Malam itu kami sangat bahagia karena keberhasilan yang kami raih untuk kedua kalinya. Atasanku memutuskan untuk merayakannya di sebuah cafe. Saat itu aku melihat kebebasan dalam dirinya seolah dia melupakan masalah perceraiannya.
Sewaktu dia berbicara pada pelayan cafe sambil menyibakkan poninya, Otakku semakin sadar kalau dia memang sangat tampan.
Kami benar-benar menikmati malam itu sampai puas, sampai beberapa di antara kami mabuk dan memuntahkan isi perutnya di bajuku saat hendak membantunya masuk ke dalam taksi.
*********
Sesampainya di hotel, aku cepat-cepat membersihkan diri lalu pergi berbaring. Di tempat tidur aku senyum-senyum sendiri membayangkan besarnya bonus yang mungkin kudapat dari pencapaian itu.
"Wah... aku tidak menyangka project besar itu berhasil lagi. Pundi-pundi terus mengalir ke rekeningku. Kira-kira nanti aku akan beli apa yah? Hunian sudah punya, mobil juga, barang-barang branded juga. Hanya satu yang belum. Yaitu kekasih. Umurku sudah cukup untuk menikah. Tapi sama siapa? Hah... Pria yang aku taksir sudah punya kekasih. Aku juga ingin punya keturunan seperti teman-temanku."
Malam itu aku jadi tidak bisa tidur karena memikirkannya sampai akhirnya aku memutuskan keluar mencari udara segar.
Aku berjalan di antara panjangnya lorong hotel sampai tiba di depan lift lalu menekan tombolnya dan menunggu sampai pintunya terbuka.
Namun saat pintu itu terbuka, mataku seketika terbelalak karena pria yang kusuka itu ada di dalam.
Aku terdiam beberapa saat. "Astaga! Bagaimana ini?" Gumamku dalam hati dan jantungku berdebar kencang.
Namun pria itu terus menekan tombol lift karena aku tak kunjung masuk.
"Hei, cepat masuk! Kamu mau turun atau tidak?" Ujarnya.
"Iya, iya. Baiklah!" Suaraku sedikit bergetar saat menjawabnya lalu masuk dengan kepala yang tertunduk malu.
Di sana kami saling diam sampai lift itu berhenti di loby.
Dengan terburu-buru aku segera keluar agar pria itu tak punya kesempatan mengajakku bicara. Namun ternyata dugaanku salah. Pria itu dengan sigap menarik tanganku mencegatku pergi.
"Hei! Kau mau ke mana malam-malam begini?"
"Agh...tidak kemana-mana. Di sini saja mencari udara segar." Jawabku gugup.
"Apa kau sedang tidak sehat? Kenapa kau terlihat gugup dan berkeringat?"
"Agh...iya pak. Bapak benar. Aku sedang sakit. Mental dan jiwaku sedang sakit dan terguncang."
"Maksudmu apa?" Tanyanya sambil mengkerutkan dahinya.
"Bukan apa-apa pak. Ini bukan masalah serius." Balasku sambil mencoba tersenyum.
"Hei, jangan begitu. Katakan saja. Barang kali aku bisa membantumu. Tapi jika tidak, aku hanya jadi pendengar saja."
Aku menjadi sangat bingung dan kacau karena mimik wajahmya terus memaksa. Sampai akhirnya aku tak punya pilihan dan terpaksa mengajaknya duduk di sofa di loby itu lalu mencoba menceritakannya.
"Mmm, ini memang berat. Tapi aku akan bertanya dulu siapa tahu bapak punya solusinya. Baiklah, aku akan langsung ke intinya saja.
Aku menyukai seorang pria, tapi ternyata aku salah jatuh cinta. Menurut bapak bagaimana?"
"Mmm, aku kurang mengerti yah. Maksudnya salah jatuh cinta itu apa?"
"Aku jatuh cinta pada pria yang sudah punya kekasih. Menurut bapak jika bapak ada di posisiku, apa yang akan bapak lakukan?"
"Yah sebelum mereka terikat pernikahan, aku akan terus memperjuangkannya."
"Bagaimana caranya pak?"
"Yah, kau bisa mencari tahu tentang selera dan kesukaannya, atau menebarkan pesonamu. Kamu kan cantik, pintar dan mapan, pasti pria itu akan jatuh ke pelukanmu jika kau menarik perhatiannya."
"Iya pak. Tapi bagaimana caranya?"
"Apa kau masih belum mengerti? Kau bekerja di bidang fashion kan? Menurutmu apa yang membuat para pria jatuh hati saat melihat para model berjalan di catewalk?"
"Menurutku selain mereka cantik, mereka juga seksi."
"Nah itu dia. Jadi gunakan kecantikanmu itu untuk menarik hati si pujaan hatimu."
"Tapi bagaimana jika aku sudah mencobanya namun dia masih belum tertarik?"
"Yah sebagai wanita kamu pasti sangat paham apa yang diinginkan seorang pria."
"Mmm, aku rasa itu sudah cukup pak. Baiklah, aku sangat mengantuk. Aku mau kembali ke kamarku. Selamat malam! Sampai ketemu besok."
Aku segera menyudahi obrolan singkat itu dan cepat-cepat pergi meninggalkannya agar tak semakin salah tingkah dan dia tahu apa yang kurasakan.
**********
Keesokan paginya aku memikirkan kembali perkataan pria itu. Maka setelah selesai mandi, aku mencoba berdandan layaknya para super model dan cepat-cepat turun ke loby untuk sarapan. Aku berharap pria pujaan hatiku itu akan suka melihatnya dan tertarik.
Lalu saat aku hendak mengambil makanan, tanpa sengaja mataku tertuju pada sesuatu yang indah di sudut ruangan. Kulihat dia menikmati setiap suapan yang dia masukkan ke mulutnya.
Dengan membuang rasa malu, aku pergi menghampirinya untuk memperlihatkan penampilan baruku.
"Pak, coba lihat! Menurut bapak bagaimana penampilanku hari ini?" Aku bertanya seraya mengesampingkan urat malu dan mempertebal kepercayaan diri.
Sambil terus mengunyah makanannya, dia memberikan komentar singkat, "Bagus dan cantik."
Mukaku semakin merona mendengar pujiannya. Untung saja rambutku terurai menutupi telinga. Jika tidak, dia juga akan tahu kalau telingaku juga ikut merah mendengar pujiannya.
Kemudian dia meletakkan sendoknya lalu berkata lagi, "Tapi kenapa kamu berubah cepat sekali? Apa pria yang kamu suka itu ada di sekitar ini?"
"Yah. Dan itu kamu." Jawabku dalam hati.
Tapi aku menjawab,
"Agh, tidak pak. Aku hanya latihan saja supaya aku terbiasa. Oh yah, apa aku boleh duduk makan bersamamu?"
"Oh tentu, tempat ini bebas. Siapa pun bisa duduk makan di sini."
Aku mengatur cara makanku agar tampak elegan di matanya. Sambil sesekali curi-curi perhatiannya dengan berpura-pura lemah di hadapannya. Sampai suatu ketika aku berpura-pura sakit dan minta tolong diantar ke kamar.
Dan aku tidak menduga, pria itu sungguh idaman setiap wanita, dia dengan cepat bertindak memberikan pertolongan. Dia menggendongku dan membawaku ke dalam kamar.
Aku memanfaatkan kesempatan itu dengan memeluk lehernya erat saat berada dalam gendongan tangannya yang kuat. Rasanya begitu nyaman bersandar di dadanya yang bidang.
Dalam hati aku berkata, "Seandainya saja dia kekasihku, pasti aku akan jadi wanita yang paling beruntung seperti kata orang-orang di kampung halamanku.
Setelah membaringkanku di tempat tidur dan menyelimutiku, dia berkata lagi,
"Istirahatlah. Mungkin kamu sakit karena terlalu lelah bekerja semalaman. Aku akan ambilkan minuman untukmu."
Tak lama dia datang memberikan segelas air. "Ini, minumlah. Oh yah aku harus segera pergi."
"Terima kasih pak sudah menolongku. Tapi tolong jangan pergi!"
"Apa? Kenapa?"
"Tolong temani aku sebentar saja."
"Hei, tidak bisa. Bagaimana jika seseorang melihat kita berduaan di kamar hotel? Itu bisa merusak harga diri kita berdua. Mereka akan berpikiran yang tidak-tidak tentang kita."
"Yah baiklah. Maafkan aku karena terlalu naif."
"Sudahlah, semoga cepat sembuh." Balasnya lalu pergi.
Setelah dia pergi aku berbicara sendiri, "Bagaimana aku bisa sembuh, obatnya adalah kau sendiri. Seandainya saja kamu tahu perasaanku. Tapi seperti perkataanmu kemarin, selama belum terikat pernikahan, aku akan terus memperjuangkan cintaku.
Aku hanya berpura-pura sakit di depanmu. Semua itu kulakukan karena cintaku yang gila ini. Aku berharap suatu hari nanti cintaku menjadi kenyataan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments