Pagi hari,
Diruangan yang tidak terlalu besar itu, cahaya mencoba menembus-masuk ke dalam ruangan itu. Melewati celah-celah yang ada diantara gorden berwarna coklat keemasan itu.
Pria bernama Dicky disana, baru saja membuka kedua mata. Ia mengerjapkan mata saat sang cahaya masih terasa asing.
Di detik kemudian,
Sorot mata nya itu menyebar ke seluruh ruangan. Dan berhenti di tempat dimana seharusnya Nasya berada.
Dicky yang tidur di sofa pun bergegas bangun, menatap tempat tidur. Kosong. Dimana perempuan itu?.
Kemudian,
Bola mata nya itu segera mencari koper Nasya semalam. Ya, koper itu masih ada. Berasa di sebelah lemari.
Melihat itu, Pria kurus ini bernapas lega. Tapi...,
"Apa dia pergi ga bawa koper ya?," Dicky berpikir keras. Dan di detik kemudian segera bangkit mencari sang istri.
Dengan cepat, langkah kaki Dicky menuruni anak tangga. Ia menelusuri setiap ruangan di rumah itu. Namun tidak ada sama sekali tanda keberadaan Nasya.
Dicky terhenti di ruang tengah. Benar-benar tidak ada keberadaan Nasya di rumah itu. Pria ini mengusap wajahnya. Panik.
Sembari bertegak pinggang, "Gila, itu orang beneran nekat dong,"Ujarnya yang tidak menyangka bahwa Nasya akan bertindak seperti ini.
Tiba-tiba,
KRANTANG ...
KRUNTUNG ...
Suara gaduh terdengar sangat jelas. Pria ini menoleh ke arah dapur. Bergegas ke sana untuk memeriksa apa yang sedang terjadi.
Terlihat Nasya tengah bergelut dengan panci dan beberapa jenis barang dapur lainnya. Dengan raut wajah sangar.
Dicky terbelalak dengan keadaan dapur saat itu. "Astaga, ini dapur lo apain?," Dicky tak percaya dengan apa yang dilihat oleh mata nya.
Berantakan bak kapal pecah.
Ya, saat ini, keadaan dapur sudah sangat tidak enak untuk di pandang. Dan Nasya sama sekali tidak perduli dengan keberadaan Dicky disana.
"Oi, ni dapur jangan dihancurin gini dong!," Dicky menatap Nasya masih tetap sibuk dengan pekerjaan nya.
"Biarin!," Jawab Nasya singkat, tanpa menoleh sama sekali.
"Etdah, lo pikir benerin dapur itu murah?," Balas Dicky kesal.
Ya, Amarah Nasya masih berlanjut pagi ini. Sepertinya, ini adalah bentuk protes Nasya. Yang seharusnya ia pergi semalam dari rumah tersebut tapi Dicky malah menahan koper miliknya. Alhasil, Dapur menjadi sasaran Nasya.
Dicky mendekat, "Lo masih marah soal yang kemaren?.".
Nasya sama sekali tak perduli. Pertanyaan Dicky dianggapnya angin lalu.
"Gila ya, marah lo panjang amat kek rel kereta!," Dicky melipat tangan dengan melirik Nasya.
Kesal karena Dicky tak berhenti bicara, Nasya meletakkan sebuah piring melamin dengan kasar diatas meja dapur, "Berisik banget sih lo!" Tatap Nasya tajam pada Dicky.
"Salah sendiri ga jawab-jawab omongan gue!.".
Nasya meletakkan sebelah tangan di pinggang, menatap sang suami, "Penting gitu di jawab?.".
"Ya pentinglah!," Dicky.
Namun bagi Nasya, pertanyaan itu sama sekali tidak penting. Perempuan ini kembali pada pekerjaan nya.
Sementara Dicky, sedari tadi fokus menatap Nasya disana, "Aelah! Lagi puasa ngomong ya lo?," Ujar Dicky lagi. Mencari cara untuk membuka pembicaraan agar Nasya bicara.
Nasya masih tidak menjawab.
"Hemat suara?," Ujar Dicky lagi.
Kali ini, Nasya kembali menoleh pada Dicky, "Diem lo!.".
"Ga bisa diem gue!," Balas Dicky.
Nasya kembali meletakkan kasar piring melamin yang sebelumnya kosong kini telah terisi oleh sebuah masakan. Masakan itu menjadi sedikit berantakan karena Nasya sedikit menghempaskannya.
"Yaudah, gausah makan!," Nasya pergi meninggalkan Dicky di dapur sendiri.
Tersadar, Pria itu diam ditempat. Menatap sebuah piring yang tadi di hempas oleh Nasya. "Sarapan?," Gumamnya sendiri.
Lalu melirik ke arah Nasya yang pergi sekilas dan kembali melirik piring yang berisi masakan itu. "Aelah, bikin sarapan pake acara ngancurin dapur," Gumamnya lagi.
***
"Pagi bu," sapa Putri pada sang ibu yang berada diruang makan.
Wanita parubaya itu tersenyum melihat anak kesayangannya, "Pagi sayang.".
Putri sedikit bingung karena tak melihat sosok sang ayah disana.
"Ayah mana, bu?," Putri sembari duduk disebelah sang ibu.
"Ayah udah berangkat kerja," Jawab sang ibu.
Putri menoleh, "Loh, kok udah kerja? Ayah kan masih sakit, bu.".
Menghela napas, "Ibu juga tadi udah larang ayah biar jangan kerja dulu, tapi kamu tau sendiri ayah kamu kayak gimana," jawab dan jelas sang ibu.
Putri tak menjawab, khawatir dengan keadaan sang ayah.
"Lebih baik, sekarang kamu sarapan! Berdoa aja, supaya ga ada apa-apa sama ayah kamu," Sang ibu menenangkan anak perempuannya itu.
Putri menatap wanita baya itu dengan mengangguk dan mengambil sarapan yang telah di sediakan oleh sang ibu.
Wanita baya itu memandangi penuh kasih sayang. Menatap seolah Putri akan pergi meninggalkan dirinya.
Beliau menyentuh lembut tangan sang anak, "Putri.".
Tentunya membuat Putri menoleh, "Ada apa, bu?," membalas sentuhan tangan dari sang ibu.
"Kamu jangan pernah meninggalkan ibu ya," beliau memandang sendu sang anak.
"Kamu itu anak ibu satu-satunya, belahan hati ibu. Ibu gamau kehilangan kamu," lirih sang ibu dengan lembut.
Tidak merasa biasa dengan pembicaraan pagi itu, Putri merasa bingung. "Kenapa ibu ngomong gitu? Aku ga akan kemana-mana. Aku akan tetep disini... sama ibu," Jawabnya menenangkan sang ibu.
Wanita parubaya itu tersenyum sembari mengelus lembut tangan sang anak.
***
"Pft!.." Dicky melirik sarapan yang telah Nasya buat itu, "Apaan nih, asin" gerutunya.
Nasya yang duduk manis, diam menyantap sarapan nya sendiri dan hanya melirik Dicky sekilas disana.
"Nasya, lo ga salah masukkin sesuatu lagi kan?," tanya Dicky pada sang istri.
"Ga!," Jawab Nasya singkat masih menikmati sarapannya.
"Terus, kenapa ini asin banget?," Tanya Dicky lagi.
"Khusus buat lo, gue masukin 4 sendok garem," Jawab Nasya santai, masih dengan posisi yang sama.
Dicky terbelalak mendengar itu, "Gila, yang bener aja dong lo!.".
Nasya tak menjawab lagi dan terus menyantap sarapan.
Kesal tak di perdulikan, Dicky merebut sarapan milik Nasya.
"Oi, itu punya gue!," Ucap Nasya kesal.
"Tukeran sama punya gue!.".
Nasya berdecak, menyandarkan tubuh di sandaran kursi, melirik Dicky yang memakan sarapan miliknya itu.
S
K
I
P
"Oi, gue berangkat ke kantor. Lo jangan minggat dari rumah!," Ujar Dicky pada sang istri yang asik menonton televisi diruang tengah.
Tak ada balasan dari Nasya, "Oi, denger ga lo?," Ucap Dicky lagi.
Nasya masih tetap fokus tak memperdulikan sang suami yang akan berangkat.
Dicky menggeleng, melihat Nasya disana lalu segera pergi ke kantor.
Merasa Dicky sudah tak ada disana, Nasya menoleh, "Mau minggat atau enggak juga bukan urusan lo!," Umpatnya.
»
Seperti biasa, seluruh karyawan di kantor, menyapa ramah pimpinan perusahaan yang baru saja tiba begitupun Dicky yang juga menyapa ramah mereka.
Pria ini menuju ruangannya, tak sabar bertemu dengan wanita yang ia bawa pulang kemarin, Nabila.
CEKLEKS
Dicky nampak terkejut karena tidak ada sosok yang di harapkan disana, sosok Nabila yang biasa duduk dan menunggu dirinya datang.
Ia merogoh saku, mengambil sebuah ponsel. Kepalanya baru saja ingat akan sesuatu. Setelah merasa sakit perut kemarin, ia lupa akan Nabila yang menunggu dirinya di mobil untuk mengantar pulang.
"Ga ada pesan apapun dari Nabila," Gumam Dicky merasa heran dan juga khawatir saat mengetahui tidak ada satupun pesan dari kekasihnya itu.
Tidak seperti biasa, seorang Nabila tidak mengirim pesan jika sedang menunggu dirinya,
Di sisi lain ia juga khawatir, bisa jadi Nabila juga mengalami diare seperti dirinya kemarin karena mereka sama-sama menyantap nasi goreng super pedas itu.
Dicky mencoba untuk menghubungi Nabila.
//
Drt... Drt...
Ponsel Nabila yang berada diatas meja rias itu terus-menerus bergetar dan berbunyi.
Nabila masih terbaring di atas tempat tidur, memeluk erat sebuah guling.
Ia kesal karena Dicky terus-menerus menelepon setelah apa yang dikatakan Dicky melalui pesan singkat kemarin malam.
//
"Sayang, angkat dong!," Dicky masih berusaha untuk menghubungi Nabila. Khawatir akan keadaannya, Dicky segera bergegas menuju ke kediaman Nabila.
Karena ponsel itu tidak lagi bergetar dan berbunyi, Nabila bangun dari tempatnya, meraih ponsel tersebut yang tak jauh dari tempat tidur.
Terlihat, sudah 5 kali panggilan dari Dicky yang tak dijawab.
Nabila menatap layar ponselnya kesal "Kamu tu jahat, tau ga!.".
»
Beralih ke Nasya,
Perempuan ini sudah berpakaian rapi dan cantik, ibarat akan pergi kencan dengan seorang kekasih.
Nasya meraih ponsel dan memasukkannya ke dalam tas sandang berukuran kecil berwarna cream.
"Bodoamatlah sama tu orang! Mending gue pergi," Ucap Nasya masih di depan cermin meja rias.
Nasya segera pergi namun bukan pergi membawa koper melainkan pergi untuk bertemu dengan seseorang.
SKIP
Kini Nasya berada di sebuah kantor, mengunjungi seseorang. Tapi itu bukanlah kantor milik sang suami, Dicky.
"Nasya," Ucap seseorang yang membuat Nasya menoleh.
Senyum terukir di wajah Nasya, segera menghampiri pria itu. "Jae! Lo apa kabar? Gue kangen sama lo," Ucap Nasya pada seseorang yang ternyata adalah Reza.
Nasya memeluk sang sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
Reza yang baru saja tiba bersama Putri, terlihat bingung saat mengetahui Nasya berada di kantornya.
"Ah, jadi ini yang namanya Nasya," batin Putri yang memang baru pertama kali bertemu secara langsung dengan perempuan bernama Nasya itu.
Heran pada Reza yang tidak berekspresi apapun, Nasya menatapnya, "Kenapa lo diem aja? Lo ga kangen sama sahabat lo ini?,".
Reza tersenyum, "Gue... kangenlah." Jawabnya sedikit ragu.
"Wah, makin cakep aja lo sekarang," Ucap Nasya memperhatikan pakaian jas yang di kenakan oleh Reza.
Tersenyum, "Lo juga makin cantik sekarang," Balas Reza sama seperti dulu, selalu memuji Nasya.
Melihat hal itu, seharusnya ia tidak harus berada disana. Putri meninggalkan kedua orang yang tengah temu kangen itu. Dan memilih untuk bergegas menuju ruang tempatnya bekerja.
"Gimana kabar suami lo?," Tanya Reza.
Nasya yang tadinya terlihat bahagia, mendadak kesal dengan pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang mengingatkan dirinya pada Dicky. Pemuda menyebalkan yang menjadi suaminya.
"Dia baik!," Jawab Nasya singkat.
Reza mengangguk lalu, "Kita ngobrol diruangan gue aja, biar enak sambil duduk.".
Nasya mengangguk dan mengikuti arah langkah Reza yang menuju ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments