Yang terlihat baik belum tentu baik. Pun Begitu juga sebaliknya.

Setelah mengantar sang istri ke kamar, Dicky kembali menemui wanita baya yang sudah menunggu diruang tengah.

Sejak ia menuruni anak tangga, lirikkan tajam dari sang mama sudah terasa oleh Dicky. Ia yakin bahwa sang mama sangat marah padanya.

"Duduk kamu!," ucap wanita baya itu kepada sang anak tunggal.

Perlahan, Dicky menuju sofa yang ada disebelah wanita itu dan duduk.

Sejenak hening diruangan itu. Dicky mencoba tenang disana. Kepalanya bekerja berkali lipat untuk mencari alasan kuat agar meredam amarah sang mama.

"Darimana kamu?," pertanyaan pertama yang mengusir keheningan diantara Dicky dan sang mama.

Dicky menoleh, "Aku dari kantor, ma," jawab Dicky.

"Yakin, kamu dari kantor?," tanya wanita baya itu lagi.

"Iya, ma. Masa aku bohong sih. Kalo ga percaya tanya aja sama sepupunya Nasya!," jawab Dicky dengan membawa nama Nadila agar sang mama percaya.

Wanita itu menatap wajah anaknya yang terlihat jujur akan soal itu.

Sedetik kemudian, Beliau membuang napas, mengalihkan pandangan sekilas dan kembali melirik anak tunggal kesayangannya itu.

Dicky menunduk dengan sedikit rasa kesal karena menurutnya sang mama tak percaya dengan jawabannya.

"Tadi sore, Nabila dateng kesini," ucap wanita itu membuat Dicky menoleh cepat, "Dia nyariin kamu!," sambung wanita baya itu.

Merasa akan dimarah habis-habisan, Dicky mengalihkan wajah dari tatapan sang mama.

Disisi lain, ia juga kesal pada sang kekasih, Nabila yang saat ini menjadi topik pembicaraan utama oleh sang mama.

"Kamu masih berhubungan sama dia?," Wanita itu masih menahan emosi, menatap Dicky.

Diam, Dicky tak mengatakan apapun dengan pertanyaan mamanya kali ini.

"Jawab pertanyaan mama, Dicky!," ujar wanita itu.

Namun, Dicky tetap bungkam, menutup rapat-rapat mulutnya.

"Oh, gamau jawab?," ucap sang mama yang membuat Dicky melirik sekilas.

"Berarti bener, kamu masih berhubungan dengan perempuan itu?," Dicky tetap sama, dia masih memilih untuk diam ditempatnya.

"Kenapa kamu masih berhubungan sama dia? Bukannya mama udah pernah bilang sama kamu buat ga berhubungan sama dia lagi? Kamu inget kan mama pernah bilang itu ke kamu?," ucap sang mama lagi.

Dengan ragu, Dicky menganggukkan kepala pelan.

"Terus, kenapa kamu masih nekat berhubungan sama dia?," ucap wanita itu lagi dengan nada yang sedikit lebih tinggi.

"Kamu ga inget? Sekarang, kamu tu udah nikah! Udah punya istri. Kamu tu udah punya Nasya! Perempuan cantik, baik, perhatian, sopan. Coba kamu pikir! Kurang apa lagi istri kamu itu?," jelas wanita itu.

Dicky menoleh cepat dengan penjelasan itu "Ma, Dicky ga cinta sama Nasya! Dicky cinta sama Nabila," jelas Dicky yang akhirnya membuka suara.

"Bodoh kamu! Buka mata kamu! Perempuan itu ga cocok untuk kamu!," balas sang mama.

"Kenapa, ma? Kenapa Nabila ga cocok buat aku? Apa alasannya, ma?," ucap Dicky.

"Dicky!," geram wanita itu.

"Kenapa kamu belum sadar juga, nak! Nabila itu bukan perempuan baik-baik!.".

Mendengar itu, Dicky nampak tak terima. Ia berdiri dari tempat duduknya. "Ga, ma! Aku tau Nabila itu kayak gimana! Dia itu ga seperti yang mama bayangkan!," ucap Dicky.

"Terus! Terus aja bela Nabila! Percuma, mama bilangin kamu! Toh, kamu memang mau bikin mama mati sekarang!," balas cepat sang mama yang bernama lebih tinggi dari sebelumnya.

Hal itu membuat Dicky terdiam di tempatnya. Ia tak berani menjawab lagi dengan ancaman itu karena ia amat menyayangi sang mama. Wanita itu tetap dengan tatapannya sembari mengatur napas setelah marah dan membentak Dicky. Lalu ...

PRANG!

Terdengar suara gaduh dari lantai atas. Suara itu membuat wanita baya dan anaknya menoleh cepat ke atas.

Suara itu berasal dari dalam kamar. Tanpa pikir panjang, Dicky bergegas naik ke atas menuju kamar diikuti oleh wanita baya itu.

Mata Dicky membola saat melihat Nasya yang sudah terduduk di lantai dengan pecahan vas di sebelahnya.

"Nasya!," ucap Dicky segera menyamai posisi sang istri.

Nasya yang terduduk dilantai, memegang kepala. Entah mengapa tiba-tiba pandangannya menjadi hitam, gelap.

"Ya ampun Nasya." susul sang mertua yang juga segera menghampiri Nasya.

"Kamu kenapa, nak?," paniknya.

Nasya tak mengatakan apapun dan sibuk mengerjapkan mata, mencoba mengembalikan pandangannya.

"Nasya, lo kenapa?," tanya Dicky yang memegang kedua bahu istrinya itu namun tak ada jawaban dari Nasya.

Tak lama setelah itu, Nasya tak sadarkan diri. Tubuhnya jatuh ke dalam pelukan Dicky.

"Kita bawa kerumah sakit aja!," ujar wanita baya disana yang sudah sangat panik.

»

Drt... Drt...

Ponsel yang berada diatas meja rias itu terus bergetar dan berbunyi. Putri baru saja tiba di kamar setelah makan malam bersama keluarga.

Ia segera meraih ponsel itu. Nampak sebuah senyum terukir manis di wajah. Hatinya sangat senang, menatap nama yang tertera di layar ponselnya.

"Bisma?," ucapnya.

Ya, panggilan itu berasal dari Bisma, sang kekasih. Pemuda yang seharian ini menghilang tanpa kabar. Tentu saja, Putri segera menjawab panggilan telepon itu.

"Sayang, kamu lagi apa?," ucap Bisma dari seberang sana.

"Kamu kemana aja sih? Kenapa ga bales sms aku?," tanya Putri tak menghiraukan pertanyaan Bisma sebelumnya.

"Maafin aku ya. Tadi pagi ada urusan dadakan, sayang," jawab Bisma.

Putri sedikit memanyunkan bibir mendengar jawaban Bisma yang sudah sangat lengket di otaknya.

"Urusan apa? Dadakan mulu!," ketus Putri.

"Ya ada lah. Udah gausah manyun dong! Aku kan udah minta maaf," balas Bisma seakan tau dengan ekspresi Putri saat ini.

Tak ada balasan dari Putri. Pemuda itu selalu saja seperti ini. Meminta maaf namun selalu terulang lagi.

"Sayang, maafin aku dong," ucap Bisma lagi.

Putri menghela napas dan untuk yang kesekian kalinya, "Yaudah, iya. Aku maafin," jawab Putri.

"Nah gitu dong," balas Bisma membuat Putri tersenyum.

"Oh iya, sekarang kamu coba liat keluar jendela!.".

Putri mengkerut dengan ucapan Bisma sembari menatap jendelanya, "Loh, kenapa?.".

"Udah! Liat aja!," balas Bisma.

Putri pun berjalan kearah jendela kamar. Ia membuka gorden berwarna biru muda itu. Matanya melirik keluar dan terhenti pada seseorang yang berada didepan pagar rumahnya.

Bisma tersenyum melirik Putri dari luar.

"Kamu ngapain disitu? Kenapa ga masuk dan ketuk pintu?," tanya Putri masih melalui telepon pada Bisma.

"Ya, aku pikir kamu udah tidur!," jawab Bisma.

"Yaudah, kamu tunggu disitu. Aku bukain pintu dulu," ucap Putri seraya keluar kamar dan menuju pintu utama.

»

Mobil Dicky baru saja tiba di rumah sakit, tepatnya di depan Instalasi Gawat Darurat. Dengan cepat, Dicky menggendong Nasya masuk ke dalam untuk segera mendapatkan penanganan dokter, diiringi oleh mama Dicky diana.

"Suster, tolong istri saya!," ucap Dicky pada beberapa suster jaga yang ada di dalam IGD.

Para suster itu segera melakukan kewajiban mereka dan menyuruh Dicky, juga sang mama untuk menunggu di ruang tunggu selagi Nasya dibawa keruang UGD.

Dicky dan mamanya menatap pintu ruangan, dimana Nasya diperiksa.

"Semoga Nasya baik-baik aja," ucap wanita baya itu menyatukan kedua tanganya.

Mendengar itu, Dicky menoleh pada mamanya. Ia merangkulnya, "Nasya pasti baik-baik aja, ma," ucap Dicky menenangkan sang mama.

»

"Bagaimana dengan perkembangan kasus Nindia, pa? Apa polisi itu sudah menemukan sesuatu?," tanya wanita baya yang tidak lain adalah mama Nasya.

Wanita itu kini berada diruang tengah bersama dengan sang suami. "Belum ada, ma," jawab pria baya itu.

"Gimana sih! Waktunya tinggal beberapa minggu lagi," ucap mama Nasya yang kembali kesal pada polisi-polisi itu.

"Sabar, ma. Mereka pasti sedang melakukan yang terbaik untuk menemukan Nindia," balas sang suami.

"Terus kalo ga ketemu gimana?," ucap wanita itu kesal.

"Ya, kita serahin aja sama yang di atas. Semoga Nindia ga kenapa-napa dan cepat bertemu dengan kita," jelas papa Nasya.

Tak ada jawaban dari wanita itu, ia kesal akan penyelidikan oleh polisi yang tak bisa menemukan seorang anak.

»

"Nih, buat kamu," ucap Bisma memberikan sebuah bunga pada Putri yang baru saja menghampiri dirinya.

Putri menatap bunga itu dan tersenyum, ia lalu menatap Bisma, "Makasih ya, sayang," ucapnya.

Dengan tersenyum, Bisma mengangguk. "Oh iya, kita keluar yuk!," ajak Bisma pada Putri.

"Kemana?," tanya Putri.

"Yah kali aku kasih tau, ya ga surprise lah," jawab Bisma.

Putri tersenyum, "Kamu tu apa deh! Ini kan bukan anniversary nya kita.".

"Lah, emang kenapa? Ga harus pas anniv doang dong kasih kejutannya," balas Bisma.

Putri tersenyum sipu mendengar itu.

"Yaudah yuk!," Bisma menarik tangan Putri.

"Eh, Tunggu! Pamitan dulu tau sama Ibu Ayah!," ujar Putri menahan Bisma.

Pemuda itu terkekeh menatap sang kekasih, lalu mengiring masuk ke dalam untuk berpamitan dengan orangtua Putri.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!