Nasya tengah berada disebuah minimarket terdekat. Ia sedang mencari makanan ringan untuk cemilan malam.
Di salah satu rak makanan tersebut, terlihat hanya tersisa satu bungkus makanan yang ia cari. Bibir Nasya tersungging. Segera, ia meraih bungkus makanan itu. Tetapi, dari arah yang berlawanan, Sebuah tangan juga meraih bungkus makanan tersebut.
Tentu saja, Nasya sedikit kesal melihat hal itu. Bagaimana bisa, orang itu merebut makanan yang sudah jelas lebih dulu menjadi miliknya?
Nasya menoleh, untuk mengetahui wajah dari pemilik tangan yang ingin merebut makanannya. Dan...
"Elo!"
Satu kata yang diucapkan secara bersamaan oleh Nasya dan orang itu.
Nasya benar-benar terkejut, melihat orang itu. Kenapa? Iya, belum hilang rasa kesalnya, ia sudah bertemu lagi dengan pemuda yang menyebalkan yang sebelumnya bertemu dengan Nasya.
pemuda itu tidak begitu memperdulikan Nasya disana. Ia lebih fokus untuk merebut makanan ringan yang ada pada Nasya. Melihat itu, Nasya menepis kasar tangan pemuda tersebut "Eh, ini gue yang duluan!"
pemuda tersebut menatap Nasya. Tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Nasya. "Enak aja!..." Ia kembali mencoba meraih bungkus makanan tersebut "...Gue yang duluan!"
Nasya menahan makanan itu dari tangan pemuda tersebut. "Eh, Udah jelas tadi gue yang pegang duluan."
Tetap saja, pemuda itu masih tidak terima dengan perkataan Nasya. "Jangan sembarangan ya! Tadi gue yang duluan!!!" tegasnya.
Nasya tetap tidak ingin mengalah dengan pemuda itu. "Gaada, Gaada!..." bantah Nasya sembari menyingkirkan tangan pemuda tersebut. "...Lo denger ya, Ladies First!" Nasya kembali menarik makanan ringan tersebut.
Tentu saja, pemuda kurus itu menahannya. "Oh, tidak bisa! Mau Ladies First atau Oma First. Pokoknya ini punya gue!" ujarnya dan kembali menarik makanan tersebut dari Nasya. Ia tetap bersikeras bahwa makanan tersebut sudah menjadi miliknya.
Nasya kesal mendengar apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Seenaknya saja seperti itu. "Enak aja! Gue yang duluan ambil bukan elo!"
"Gue yang duluan!" balas pemuda kurus itu.
Akhirnya, dikarenakan tidak ada yang mau mengalah. Terjadilah tarik-menarik antara Nasya dan pemuda itu, didalam minimarket tersebut.
Dengan wajah tanpa dosa, Pemuda itu tetap enggan memberikan makanan tersebut pada Nasya. Begitu juga sebaliknya, Nasya yang merasa bahwa dirinya lah yang lebih berhak atas makanan tersebut.
Kesal. Melihat pemuda itu sama sekali tidak mau mengalah. Apalagi terhadap perempuan. Otak cerdik Nasya pun beraksi. Nasya menahan makanan itu, Kuat. Lalu melepaskannya begitu saja hingga membuat pemuda itu jatuh tersungkur kebelakang.
BRUKK!
"aww.. shh.." ringis pemuda tersebut, kesakitan. Ia memegang siku yang terbentur rak di belakangnya akibat dari kejahilan Nasya. Tubuhnya yang mengenai rak dibelakang, membuat beberapa makanan ringan jatuh.
Nasya tertawa puas melihatnya seperti itu "Syukurin lo!!".
"Sialan lo!..." Pemuda itu kesal menatap Nasya. Ia lalu bergegas bangkit dari tempatnya "...Kenapa sih kalo ketemu lo gue jadi sial" gerutunya.
Dahi Nasya sedikit mengkerut dan tidak terima mendengar pernyataan pemuda tersebut. "Eh! Yang ada gue yang sial ketemu sama lo".
"Eh, Gue yang sial gara-gara lo!..." bantah pemuda itu. "...Kenapa? Pertama, tadi siang di trotoar. Udah dibilang gue ga sengaja lewatin genangan air itu tapi lo malah nampar gue. Padahal gue udah minta maaf dan bilang ga sengaja. Kedua, Barusan lo bikin gue jatuh sampai kayak tadi. Apa jangan-jangan Lo sengaja ngikutin gue buat bikin gue sial? Hah? Iya?" jelas pemuda itu dengan kecurigaannya terhadap Nasya.
Mata Nasya terbelalak mendengar penjelasan yang panjang dari pemuda itu. "Idih, amit-amit gue ngikutin lo. Kurang kerjaan banget, tau ga!..." Otak Nasya menangkap satu kalimat dari pernyataan pemuda itu. Dan menggaris bawahi kalimat itu. "...Lagian, Kapan lo bilang minta maaf ke gue ? Hah?..." Tatap tajam Nasya pada pemuda itu.
"...Yang ada, lo malah melempar uang ke gue! Gaada tuh kata maaf keluar dari mulut lo!" tegas Nasya.
"Eh, gue udah bilang maaf ke elo!"
"Kapan?..." bantah Nasya membuat pemuda itu sedikit terdiam. "...Gue tanya sekali lagi! Kapan lo bilang maaf ke gue ?"
Pemuda itu diam. Memang jelas, sebelumnya tidak ada kata maaf yang keluar dari mulutnya. Bahkan ia malah menuduh Nasya sengaja berjalan didekat sebuah genangan air untuk membuat pengendara yang lewat berhenti dan bertanggung jawab dengan cara memberikan dirinya uang.
"Ya... Ya ada!..." Pemuda itu masih tetap kekeh dengan perkataannya.
"...Jadi, intinya lo sengaja kan ngikutin gue sampai kesini!..." tatapnya pada Nasya
"...Atau jangan-jangan lo diem-diem naksir sama gue?" ujarnya mengalihkan pembicaraan.
Lagi, mata Nasya di buat kembali terbelalak. Bagaimana bisa pemuda tersebut berpikir seperti itu ? "Gila lo ya!..."
Pemuda itu mengernyit akan perkataan Nasya. "...Buat apa coba gue suka sama lo? Cowo yang gaada sopan santun nya sedikit pun. Cowo yang gaada tanggung jawabnya sama sekali. Amit-amit! Amit-amit banget gue suka sama lo!" Nasya mengetuk-ngetuk pelan kepala dan rak makanan yang ada di depan dengan genggaman tangan.
Pemuda itu tersenyum sebelah bibir. Menganggap remeh perkataan Nasya barusan. "Kalau suka bilang aja kali!"
Mendengar itu, Nasya bergidik sembari sedikit melirik pemuda itu.
Beberapa detik kemudian, pemuda tersebut melemparkan makanan ringan kedalam keranjang belanja Nasya. Makanan yang sebelumnya mereka perebutkan. Makanan yang menjadi alasan perdebatan mereka. "Noh, ambil! Udah gak mood gue" ujarnya lalu pergi meninggalkan Nasya disana.
Nasya menatap jengkel kepergian orang itu lalu menatap makanan ringan yang berada di keranjang belanjaannya. "Ogah! Gue udah ga tertarik. Bekas dipegang-pegang sama dia tadi..." Nasya menggerutu sembari mengembalikan makanan ringan itu ke tempat asalnya
"...Mending gue beli yang lain" Nasya meninggalkan rak makanan tersebut dan mulai mencari makanan disisi lain.
***
Dan akhirnya, tibalah saat nya dimana Nasya akan dipertemukan dengan pemuda yang telah dipilihkan oleh orangtuanya.
Hari ini, tepatnya sebelum jam makan malam. Orangtua Nasya sengaja memilih waktu sebelum makan malam agar dapat makan malam bersama dengan keluarga pemuda yang akan di jodohkan dengan Nasya.
Segala keperluan sudah dipersiapkan dengan sangat baik. Bahkan kedua orangtua Nasya sangat menanti-nanti calon besannya itu.
Akan tetapi, Hal itu tidak berlaku pada Nasya. Perempuan itu dengan santainya duduk menonton drama di televisi dan melahap makanan beberapa makanan ringan yang di beli nya tadi sore.
"Nasya! Kenapa belum siap-siap?..." ujar sang Ibu yang terlihat geram melihat Nasya masih asik menonton TV. "...Keluarga om Rama sebentar lagi datang! Kamu ini gimana sih!".
"Ya ampun, ma. Kenapa Nasya harus siap-siap?..." jawab perempuan itu masih dengan tatapan mata ke arah televisi. "...Mereka kan mau ketemu mama papa. Lagian malem ini Nasya mau santai! Soalnya dari pagi Nasya capek ngurusin skripsi." ucap Nasya sama sekali tidak menoleh pada sang ibu.
Geram melihat anaknya seperti itu, Sang ibu lalu mematikan televisi tersebut.
"Ma...." rengek Nasya segera menoleh pada sang ibu. "...Kenapa di matiin? Nasya kan lagi nonton!" Nasya mencoba merebut remote yang berada pada wanita baya itu.
"Gaada nonton tv!..." Sang ibu menyingkirkan remote tersebut. "...Cepat bersiap sana!."
Namun Nasya masih kekeh dengan pendiriannya. "Gamau, ma! Nasya malem ini mau istirahat!."
Melihat itu, Pria baya disana menggelengkan kepala. "Mereka itu kesini mau melamar kamu buat anaknya...".
Nasya yang tidak tau akan hal itu, tersentak saat mendengar sang papa berkata bahwa tujuan kedatangan mereka adalah melamar. Melamar? Bukankah itu hanya pertemuan biasa saja?
"...Sekarang cepat pergi ke kamar dan bersiap!" tegas sang papa.
Nasya menghela napas, menatap kedua orangtuanya "Tapi pa.." Lagi, Nasya memasang senjata andalannya yaitu merengek.
"Sayang, Bukankah kamu sudah berjanji sama mama soal ini?" sahut sang ibu yang sudah sangat paham akan arti rengek kan anaknya.
Dan akhirnya, Nasya terdiam dengan memasang wajah cemberut. Lalu ia menarik napas, panjang. "Baiklah, ma." Dan pergi menuju ke kamar untuk bersiap-siap.
.
.
.
Tidak butuh waktu lama, Bel dirumah besar itu pun berbunyi. Ya, Pucuk dicinta ulam pun tiba. Yang sangat ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sebuah senyuman terukir di wajah kedua orangtua Nasya dan memberikan sambutan hangat kepada keluarga yang telah di nanti-nantikan.
"Mari, silahkan masuk!" Senyum ramah dari ibu Nasya.
Sedikit di perjelas, bahwa sang ibu atau beliau yang bernama Arsy sudah bersahabat sejak lama dengan Kirana, calon ibu mertua Nasya. Begitu pula dengan sang ayah yang bernama Wijaya, beliau juga adalah sahabat dari calon ayah mertua Nasya yakni Rama. Dan hal itu menjadi salah satu alasan kuat dari perjodohan ini.
Keluarga dari calon suami Nasya itupun duduk diruang keluarga yang sebelumnya sudah ditata rapi dan sangat di persiapkan oleh kedua orangtua Nasya.
"Ah, jadi, ini Dicky?" Arsy nampak pangling karena sudah lama tidak bertemu dengan anak sahabatnya itu. Terakhir kali adalah saat dimana Dicky menginjak sekolah dasar kelas 4 lalu kemudian pindah keluar negeri bersama nenek dan kakeknya.
Kirana pun tersenyum "Iya, ini Dicky. Masa kamu lupa?"
"Wah, kamu tambah tampan ya sekarang..." Arsy memuji Dicky dan sama sekali tidak beralih dari sang calon menantu. Hatinya sangat senang, melihat Dicky saat itu. Dan beliau benar-benar merasa yakin, bahwa Dicky adalah suami yang baik untuk Nasya.
Mendengar itu, Pemuda bernama Dicky tersenyum tipis "Makasih tante". Ia terlihat risih dengan acara pertemuan dan makan malam bersama saat ini.
"Ngomong-ngomong, anak kamu, Nasya mana?" ucap Kirana yang sedari tadi sama sekali tidak melihat Nasya disana.
Sadar akan hal itu, "Ah, Dia masih berada diatas..." ucap Arsy sembari menatap kelantai atas sekilas. "...Sebentar ya, saya panggil dulu" Beliau lalu beranjak, naik ke lantai atas dan menuju kamar Nasya berada.
C
E
K
L
E
K
S
Dan betapa terkejutnya Arsy saat melihat apa yang terjadi di dalam kamar Nasya.
"Ya ampun, Nasya!" Beliau sungguh tidak percaya dengan apa yang dilihatnya itu. Ya! Bukannya bersiap untuk acara pertemuan keluarga, Nasya malah guling-gulingan dikamar dengan earphone ditelinga ditemani beberapa makanan ringan dan sebuah novel.
Dengan wajah polos, Nasya menatap sang ibu yang berdiri di hadapan nya.
"Nasya! Kenapa kamu belum siap-siap juga? Itu keluarganya Dicky udah dibawah" gerutu Arsy. Beliau melepas paksa earphone yang ada ditelinga anaknya.
"Mama sama Papa aja deh ya. Nasya males banget buat kebawah" Nasya yang merasa malas dan kesal dengan acara itu kembali fokus pada novel yang masih berada ditangan.
"Gak ada alasan! Udah, cepet siap-siap!..." Wanita baya itu meraih novel tersebut. "...Mama tunggu dibawah! Awas kalo kamu ga turun!" Sang ibu pun keluar dari dalam kamar Nasya.
Nasya memanyunkan bibir dengan kesal "Etdah, Siapa sih Dicky itu? Mama sama papa ngebet banget pengen jadiin dia menantu." dumel Nasya sembari mulai mencari pakaian di dalam lemari.
»
Kedua orangtua Nasya dan keluarga calon besan tengah sangat asik berbincang. Dengan perlahan, Nasya menuruni anak tangga satu per satu. Sejujurnya, Nasya merasa ragu untuk turun dan bergabung dengan mereka.
Masih di posisi menuruni anak tangga, Nasya melirik pada seorang pemuda yang duduk dan sibuk dengan sebuah ponsel "Itu yang namanya Dicky?..." gumam nya bertanya-tanya.
Dari posisi Nasya sekarang, wajah dari pemuda tersebut tidak begitu jelas karena Dicky sedikit menunduk dan hanya fokus pada ponsel. "...Apa bagusnya cowo kayak gitu" Lagi, Nasya kembali bergumam. Bagi Nasya, tidak ada yang menarik dari pemuda itu. Tapi orangtua nya sangat bersemangat sekali menjadikan dia menantu mereka.
Merasa ada kehadiran seseorang, Wijaya menoleh pada Nasya yang barusaja selesai menghitung anak tangga "Kemari Nasya!".
Dengan sebuah senyuman yang manis, Nasya berjalan mendekat pada orangtua nya. Sama seperti kedua orangtuanya, Nasya harus menyambut hangat keluarga yang sangat dinanti oleh mama papa nya.
Orangtua dari pemuda itu tersenyum melihat Nasya. "Ah, ini Nasya?" Kirana berseri menatapnya.
Nasya tersenyum dan mencium punggung tangan calon mertua nya itu.
"Cantik ya" ucap Kirana, sahabat dari sang ibu.
Nasya tersenyum "Makasih tante".
Lalu, wanita baya itu menoleh pada anaknya yang sedari tadi hanya sibuk bermain ponsel. Nasya pun sedikit melirik, penasaran bagaimana wajah dari pemuda tersebut namun masih tidak begitu terlihat jelas.
"Dicky! Ayo kenalan dulu sama Nasya!"
Mendengar itu, Dicky berdecak pelan dan memasukkan ponsel nya kedalam saku. Ia lalu berdiri menyamai posisi sang ibu. Dengan perasaan kesal yang tertahan, Ia perlahan mendekati wanita baya itu dan mencoba berkenalan dengan Nasya namun...
"Lo?" "Elo?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments