Sore harinya dokter Iren datang lagi dan memeriksa keadaan Airin. Dia mengangguk -angguk, yang menandakan penyembuhan dalam tubuh Airin cepat juga.
"Besok, nyonya Widarta sudah bisa mandi, karena saya tidak melihat adanya gejala infeksi pada luka."
"Baik dokter"
"Jangan lupa, obatnya tetap di minum sampai habis dan salepnya juga di oles, biar jangan ada bekas luka tertinggal nantinya."
"Ya dok, makasih"
"Sama - sama, saya pamit dulu, jaga diri baik - baik nyonya."
Airin hanya mengangguk dan tersenyum. Dia memang sudah merasa gerah karena sudah beberapa hari tidak mandi. Tidak berapa lama Arya datang dengan membawa paper bag di tangannya.
"Mom, ini pakaian anda sudah sampai, mudah - mudahan ukurannya pas." Arya memberikan bungkusan itu ke depan ibu tirinya yang masih duduk di atas kasurnya.
"Itu daster, enggak apa - apa kebesaran, lebih nyaman di pakai dan banyak angin masuk" ucap Airin sambil tersenyum.
Arya hanya bisa mematung mendengar ucapan ibu tirinya itu, angin? Angin apa? Dia menggeleng - gelengkan kepalanya membuang pikiran trevelingnya.
Keesokan harinya, Airin sudah lebih baikan. Walaupun dia masih berlahan- lahan melangkah, tapi perihnya sudah mulai hilang. Sepertinya obat- obatan yang dia konsumsi dari kualitas terbaik.
"Aku sudah beberapa hari tidak mandi, aku mandi dulu dengan air hangat" Airin turun berlahan dari ranjangnya, melihat itu Arya buru - buru langsung menghampiri dan memapahnya berjalan
'Apakah aku terlihat lebih parah dari orang yang melahirkan?' gumam Airin, dia memperhatikan Arya dari sudut matanya, kenapa anak ini lebih perhatian dari ayahnya? Pasti istrinya sangat bahagia nantinya, pikir Airin.
"Saya bisa sendiri" ucap Airin ketika mereka sudah sampai di pintu kamar mandi.
"Mom, kamar mandi itu licin, aku harus meletakkan anda di posisi yang benar - benar aman dulu." entah mengapa dia masih merasa kuatir bahawa Airin akan mengalami hal yang menyakitkan lagi.
"Ya, enggak enak kalau tiba - tiba ada orang yang masuk" Airin jadi serba salah, dia membutuhkan pertolongan tapi dengan situasi status uang tidak lazim, jadi terasa canggung.
"Jangan pedulikan orang, lagian mereka kan hanya pelayan di rumah ini, jika mereka berani menjelekkan tuannya untuk apa mereka masih di terima kerja di sini." Ucapnya tegas.
"Baiklah, terserah kamu saja."
Arya membiarkan Airin duduk di atas closet yang tertutup, sementara dia mengisi bathtub dengan air hangat, dia mengukur suhunya dengan pas.
Setelahnya dia mengangkat Airin masuk ke dalam bathtub dengan masih memakai dasternya.
"Mom, kalau anda sudah selesai, panggil aku saja, aku akan meletakkan karpet di sekitaran lantai di sebelahmu, agar nanti tidak tergelincir saat melangkah." Dia anak yang sangat perhatian, membuat ada kehangatan di dalam hati Airin.
Dia hanya memandang, saat Arya meletakkan karpet - karpet kecil di sekitaran lantai kamar mandi, Setelahnya dia keluar.
Ketika dia sudah di luar baru Airin berani membuka pakaiannya. Dengan merasa nyaman dia mulai memejamkan matanya dan menikmati aroma terapi yang di tuangkan Arya kedalam Bak mandinya.
Sudah setengah jam, Airin belum keluar dari kamar mandi, Arya mulai gelisah, jangan - jangan ibu tirinya malah mati tenggelam, itu yang terbersit di dalam kepalanya.
Dengan cepat dia membuka pintu kamar mandi ibunya, dia melihat Airin di sana sedang memejamkan mata, dia mulai was - was apakah masih hidup atau sudah mati, pikirnya.
Dia semakin mendekat, dan mulai mengguncang bahu Airin.
"Mom, you ok?" ucapnya dengan pelan.
Sedikit tersentak Airin membuka matanya.
"Arya ada apa?" Dia sedikit bingung melihat wajah Arya yang sedikit memucat.
"Mom, aku kira kamu kenapa- kenapa, sudah setengah jam lebih di dalam kamar mandi, aku mengira kamu tenggelam atau sudah tidak bernafas, makanya aku masuk." Dia berucap sambil memegang dadanya yang tadi berdetak sangat kencang.
Airin tertawa kecil, merasa lucu dengan apa yang di katakan Arya dengan wajah polosnya.
"Arya aku baik- baik saja, ya sudah kamu keluar, aku akan mengeringkan diriku." Airin berucap agar Arya tidak melihat dirinya dalam keadan tanpa pakaian.
Arya cuma melihati wajah Airin yang memerah karena lama berendam dengan air yang menguap karena hawa panas. Tanpa sadar dia mendekat, Airin memundurkan kepalanya tapi tertahan dinding Bathtub.
Arya tidak membiarkan kepala Airin sakit karena terbentur sisi bathtub, dia menghalangi dengan telapak tanganya.
"Arya..." belum dia sempat untuk berkata apa - apa, Arya sudah mendaratkan bibirnya ke mulut wanita itu, hanya sentuhan singkat tapi Arya merasa sangat unik dan... Kenyal. Dia baru merasakan sensasi ini pertama kalinya di dalam hidupnya. Bisa dikatakan ini adalah ciuman pertamanya.
Wajah mereka masih berdekatan, mereka bisa merasakan udara nafas dari orang yang di depannya. Arya yang melihat bibir basah Airin merasa ketagihan. Dia ingin mengulang kembali, tapi Airin menghalangi dengan mendorong pelan dada Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Yura_K🦖(?)
arya ingatlah dia ibu tirimu loh😭😭
2024-07-13
6
ria sufi
nah nah
2024-06-14
0
nacho
😍😘😍😘😍😘😍😘😍😘
2024-05-13
1