Setelah membereskan barang dirumah baru, Nasya menghempaskan tubuhnya di sofa sembari menyalakan televisi di hadapannya. "Huhh!." Nasya menghela napas, setelah seharian ini membersihkan rumah.
Tidak berapa lama, Dicky datang. Ikut menghempaskan tubuhnya di sofa yang sama.
Nasya melirik Dicky disana. "Ngapain lo disini?."
Dicky menghela napas sembari memejamkan mata sejenak. "Gausah protes! Gue lagi gamau berantem sekarang.".
Nasya berdecak kesal menatap sang suami disana tanpa membalas perkataan. Kemudian, Nasya beralih dari sofa sebelumnya ke sofa yang ada disebelah dan kembali menonton televisi.
Merasa sosok sang istri sudah tidak ada disebelahnya, Dicky membuka mata dan melirik Nasya yang pindah tempat "Kenapa pindah?".
Tanpa menatap Dicky "Gausah nanya! Gue lagi sibuk!" jawab Nasya.
Dicky sedikit men-de-ha mendengar itu "Sibuk apaan? Sibuk dengerin gosip di tipi?.".
Nasya meliriknya kesal namun tidak begitu menghiraukan dan kembali fokus pada televisi.
Merasa tidak ada respon dari sang istri, Dicky kembali membuka matanya dan melirik Nasya "Oi, bikin makanan gih! Gue laper.".
Masih dengan posisi yang sama "Bikin sendiri! Gue lagi sibuk ngegosip!" balas Nasya menirukan perkataan Dicky sebelumnya.
"Aelah, penting gosip daripada suami.".
Tetap dengan posisinya "Penting banget!.".
"Nasya cantik, istrinya Dicky bikinin makanan dong! Suami kamu laper nih...." ucap lembut dan manis Dicky merayu Nasya.
Mendengar itu, Nasya menoleh geli padanya.
Dicky masih menatap sang istri "...Ayo dong sayang!" sambungnya.
"Sayang, sayang pala lo peyang! Gausah sok lembut deh lo. Rayuan lo ga mempan buat gue!" balas Nasya lalu kembali pada televisi.
"Yaudah kalo gamau dirayu, bikin makanan gih sana!" ucap Dicky sembari mengeluarkan ponsel dari sakunya.
Nasya kembali menoleh dan menatap sang suami "Kalo lo laper bikin sendiri sana! Emang lo pikir gue pembantu lo" gerutu Nasya.
Tanpa menoleh "Sebagai seorang istri harus melayani suaminya dengan baik" balas Dicky dengan mengotak-atik ponsel.
Nasya men-de-ha mendengar itu "Istri? Eh, gue nikah sama lo itu terpaksa, ngerti! Jadi ga perlu tu bertingkah layaknya seorang istri ... "
Dicky diam dan melirik Nasya disana " ... dan lo berhenti bersikap layaknya suami gue! Lo sama gue itu berbeda dan ga akan pernah cocok! Jadi ga perlu tu harus bersikap kayak suami-istri beneran!" ucap Nasya panjang lebar.
Dicky kembali menatap layar ponselnya, menghela napas, tidak menjawab sedikitpun perkataan dari Nasya.
Tak lama setelah itu, ia beranjak dari tempatnya.
Nasya melirik Dicky yang berjalan pergi tanpa membalas atau mengatakan apapun "Oi, mau kemana lo?".
Dicky tak menoleh sedikitpun "Gausah sok peduli kayak seorang istri! Urus aja tu gosip!" jawab Dicky dan pergi meninggalkan Nasya dirumah itu.
Kesal, Nasya kembali pada televisi dan sama sekali tidak memperdulikan Dicky.
S
K
I
P
Nasya melirik jam dinding yang sudah menunjukan pukul 22:35 WIB. Itu artinya malam sudah mulai larut namun Dicky belum juga kembali.
Nasya yang berada diruang tengah itu menatap kearah pintu, sesekali mengintip keluar jendela, memastikan apakah mobil Dicky sudah kembali atau belum.
Harap-harap cemas, takut terjadi sesuatu pada Dicky namun...
"Eh, gue ngapain sih! Ga ada kerjaan banget" gerutu Nasya pada dirinya sendiri.
Nasya kembali melirik jam yang baru saja berjalan dua menit dari sebelumnya "Peduli amat sama tu orang! Mending gue tidur!" ucapnya berjalan menuju ke kamar.
Baru saja Nasya menaikki tiga buah anak tangga, terdengar suara mobil Dicky yang baru saja tiba dihalaman depan rumah.
Tanpa sadar, Nasya bergegas membuka pintu. Dicky yang keluar dari dalam mobil, terlihat sangat lelah sekali. "Darimana lo?" tanya Nasya saat Dicky baru saja masuk ke dalam rumah.
"Habis nyari istri!" ketus Dicky berjalan begitu saja.
Nasya terdiam setelah mendengar jawaban Dicky lalu menatap tajam Dicky disana "Oi, gue nanya serius!" balas Nasya.
Dicky berhenti dan menoleh pada Nasya "Gue juga jawabnya serius!".
Lagi, Nasya terdiam sejenak dengan jawaban Dicky yang menatapnya dengan serius.
Karena tidak ada balasan dari Nasya, Dicky membalikkan tubuhnya, menuju kamar mandi dan "Gue tanya lo darimana?!" tanya Nasya lagi yang menyusul langkah kaki Dicky dan berdiri tepat didepan Dicky.
Dicky menatap sang istri yang sedikit lebih pendek darinya "Harus gue jawab lagi?" ucapnya balik bertanya pada Nasya.
"Gue tanya lo darimana?" ucap Nasya masih dengan pertanyaan awal.
Dicky mengalihkan wajahnya dari tatapan sang istri dan sedikit men-de-ha mendengar pertanyaan itu lalu pria itu kembali menatap Nasya "Apa penting buat lo? Harus gue jawab?...." Lagi, ia balik bertanya pada Nasya.
Nasya tak membalas dan hanya menatap tajam. "...Menurut gue, telinga lo ga budek kok buat denger jawaban gue tadi dan ga perlu gue ulangi lagi" sambung Dicky yang juga menatap Nasya tajam.
Tak lama, Dicky berlalu dari hadapan Nasya yang masih berdiam diri ditempatnya, menatap kearah Dicky pergi. "Aish, kenapa jodoh gue harus dia" kesal Nasya lalu pergi menuju ke kamar.
Setelah selesai membersihkan diri, Dicky masuk kedalam kamar dan menghempaskan tubuhnya di sofa, memejamkan mata tanpa memperdulikan keberadaan Nasya.
Nasya yang berada di kasur, melirik Dicky yang bertingkah tidak biasanya, dimana keduanya harus bertengkar lebih dulu sebelum akhirnya pergi ke dunia mimpi masing-masing.
"Itu selimut ga di pake?" ujar Nasya memulai pembicaraan.
Dengan mata terpejam "Gaperlu!" jawab Dicky singkat.
Nasya masih meliriknya sekilas "Yakin? Ga kedinginan?" balasnya dengan berlagak sok sibuk pada ponsel.
Tidak ada jawaban dari Dicky. Nasya menoleh pada Dicky yang sepertinya sudah tertidur.
Menghela napas, Nasya beranjak dan mengambil selimut Dicky yang ada di atas nakas, dimana sudah ia siapkan sebelumnya.
Nasya menyelimuti selimut itu pada sebagian tubuh Dicky "Ntar sakit, gue lagi yang repot" dumel perempuan ini.
Sejenak, Nasya diam menatap wajah Dicky yang sedang tidur. Ada rasa menyesal dalam hatinya atas apa yang terjadi tadi siang. "Apa gue terlalu kasar ya" batinnya mengingat apa yang telah ia ucapkan sebelumnya pada Dicky.
»
Keesokan harinya, Dicky baru saja selesai menuruni anak tangga. Terlihat, ia sudah siap untuk berangkat ke kantor.
Nasya yang sudah menyiapkan sarapan pagi, melirik pada sang suami dari ruang makan dan "Dicky!" panggilnya pada Dicky disana.
Dicky menghentikan langkah kakinya dan menoleh pada sang istri.
Nasya menatapnya "Sarapan dulu!".
"Gausah! Gue ga laper" jawab Dicky lalu membalikkan tubuhnya dan kembali berjalan seperti sebelumnya.
Nasya tidak merasa kesal dengan jawaban Dicky yang tidak ingin sarapan melainkan ia merasa sedikit kecewa dan merasa bersalah.
Dicky yang hanya beberapa langkah untuk keluar rumah tiba-tiba berhenti tepat didepan pintu. Ia sejenak diam dan menoleh kebelakang. Dengan menghela napas, ia memutuskan untuk kembali.
Nasya yang masih ditempat sedikit terkejut saat melihat Dicky yang kembali menuju ruang makan.
Nasya menatapnya yang duduk di kursi meja makan "Katanya ga laper?" ujar Nasya.
Tanpa menatap istrinya "Gue sarapan bukan karena laper tapi karena sarapan ini udah dibuat susah payah" jawab Dicky.
Nasya tersenyum mendengar jawaban itu. Entah kenapa ia merasa senang sekali melihat Dicky yang kembali dan memakan sarapan buatannya.
Nasya duduk disebelah Dicky, menatap Dicky yang melahap nasi goreng buatannya. "Gue.. minta maaf ... "
Dicky terhenti dan menoleh pada istrinya itu. Ia tersentak mendengar Nasya meminta maaf padanya
" ... kemaren, rasanya gue terlalu kasar sama lo" lanjut Nasya.
Dicky tertawa kecil mendengar itu "Ngapain minta maaf? Lebay lo!" balasnya.
Nasya yang masih merasa bersalah, menatapnya "Lagian kemaren, ucapan lo bener. Jadi gausah minta maaf dan sok merasa bersalah!" jelas Dicky mengalihkan wajahnya dari tatapan Nasya.
Nasya yang melihat itu "Tapi..."
"Lagian dengan lo minta maaf gaakan merubah yang udah terjadi" ucap Dicky mencela ucapan Nasya.
Ia meminum segelas air putih yang sudah tersedia di sebelah piringnya "Gue udah dapet istri yang bisa melayani suami dengan baik" sambung Dicky lalu berdiri dari tempatnya.
Nasya tersentak mendengar itu, mencerna maksud perkataan Dicky yang sudah sangat jelas apa maksudnya itu.
Dicky melirik Nasya yang masih diam dan kemudian pergi tanpa mengatakan apapun lagi.
Nasya mulai merasa kesal setelah kepergiannya "Aish, Ngapain juga gue pikirin itu!" gumamnya.
***
"Lama banget sih lo" gerutu Reza pada Putri yang baru saja tiba.
Putri terkekeh mendengar gerutuan itu "Maaf yak, tadi gue nyariin hp dulu soalnya gue lupa naroknya dimana".
"Kebiasaan lo" balas Reza.
Putri hanya terkekeh mendengar itu.
Putri pun masuk kedalam mobil Reza "Yaudah, buruan berangkat. Udah siang nih" ucapnya dengan memasang sabuk pengaman.
Reza meliriknya "Harusnya gue yang bilang begitu" sembari menghidupkan mesin mobil.
"Udah gausah menggerutu terus, ntar lo cepet tua" balas Putri terkekeh meledek sahabatnya.
Reza hanya tersenyum tipis lalu mulai menjalankan mobil namun matanya tertuju pada seorang pria yang baru saja tiba dengan sepeda motor. "Eh, pacar lo tu...."
Putri menoleh kearah yang sama dengan Reza. Ia tidak menjawab apapun.
"...Temuin sana!" ujar Reza melirik Putri yang diam menatap pria itu.
"Biar masalah lo selesai. Ga berantem mulu!" sambung Reza.
Tanpa menoleh "Ayo berangkat" ujar Putri dengan datar.
Reza menatap Putri disebelahnya "Kenapa ga temuin dia dulu?".
Masih pada posisinya "Gue lagi gamau ketemu dia" ucap Putri.
Pria yang diduga adalah pacar Putri itu mendekat kearah mobil Reza yang masih berada didepan rumah Putri.
Melihat itu "Mending lo temuin deh, Put. Kayaknya ada yang mau dibicarain sama lo" ucap Reza.
Putri masih diam ditempatnya, terlihat diwajahnya bahwa ia masih merasa kesal dengan pacarnya itu.
"Put, keluar! Gue mau ngomong sama lo!" ucap pria itu dari luar dan mengetuk kaca jendela mobil.
Putri menghela napas dan sedikit melirik Reza.
"Udah sana!" ucap Reza.
"Yaudah, lo duluan aja ke kantor! Gausah nunggu!" ucap Putri sembari melepas sabuk pengamannya.
"Siapa juga yang mau nungguin orang pacaran" ketus Reza dengan nada sedikit meledek.
"Aish! Dasar cowo gagal move on!" balas Putri lalu keluar dari dalam mobil dan menemui sang pacar.
Reza sedikit men-de-ha mendengar itu "Cowo gagal move on?" gumamnya mengulang perkataan Putri.
"Sembarangan tu anak" gerutunya.
***
"Sayang, Sampe kapan kita berhubungan kayak gini terus?" gerutu Nabila yang saat ini berada disebelah Dicky, bersandar mesra pada bahu Dicky.
Dicky melirik puncak kepala Nabila "Emang kenapa?" Dicky balik bertanya pada Nabila.
"Ya, Sampe kapan kita mau pacaran kayak gini? Aku tu pengen hubungan kita yang lebih serius lagi." jelas Nabila mendongakkan kepala dan menatap Dicky.
"Maksud kamu?" tanya Dicky lagi.
"Maksud aku, kita tu nikah! Kamu bilang, kamu mau nikahin aku kan? Kapan?" balas Nabila.
Ucapannya membuat Dicky terdiam.
Nabila masih menatapnya "Kenapa? Kamu gamau nikahin aku?".
Dicky menoleh dan menatap Nabila "Bukan gitu, sayang.".
"Terus apa?" balas Nabila lagi.
Sejenak Dicky diam, mengalihkan wajah dari tatapan Nabila. Ia kelihatan bingung harus menjawab apa.
Nabila sedikit kecewa dengan hal itu. Menurutnya, Dicky sudah mulai berubah padanya. Nabila melepaskan lengan Dicky sembari membuang muka dan melipat tangannya kesal.
"Sayang, aku janji. Kita pasti nikah tapi ga sekarang" bujuk rayu Dicky pada pacar (gelap) nya.
Nabila melirik kesal
"Aku janji, setelah kita berhasil dengan rencana kita, aku pasti akan nikahin kamu, sayang" sambung Dicky.
Nabila yang tadi kesal, mulai mereda
"Percaya sama aku!" ucap Dicky menggenggam kedua tangan Nabila.
Masih melirik Dicky "Kamu janji, kan?"
Dicky mengangguk cepat "Iya, aku janji" jawabnya.
Mendengar itu, Nabila tersenyum lebar menatap Dicky disebelahnya.
S
K
I
P
Hari mulai senja, Jam bahkan sudah menunjukan pukul 5:35 yang menandakan bahwa Dicky akan pulang dari kantor.
Nasya yang duduk santai di ruang tengah itu, bergegas membuka pintu untuk Dicky, dimana mobilnya baru saja memasuki halaman rumah.
Nasya mengernyitkan dahi ketika melihat ada sesuatu yang tidak biasa saat Dicky keluar dari dalam mobil.
Terlihat bahwa Dicky tengah membukakan pintu mobil disisi lain dari tempat ia keluar sebelumnya.
"Itu siapa?" gumam Nasya yang masih memperhatikan.
Dicky tersenyum dan merangkul mesra seseorang yang baru saja keluar dari dalam mobil itu.
"Sayang, nanti gimana dengan istri kamu?" tanya seseorang itu yang sudah jelas bahwa itu adalah Nabila.
"Kamu tenang aja! Dia ga gigit kok" ketus Dicky yang membuat Nabila sedikit tertawa.
"Yaudah yuk, masuk!" ajak Dicky.
Mereka berjalan masuk ke dalam rumah namun terhenti saat mendapati Nasya yang sudah berdiri, melipat tangan dan menatap tajam di depan pintu.
Dicky melepas rangkulan itu sejenak.
Nasya menatap wanita yang dirangkul mesra oleh Dicky sekilas lalu beralih menatap Dicky. "Apaan nih? Dia siapa?" tanya Nasya serius.
Dicky men-de-ha dan sedikit meremehkan pertanyaan itu "Bukannya udah jelas? ... " Dicky menatap Nabila dan merangkulnya kembali " ... Kalo dia itu istri gue?" sambungnya.
Nasya tersentak mendengarnya "Apa? Istri?".
"Iya, dia istri gue" jawab Dicky.
Nasya melirik wanita yang terlihat tidak menyukai dirinya. Sedikit ada rasa kesal di dalam hati Nasya saat mengetahui Dicky benar-benar nekat membawa istri barunya kerumah.
"Oh jadi ini istri kamu?" ucap Nasya masih dengan melipat tangan.
Walaupun kesal namun perempuan ini berusaha untuk bersikap biasa dan tak perduli.
Nabila melirik Dicky yang juga meliriknya.
Nasya mengangkat alis dan menganggukkan kepala "Jadi selera lo yang kayak begini?...." sambungnya dengan melirik Nabila dari atas ke bawah lalu men-de-ha dan menatap Dicky "...Selera lo rendahan!" Nasya sedikit nenekankan perkataanmu.
Mendengar itu, Nabila nampak tidak terima "Eh, lo punya mulut di jaga ya! Kurang ajar banget sih! Ga pernah di didik apa tu mulut?".
Dengan santainya "Apa? Lo bilang gue kurang ajar?...." tanya Nasya menatap Nabila dan men-de-ha padanya
"...Bukannya udah jelas kalo yang kurang ajar itu elo? Marah-marah di rumah orang?" sambung Nasya.
Nasya lalu menatap Dicky lagi "Dan lo, mending lo bawa pulang kerumah orangtua lo ni istri tercinta lo ini! Gue ga sudi terima tamu kayak ni orang" ucap dan jelas Nasya pada Dicky.
Nabila makin kesal dengan ulah Nasya "Elo tu ya!" dan hendak melayangkan tangannya ke wajah Nasya namun ditahan oleh Dicky "Sayang!".
Nasya tertawa geli mendengar itu "Sayang lo ini sensitif banget ya".
Dicky menatap sang istri "Diem lo! Minggir! Gue sama istri gue mau masuk!".
"Kalo mau masuk, cari rumah dulu sana! Ini rumah gue" jawab Nasya santai.
"Oi, ini juga rumah gue! Bukannya kemaren lo gamau pindah kesini? Lo bisa pulang kok kerumah nyokap lo!" balas Dicky.
Nasya diam sekaligus kesal dengan dua kalimat Dicky itu. Memang benar, sebelumnya ia tidak ingin pindah kerumah itu namun karena sudah berada dirumah itu, Nasya kesal karena ucapan Dicky yang seakan mengusir dirinya.
"Udah minggir!" ucap Dicky pada sang istri lalu masuk kerumah dengan merangkul mesra Nabila namun saat baru beberapa langkah, ia berbalik menatap Nasya yang masih ditempat
"Oi, jangan lupa bikin minuman buat istri gue".
Nasya menoleh cepat "Lo pikir gue pembantu? Bikin sendiri sana!" jawabnya.
"Gue sibuk sama istri gue. Jadi mending lo bikinin minum daripada berdiri didepan pintu kayak pajangan" ujar Dicky lalu kembali masuk kedalam bersama Nabila.
Nasya benar-benar sedang berada dipuncak gunung merapi yang siap meletus saat itu namun "Kenapa ga gue kerjain aja sekalian" ujarnya pelan sembari melipat kedua tangan.
Nasya tersenyum licik setelah kekuatan jahilnya muncul. "Kayaknya bakalan seru" ucapnya lagi lalu segera menuju ke dapur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments