Gengsi

Setelah tiba di rumah, Nasya masuk begitu saja tanpa memperdulikan Dicky.

Sedari tadi, Dicky berusaha untuk menjelaskan maksud dari ucapannya. Hanya saja, Nasya selalu bisa menghindar dari nya.

Kini Dicky hanya bisa memandangi Nasya yang berjalan naik ke lantai atas.

Menghela napas,

Dicky kembali mengingat perkataan nya di rumah sakit.

"Aih! Lo sih, ngomong ga pake di pikir dulu!," Dicky memukul mulut dengan tangan sembari memejamkan mata. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri saat itu.

Lagi, Pria itu kembali menghela napas setelah selesai memukul mulut dan membuka mata. "Di cuekkin kan sekarang," Ujarnya pasrah sembari kembali melihat ke lantai atas.

Dicky mematung sejenak di tempatnya. Ia berpikir keras, Bagaimana menjelaskan maksud dari perkataan nya pada Nasya yang sudah terlanjur kesal.

Lalu, Didetik kemudian....

"Ah, Kelamaan!!," Ucapnya bergegas naik menyusul Nasya di atas.

//

Tiba di kamar, Dicky dibuat panik oleh Nasya. Ia terbelalak melihat lemari pakaian yang sudah terbuka lebar. Ditambah lagi, sebuah koper yang berisi beberapa pakaian di atas tempat tidur.

"Nasya, Tunggu dulu!...," Ujar Dicky mencoba menahan Nasya yang sibuk mengeluarkan pakaian miliknya dan memasukkan pakaian tersebut ke dalam koper.

"...Lo dengerin dulu penjelasan gue!," Lanjut Dicky sembari mengikuti langkah kaki Nasya yang mondar-mandir lemari-koper.

Tidak ada jawaban dari Nasya. Perempuan ini diam seribu bahasa tanpa memperdulikan sang suami. Ia hanya fokus untuk membereskan barang-barang miliknya di rumah itu.

Karena kesal di hiraukan begitu saja, Dicky menahan lengan Nasya dengan tujuan agar istrinya itu berhenti dan mendengarkan penjelasan darinya.

"Bisa ga dengerin gue dulu sebentar?!," Tatap Dicky serius.

Namun, Nasya malah membuang wajah dari tatapan Dicky.

"Maksud gue bukan mau lo pergi dari sini. Gue cuma....".

"Udah ya, ga usah jelasin apa pun. Gue udah paham kok...," Nasya menoleh dan mencela cepat perkataan Dicky.

"... Iya, gue paham. Paham banget!...," Tatap Nasya serius pada Dicky di hadapannya.

"Lo... ga suka gue ada disini. Jadi, sekarang lo ga usah sok nahan gue biar ga pergi...," Nasya melepaskan lengannya dari Dicky.

"Gausah sok bertindak jadi suami gue! Urusin aja istri baru lo itu. Gausah urusin urusan orang lain!." Tegas Nasya lalu menutup koper dan beranjak pergi dari ruangan tersebut.

Melihat itu, Dicky tentu tidak diam saja. Pria itu kesal lalu merampas koper itu dari tangan Nasya.

"Lo tu apaan sih! Siniin koper gue!," Nasya tidak terima dengan tindakan Dicky. Ia mencoba merebut koper itu kembali.

"Lo ga bisa pergi kayak gini!," Tatap Dicky tajam.

"Kenapa? Bukannya lo seneng kalo gue pergi dari sini.".

"Ini tuh udah malem. Emang. lo mau pergi kemana?," Dicky.

Nasya men-de-ha mendengar hal tersebut. Ditatapnya Dicky yang masih menahan koper. "Gausah sok perduli deh, lo! Terserah gue mau pergi ke mana, itu bukan urusan lo," sembari mencoba merebut koper itu (lagi).

Dicky tetap menahan koper itu, menatap Nasya serius. "Itu urusan gue! Lo itu tanggung jawab gue karena lo itu istri gue!.".

Nasya kembali men-de-ha,

"Sebagai suami, gue ga akan biarin lo pergi.".

Mendengar itu, "Suami?," Nasya tersenyum remeh akan kata itu.

"Suami apa yang nekat bawa pulang cewe ke rumah istrinya?," sambung Nasya.

Dicky menatap istrinya dengan sedikit mengkerutkan dahinya "Harusnya tu cewe di bawa ke rumah orangtua lo, Ngapain dibawa kesini? Ngotor-ngotorin rumah gue!," lanjut Nasya lagi.

"Kenapa lo bawa-bawa Nabila terus sih? Lo cemburu sama dia?.".

Nasya membuang muka, "Idih, ngapain cemburu sama cewe yang levelnya dibawah gue.".

Melihat sikap itu, dengan sangat yakin Dicky beranggapan bahwa Nasya sedang cemburu, "Kalo cemburu mah bilang aja!.... ".

Nasya tetap pada posisinya mendengar ucapan Dicky, "... Lagian ngapain juga lo cemburu? Pernikahan kita kan terpaksa," sambung pria kurus itu yang membuat Nasya menoleh cepat.

"Eh, lo denger ya! Walaupun gue terpaksa nikah sama lo bukan berarti lo seenaknya bawa cewe ke rumah ini! Emang lo pikir ni rumah, kontakran? Pake nyuruh gue bikinin minum lagi, lo pikir gue pembantu? Gue tuan rumah disini," jelas Nasya panjang, menatap Dicky tajam di depannya.

"Kalo gamau, gausah pake acara masukkin garem ke minuman dong!" balas Dicky yang tak mau kalah.

"Ya, itu karena gue kesel sama lo! Nyuruh-nyuruh gue bikin minuman, udah kayak pembantu!" Nasya kesal.

"Ah, terus waktu lo masukkin cabe ke masakan Nabila bukan karena lo kesel sama gue dong?," tatap Dicky serius.

Karena terlalu kesal dan tanpa sadar "Ya iyalah!" jawab Nasya.

Dicky tersenyum tipis mendengar itu dan terus menatap Nasya disana.

Merasa aneh dengan jawaban tadi, Nasya sadar. Bola matanya terbelalak dan sedikit mengalihkan wajah dari Dicky.

'Terus itu apa?," tanya Dicky.

'I..Itu...," Dicky terus menunggu penjelasan sang istri.

"Cuma iseng...," jawab Nasya.

Dicky men-de-ha mendengarnya "Iseng?.".

Nasya melirik Dicky,

"Iseng apa cemburu tu?," tanya Dicky (lagi).

"Ya isenglah! Ngapain gue cemburu? Buang-buang waktu gue!," Jawab Nasya kembali kesal.

Dicky tidak percaya dengan jawaban itu.

"Siniin koper gue!" Nasya mengalihkan pembicaraan dan merebut koper dari tangan Dicky.

"Lo masih mau pergi juga?," tanya Dicky.

"Kenapa? Masalah?," Nasya balik bertanya.

"Mau kemana? Ini tu udah malem! Mending di pending aja perginya! Besok pagi kalo lo mau pergi, yaudah! Gue ga akan ngelarang," balas Dicky.

Rasanya semakin kesal mendengar jawaban Dicky seperti itu, ada sesuatu yang tidak sesuai dalam hati perempuan ini.

Nasya berdecak kesal dan menarik kopernya. "Oi, serius lo malem-malem gini pergi?," tanya Dicky lagi yang merasa tak yakin jika Nasya akan pergi saat itu juga. Menurutnya, Nasya tak akan senekat itu.

Nasya meliriknya sekilas, "Udahlah. Kalo mau pergi besok pagi aja! Ga bakal gue larang kok," lanjut Dicky.

"Bodo!," Nasya mengabaikan ucapan Dicky dan terus menarik kopernya.

Dicky yang mengikuti dibelakang "Emangnya lo mau pergi kemana?.".

"Kerumah suami baru!," ketus Nasya dan terus menarik kopernya, pergi dari rumah itu, meninggalkan Dicky sendiri.

Dicky yang tak terima dengan itu, segera menyusul langkah kaki sang istri dan menahannya agar tidak pergi dari rumah.

"Lo tu, apa-apaan sih?," Nasya melepas kasar tangannya dari genggaman Dicky.

"Ngapain sih, masih nahan-nahan gue? Udah, Minggir!," sambung Nasya.

"Elo tu yang apa-apaan. Lo mau minggat kerumah siapa? Suami baru? Kapan nikahnya? Suami lo itu gue!," Jelas Dicky.

"Eh, lo bisa bawa istri baru? Kenapa gue ga bisa pergi ke rumah suami baru gue?," tatap kesal Nasya.

Dicky kesal dan mengambil alih koper itu, "Udah! Sekarang masuk lo!!!.".

"Balikin koper gue!" Nasya kembali berusaha merebut koper berwarna hitam itu.

"Lo pikir gue ****? Udah masuk sekarang! Gue balikin kalo lo masuk kedalem!," Dicky membawa masuk koper itu.

Kesal "Aih! Bukannya tadi dia yang mau gue pergi dari sini?," Nasya menatap kesal Dicky disana.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!