"Bagaimana ini pak? Teleponnya putus. Setelah sekian lama kita bisa berkomunikasi dengan anak kita Naomi. Baru sebentar ibu bicara dengannya. Ibu bahkan belum puas mengungkapkan rasa rindu ibu padanya. Bagaimana ini pak?"
"Sudahlah bu. Mungkin dia sibuk. Nanti dia pasti akan telepon kita lagi. Ibu tidak perlu cemas."
"Bapak ini bagaimana sih? Bagaimana ibu tidak cemas. Anak perempuan kita bekerja di luar negeri seorang diri. Sudah lama dia tidak kasih kabar. Sekalinya dia menghubungi kita, itu pun hanya sebentar."
"Iya bu. Bapak tahu. Tapi mau bagaimana lagi, kan teleponnya yang terputus. Jangan dipaksain dong bu."
"Ih... sih bapak memang tidak pernah bisa memahami perasaan ibu yah. Bapak itu kurang perhatian."
"Tuh kan bapak salah lagi. Yah sudah, lebih baik bapak pergi saja sebelum perselisihan meledak. Permisi."
"Pak...! Bapak.....!" Teriaknya melampiaskan kemarahannya.
**********
Dan sementara aku menyusui putra ku, aku mengingat semua pembicaraan kami di telepon. Bagaimana ibu ku bersemangat menjodohkan ku dengan teman masa kecil ku dulu. Mereka hanya tahu kalau aku masih gadis. Padahal sekarang aku sudah berkeluarga. Bagaimana aku harus menceritakan rahasia besar ini? Disisi lain ayah ku juga sangat tidak menyukai pria asing. Tidak hanya itu, bahkan pria yang sekarang menjadi suami ku adalah seorang duda. Semua itu membuat kepala ku semakin pusing dan berat. Bagaimana aku akan mendapatkan restu dari mereka?
Aku menjadi tidak sabar menunggu suami ku segera pulang dan menceritakan perasaan ku.
Dulu saat aku masih gadis, aku sangat mandiri. Aku bisa menyelesaikan masalah ku sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Tapi sejak aku menikah dan mempunyai anak, rasanya sangat sulit bagi ku untuk tegar.
Aku hanya duduk seperti orang bodoh sampai putra ku tertidur lagi.
Dan karena begitu lelah, aku pun ikut tertidur.
Aku tertidur hingga sore hari. Aku bangun karena mendengar putra ku menangis. Dia menangis sudah cukup lama. Jika saja suami ku sampai tahu hal itu, dia akan membentak ku dengan kasar karena sudah lalai.
"Aduh nak, ternyata popok mu basah. Maaf yah. Ibu mu ini masih harus belajar untuk mengurusmu. Ibu terlalu lama hidup sendiri, kadang-kadang ibu lupa dengan status ibu yang sekarang."
"Ternyata sudah jam 6 sore. Aku tidur cukup lama. Aku harus siap-siap memasak untuk makan malam. Kalau tidak, ayah mu akan membanding-bandingkan ibu lagi dengan mantan istrinya.
Kamu jangan nakal yah nak! Berbaring yang tenang disana yah."
Lalu sementara aku sedang mempersiapkan semuanya, tiba-tiba aku menerima pesan singkat berisi ungkapan cinta yang cukup vulgar. Aku tidak tahu siapa pengirimnya. Pesan itu membuat tangan dan jantung ku tiba-tiba bergetar.
"Pesan macam apa ini? Apa dia sudah tidak waras mengirimkan pesan vulgar seperti ini?
Sudahlah! Abaikan saja, ga penting. Tapi aku harus segera menghapusnya. Jangan sampai suami ku melihatnya dan mencurigai ku yang macam-macam."
Lalu setelah pesan itu terhapus, tak lama kemudian aku menerima pesan gambar. Aku segera membukanya dan gambar itu adalah gambar seorang pria yang dulu sangat aku sukai. Hati ku semakin berdebar dibuatnya. Aku berkata dalam hati,
"Untuk apa dia mengirimkan foto dirinya. Foto yang bertelanjang dada seperti ini? Apa dia mau menggoda ku?
Agh... Tidak! Tidak!
Dia kan sudah tunangan dan sebentar lagi akan menikah. Lagi pula kenapa dia pakai nomor baru?
Aduh...
Banyak sekali yang harus dipikirkan. Masalah yang ini belum selesai, masalah lain datang. Apa dia tidak tahu kalau aku sudah menikah?
Oh...iya... astaga...
Aku lupa.
Kan pernikahan kami diadakan secara diam-diam.
Tapi, untuk apa dia mengirim fotonya pada ku? Dasar aneh."
Belakangan dia menghubungi ku. Dia berbicara dengan sangat lembut dan penuh perhatian.
Aku bertanya apa maksudnya mengirimkan pesan vulgar itu pada ku. Tapi tanpa menjelaskannya, tiba-tiba dia mengungkapkan perasaannya pada ku. Mendengar itu aku semakin tidak tenang dan gelisah. Sejujurnya aku masih menyimpan rasa cinta padanya. Tapi aku menyesal, kenapa hal itu datang terlambat? Kenapa setelah aku sudah menikah dia baru bisa mencintai ku? Sejak dulu aku sudah menaruh hati padanya. Tapi dia lebih memilih pacar perjodohannya. Dan sekarang tanpa alasan yang jelas dia datang pada ku.
Kami berbicara cukup lama. Dan saat itu, aku bisa mengobrol dengan sedikit tenang karena suami ku pulang malam. Setelah dia mengutarakan isi hatinya, dia mengajak ku untuk bertemu. Hal yang tidak bisa aku lakukan lagi dengan bebas setelah memiliki tanggung jawab lain.
Aku segera memutuskan percakapan itu dan menghapus nomornya. Aku tidak ingin pikiran ku berubah dan menuruti keinginan hati yang licik. Aku memandangi wajah putra ku agar aku tetap fokus dan sadar dengan keadaan ku sekarang.
Lalu tak lama setelah kami berbicara di telepon, suami ku pulang. Aku segera pergi menyambutnya dengan hangat tak seperti biasanya. Aku memeluknya dengan erat dan menciumnya. Aku melakukan semua itu untuk menebus rasa bersalah ku. Dan sementara masih dalam dekapannya, suami ku berkata,
"Ada apa ini sayang? Tak biasanya kamu seperti ini. Kamu memberikan pelukan hangat untuk menyambut ku. Kenapa?"
"Karena aku sangat mencintai mu. Mulai sekarang, kau adalah milik ku. Hanya kau satu-satunya. Dan selamanya akan seperti itu."
"Kenapa tiba-tiba kau bicara begitu? Kau membuat ku bingung."
"Sudahlah sayang, jangan banyak bertanya. Yang aku butuhkan sekarang hanyalah berada dalam dekapan mu seperti ini."
"Hei, ternyata diam-diam istri ku ini genit juga yah."
"Memangnya aku tidak boleh genit sama suami ku sendiri?"
"Hei, bukannya tidak boleh. Aku justru senang. Sudahlah. Aku mau mandi dulu. Nanti setelah aku sudah wangi dan segar, kau boleh memelukku sampai puas."
"Baiklah. Jangan lama-lama yah sayang. Aku akan siap kan makanan."
"Iya.
Mmm... Kelihatannya dia sudah tidak sabar. Asyik..." Ucapnya dalam hati.
"I love you."
**********
Aku melakukan semua itu, karena tak ingin membagi perhatian ku lagi dengan cinta lama. Yang akan membuat keluarga kecil ku hancur.
Lalu tak lama kemudian dia turun dan hanya memakai celana pendek.
"Hei sayang, dimana baju mu? Kenapa kau tidak memakai baju? Ini sudah malam lho. Nanti kamu kedinginan dan sakit."
"Kenapa aku harus kedinginan? Kan ada kamu yang akan menghangatkan ku. Sentuhan kulitmu akan memberikan kehangatan pada ku. Bukankah aku sudah bilang, nanti setelah aku segar dan wangi kau bisa memeluk ku sepuasnya? Sekarang peluk aku sayang."
"Hei, hei, jangan macam-macam. Dan jangan berlebihan. Sebaiknya kita makan dulu. Aku sudah lapar dan lelah seharian mengurus rumah dan anak kita."
"Aduh... lagi-lagi aku diberi harapan palsu. Padahal aku sudah mempersiapkan diri dengan baik.
Agh... yah sudahlah. Aku pakai baju lagi. Aku pikir aku bisa bersenang-senang malam ini."
"Sudah. Jangan banyak mengeluh."
"Yah, baiklah. Dasar ibu-ibu cerewet."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments