Apaan sih kayak gitu ? Seenaknya saja bersikap kayak gitu ke orang lain. Memangnya Reza salah apa sampai harus diperlakukan seperti itu. Emosi Nasya sangat memuncak saat ini. Setelah apa yang dilakukan Dicky terhadap Reza. Menyebalkan sekali. Padahal Reza hanya mengantarkan dirinya pulang ke rumah tapi malah menerima pukulan yang seharusnya tidak ia terima.
Dicky mengejar langkah dan berusaha menggapai tangan Nasya yang berjalan masuk ke dalam rumah, mendahului dirinya.
Tentu saja, Nasya melepaskan kasar tangan Dicky darinya.
Setelah mendengar penjelasan dari Nasya tadi, Dicky mulai mempertanyakan tentang kepergian sang istri yang menemui pria bernama Reza tersebut.
"Jelasin! Dia siapa?!." Tanyanya membuat Nasya menghentikan langkah dan menatap tajam kepadanya.
Nasya sedikit mende-ha, "Kamu ga perlu tau dia siapa!.".
Dicky semakin kesal mendengar jawaban seperti itu namun, ia mencoba untuk tidak meluapkan dan menahannya saat ini.
Nasya segera berbalik dan pergi. Ia tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan pria menyebalkan bernama Dicky tersebut.
Dicky menahan tangan Shana agar tidak pergi, "Gue belum selesai ngomong!.".
Nasya menoleh cepat dan kembali melepaskan tanganmya dari Dicky. "Apalagi ? Mau ngomong apa lagi ? Mau mukul aku juga kayak Aldan tadi ? Iya ?." Balasnya kesal.
"Oh gitu? Lo mau dipukul juga? Biar samaan kayak selingkuhan lo tadi?," Ujar Dicky dengan menyebut Reza sebagai selingkuhan Nasya.
Nasya yang tidak terima sahabatnya di bilang seperti itu, Ia melayangkan 5 jarinya ke wajah Dicky. Ya, Nasya menampar Dicky kuat dan menatapnya tajam. "Jangan ngomong sembarangan tentang Reza yaa!." Tegasnya.
Dikcy terkejut dengan apa yang dilakukan Nasya. Bisa-bisanya sang istri rela menampar suaminya demi pria lain. Dicky tidak terima akan hal itu namun, ia masih berusaha untuk menahan amarahnya.
"Hebat!" Ujar Dicky dengan menepukkan kedua tangannya. Ia tersenyum sinis menatap Nasya dihadapannya. "Jadi, Lo nampar gue cuma karena orang itu ?.".
"Itu karena kamu udah kelewatan!."
"Jadi, Lo rela nampar suami lo demi selingkuhan lo itu!!!." Ujar Dicky lagi dengan sedikit meninggikan nada suaranya.
"Ya emang kamu pantes dapetin itu!." Jawab Nasya masih dengan tatapan tajam.
Dicky sedikit mundur dari hadapan Nasya, "Hebat!." Ujarnya tersenyum menyeringai pada Nasya disana.
"Kenapa ? Ga terima ? Mau mukul juga ?." Ucap Nasya disana yang sudah sangat kesal.
"Denger ya! Sekalipun Reza itu emang suami baru aku, Dia lebih pantes daripada kamu!." Lanjut Nasya yang kemudian melangkah pergi dari hadapan Dicky.
"Dihh, Ga sudi gue dibandingin sama dia!." Ujar Dicky sembari menatap kearah perginya Nasya.
»
"Sayang, maaf. Nanti sore aku ga bisa jemput kamu soalnya aku ada urusan mendadak," Jelas pria itu pada kekasihnya, Putri.
Dua sejoli itu baru saja tiba didepan kantor, tempat dimana Putri bekerja.
Sedikit mengkerutkan dahi, "Urusan apa?," Tanya Putri pada pria disana, penasaran.
"Biasalah, urusan ditempat kerja," Jawab pria kurus itu sembari memberikan kekasihnya itu sebuah senyuman.
Namun, entah kenapa, Putri merasa tidak percaya dengan hal itu. Ia merasa bahwa pria dihadapannya ini sedang berbohong.
Pria itu kemudian memakai helm dan, "Aku pergi ya," Ucapnya.
Putri tersenyum tipis dan hanya mengangguk. Lalu, Pria itu menyalakan mesin motor dan segera melesat pergi dari sana.
Menghela napas, Putri melangkah malas menuju ke dalam kantor sembari menatap kepergian sang pacar sekilas.
Tak berapa lama, mobil Reza tiba di area parkir yang tak jauh dari Putri. Merasa heran tidak melihat Nasya bersamanya, Putri bergegas menghampiri Reza disana.
Reza yang bergegas masuk kedalam kantor, terhenti saat Putri tiba di hadapan nya.
Betapa terkejutnya Putri saat melihat memar di wajah Reza, "Muka kamu kenapa?." Ucap Putri yang khawatir dan bingung.
Reza menghela nafas saat mendengar Putri bertanya seperti itu. Tentu saja, memar itu terlihat sangat jelas.
"Kamu berantem ?." Pertanyaan Putri menyusul.
Reza menatap Putri disana, "Engga, Aku ga berantem." Jawab Reza.
"Engga berantem gimana ? Ini lohh mukamu memar biru sampai ada darah begini." Ujar Putri sedikit menyentuh wajah Reza.
"Engga, Put. Aku ga berantem. Tadi cuma ga sengaja kena pukul aja."
"Ga sengaja ? Kok bisa ? Emang kenapa sampai kamu ga sengaja di pukul begini ?."
"Tadi ada sedikit kesalahpahaman sedikit sama suaminya Nasya." Jawab Reza sedikit malas. Dalam hati sebenernya Ia masih merasa kesal atas perlakuan Dicky tersebut.
"Apa ? Jadi yang mukul kamu jadi kayak gini itu suaminya Nasya ? Kok bisa ? Emang dia ga bilang sama suaminya ?." Ucap Putri yang semakin bertanya-tanya.
Reza yang masih malas membahas hal ini, "Udahlah.. Aku masuk duluan yaa, Put." Ucapnya bergegas masuk ke dalam kantor.
"Yaudah aku ambil P3K dulu." Balas Putri.
"Gausah, Put! Gapapa kok ini."
"Udah diem! Gausah protes!."
S
K
I
P
Malam harinya, di rumah.
Peran dingin masih terjadi diantara Nasya dan Dicky. Keduanya tampak tidak saling bicara setelah kejadian tadi siang.
Nasya yang sedang duduk santai diruang tengah, sembari membaca majalah dan ditemani beberapa cemilan kesukaannya. Kemudian merasa terganggu setelah Dicky yang secara tiba-tiba datang dan menghempaskan tubuhnya di sofa, tepat disebelah Nasya. Lalu pria itu dengan sengaja menyalakan televisi.
Nasya mencoba untuk tetap fokus dengan kegiatannya tersebut dan mengabaikan Dicky disana.
Melihat sang istri tidak terusik sama sekali, Dicky kembali berulah dengan menaikkan beberapa volume televisi tersebut.
Hasilnya tetap nihil. Nasya sama sekali tidak menganggap keberadaan sang suami disana.
Dicky yang tidak menyerah, Kembali menaikkan volume televisi tersebut. Kini ruangan tersebut sudah seperti dalam sebuah bioskop. Full suara dari televisi karena ulah Dicky.
Nasya yang mulai kesal, Beranjak dari tempatnya dengan membawa majalah dan cemilan miliknya.
Dicky yang melihat itu kesal karena sama sekali tidak dihiraukan oleh Nasya. "Ga dianggap gue?." Gerutunya menatap arah kepergian Nasya.
.
.
Setengah jam kemudian,
Reno mulai merasa bosan diruangan tersebut. Ia lalu mematikan televisi dan...
KRIUK!
Terdengar suara konser dari dalam perutnya. Dicky memegangi perut dengan kedua tangan sembari memasang wajah memelas, "Laper gue!," Ucapnya dengan melirik ke lantai atas.
Tanpa pikir panjang, Dicky bergegas menyusul Nasya ke dalam kamar.
Sesampainya disana,
Terlihat Nasya yang masih asik dengan majalah dan cemilannya.
Nasya yang mengetahui keberadaan Dicky di dalam kamar mencoba untuk tetap tidak peduli sama sekali.
Dicky menatap beberapa makanan yang ada disebelah Nasya. Ia kembali berulah lagi dengan merebut beberapa cemilan milik Nasya. Hal itu tentu membuat Nasya berdecak kesal dan menoleh. Ia hanya menatap Dicky tajam. Menandakan sebuah peringatan pada pria menyebalkan itu.
Melihat Nasya yang masih tidak berbicara padanya dan malah kembali pada kegiatan tersebut. Dicky kemudian duduk di tepi ranjang, tidak jauh dari sang istri.
"Nasya..." Panggil lembut Dicky pada sang istri. Namun Nasya masih tetap acuh padanya.
"Sya, Gue laper..." Lanjutnya. Namun Nasya tetap tidak bereaksi. Perempuan itu masih saja fokus pada majalah ditangannya.
"Nasya cantik.. Buatin makan dong, Gue laper..!" Ucap Dicky mencoba merayu sang istri dengan sangat lembut.
"Males! Buat sendiri!." Jawab Nasya ketus tanpa menoleh.
"Ayolah!." Balas Dicky sedikit menoel sang istri.
Hal itu justru membuat Nasya semakin kesal. "Apa sih!." Ucap Nasya menatap Dicky tajam. Ia mengalihkan tangan Dicky darinya.
"Kalo laper ya bikin sendiri! Gausah nyuruh orang!." Ujar Nasya.
"Tega banget sih sama suami sendiri." Balas Dicky mencoba memasang wajah memelasnya.
"Bodo! Ga peduli aku!." Jawab Nasya sembari dengan majalahnya.
Dicky yang mendengar itu menghela nafas.
"Kalo ga, Minggat aja sana kerumah Nabila minta buatin makan!." Lanjut Nasya tanpa menoleh sama sekali.
"Serius lo ? Ga nyesel ?." Balas Dicky dengan nada bersemangat.
"Bodo amat! Ga peduli." Jawab Nasya cepat.
.
.
.
.
.
Sudah tiga hari berlalu, Tapi perang dingin masih terjadi di rumah ini. Nasya benar-benar mengabaikan Dicky selama itu. Meskipun pasutri ini tidak saling bicara, Namun terkadang ada saja tingkah tengil Dicky yang berusaha membuat sang istri mengeluarkan suara padanya.
.
Pagi ini,
Dicky yang hendak berangkat ke kantor merasa ada yang aneh terjadi dirumahnya. Yang biasanya ia masih melihat sang istri, entah itu diruang tengah ataupun didapur. Namun, pagi itu Dicky sama sekali tidak melihat Nasya.
Penasaran, Dicky bergegas memeriksa keberadaan Nasya. Ia khawatir kalo ternyata Nasya nekat pergi dari rumah. Apa yang akan dikatakannya pada Ayah dan Ibu mertuanya jika Nasya benar-benar nekat melakukan itu.
Dicky mencoba memeriksa Nasya didalam kamar setelah memeriksa di beberapa ruangan.
CEKLEKS
Terlihat Nasya masih terbaring di tempat tidur dengan sebuah selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.
"Astaga! Jam segini masih tidur!," gerutu Dicky menatap istrinya itu.
Dicky sedikit menggeleng kepala dengan kelakuan sang istri dan hendak membangunkan Nasya disana namun, ia mulai panik saat menyadari sesuatu.
Dipegangnya dahi dan juga tangan Nasya, "Yaampun...". Ujarnya panik.
Nasya yang merasa terusik, perlahan membuka mata dan mendapati Dicky yang tengah sibuk, akan membawa dirinya pergi.
"Ngapain kamu disini?," Ucap Nasya dengan lirih.
Dicky yang mengetahui itu segera menoleh pada sang istri. Wajahnya yang pucat membuat Dicky khawatir pada keadaan sang istri. "Kita kerumah sakit yaa..". Ujar Dicky.
Mendengar hal itu, Nasya mencoba bangkit dari tidurnya, " Ngapain kerumah sakit?," Balasnya dengan suara yang sedikit serak.
Meski khawatir, Dicky sedikit kesal dengan sikap Nasya yang masih keras kepala dalam keadaan sakit begini.
"Udah sana berangkat! Gausah sok peduli sama aku!." Ucap Nasya pelan sembari mendorong lengan Dicky yang ada disebelahnya.
Melihat Dicky yang mengabaikan perkataannya, Nasya perlahan hendak beranjak dari tempat tidur tersebut. Berniat untuk pergi dari hadapan Dicky. Menyadari itu, Dicky tetap stay disana. Memperhatikan pergerakan Nasya dan sedikit membantu Nasya yang hendak beranjak itu.
Dan benar saja, Feeling Dicky tidak salah. Belum sempat Nasya melangkahkan kakinya, perempuan itu nyarih terjatuh.
"Nasyaa.." Dicky dengan sigap menangkap Nasya dan mendudukkannya ditepi ranjang.
Nasya merasa lemas, pandangannya seketika berubah menjadi hitam, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya dan tubuhnya pun terasa keringat dingin.
"Masih mau ngeyel ?." Ujar Dicky.
Nasya diam tidak menjawab. Ia masih mencoba menenangkan dirinya.
"Kita kerumah sakit, Sekarang!." Lanjut Dicky sembari hendak membantu Nasya berdiri untuk pergi kerumah sakit.
Nasya melepaskan tangan Dicky, "Apaan sih! Ngapain kesana? Aku gapapa!." Jawab Nasya yang masih keras kepala.
Mendengar itu, Tanpa pikir panjang, Dicky mengendong Nasya. "Dicky! Ish Turunin!." Pekik Nasya yang mencoba memberontak turun. "Aku gamau kesana! Aku ga sakit!." Ujar Nasya.
Kali ini, Dicky sama sekali tidak memperdulikan perkataan Nasya. Tentu saja, Ia khawatir. Dengan keadaan yang seperti itu masih saja bilang tidak apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments