Ke esokan harinya, tubuh ku masih belum pulih. Dan hari itu aku bangun kesiangan. Maka suami ku berkata,
"Kamu ini bisanya hanya bermalas-malasan. Dulu istri ku sudah bangun pagi-pagi sekali dan mempersiapkan makanan untuk ku. Jangan karena kemarin aku melayani mu, lalu kau bertingkah seperti ratu. Sekarang cepat bangun dan masak makanan untuk ku."
"Maafkan aku sayang. Aku masih kurang enak badan. Karena itu aku bangun kesiangan."
"Sudah. Jangan banyak alasan. Sekarang bangunlah dan pergilah ke dapur."
Maka aku mengerahkan seluruh kekuatan ku dan pergi ke dapur. Lalu aku mulai memotong-motong sayuran dan mencucinya. Ketika aku sedang fokus, diam-diam dia datang dan mengagetkan ku dari belakang. Dia mendekap ku sambil berkata,
"I love you bae. Maafkan aku karena bersikap kasar. Tolong jangan marah. Sini berikan pisaunya, biar aku bantu mengupas bawangnya."
Aku hanya diam saja dan memberikan pisau itu sambil berkata dalam hati,
"Dasar aneh. Ga jelas."
Lalu dia menyuruh ku duduk di meja makan.
"Sayang, duduklah disana. Biar aku yang masak. Kamu masih sakit kan?"
"Tidak sayang. Aku tidak apa-apa. Biarkan aku yang melakukannya."
"Ssstt... jangan membantah. Aku hanya bercanda tadi. Sudahlah. Oh yah, Apa makanan favorit mu? Aku akan memasaknya."
"Masak saja apa yang kamu suka. Makanan apapun yang kamu suka. Aku akan menyukainya."
"Benarkah? Baiklah kalau begitu. Tunggulah disana sampai aku selesai memasak. Jangan pergi kemana pun."
Maka aku pun memperhatikan tangannya yang cukup terampil itu. Dia memotong-motong semua bahan dengan cepat dan sempurna. Dia memasak semua makanan itu dengan sepenuh hati. Lalu menghidangkannya di atas meja.
Kemudian dia memakaikan celemet di leher ku dan memberi ku sepiring makanan.
"Ini sayang. Makanlah. Aku sudah buat yang spesial untuk mu."
"Iya. Aku tahu. Terima kasih yah sayang."
Ketika makanan itu menyentuh mulut ku, tanpa sadar air mata ku keluar dan membasahi wajah ku. Lalu suami ku berkata,
"Ada apa sayang? Kenapa kau menangis? Apa kau tidak suka dengan makanan yang sudah aku masak?"
"Bagaimana aku akan menyukainya? Makanan ini pedas sekali."
"Hahahahaha... Aku sangat senang bisa mengerjai diri mu."
"Sayang kau ini kenapa sih. Tingkah mu makin hari makin aneh. Tadi kau membentakku dan mengatakan aku pemalas. Lalu saat aku memaksakan diri ku memasak, kau malah menyuruh ku duduk dan memperhatikan mu. Sekarang kau memberi ku makanan. Tapi tidak bisa dimakan. Mau mu apa sih? Kau membuat ku bingung setengah mati. Sejak kemarin aku selalu bingung dengan sikap mu. Sekarang aku malah semakin bingung. Dasar menyebalkan."
Aku pun segera pergi dari dapur karena kesal, dan meninggalkannya disana. Lalu dia menyusul ku pergi ke kamar sambil membawa sepiring makanan.
Aku yang masih kesal, selalu memalingkan wajah ku darinya setiap kali dia mendekati dan membujuk ku.
"Sayang. Tolong jangan marah lagi. Aku hanya bercanda. Aku mohon. Sekarang makanlah. Kali ini aku serius. Makanan ini tidak pedas sama sekali. Lihatlah aku akan mencicipinya sedikit."
Lalu dia berkata lagi,
"Kau sudah lihat kan sayang. Ayolah. Jangan marah lagi. Aku tidak tahan melihat mu terus seperti ini."
"Kau tahu kan kalau aku lagi kurang sehat. Seharusnya kau memperlakukan istri mu ini dengan penuh kasih sayang. Bukannya mengerjai ku seperti tadi. Aku ingin perhatian mu disaat diriku lemah seperti ini. Tapi sejak aku menikah dengan mu, kau tidak pernah memperlakukan ku dengan baik. Kau sama sekali tidak mengasihi ku. Kau hanya menjadikan ku seperti budak untuk memenuhi hasrat mu."
"Sayang, kenapa kau berkata begitu. Aku sudah memohon maaf pada mu. Tolong maafkan aku."
"Apa? Maaf? Tidak segampang itu. Hari ini aku sangat kesal. Aku kesal setengah mati. Sekarang pergilah dari sini. Keluarlah dari kamar ini. Aku benci melihat wajah mu. Kalau kau tidak pergi, aku yang akan pergi. Pergi untuk selamanya."
"Apa kata mu? Apa kau sudah gila? Kau mau meninggalkan ku?
Lalu dia berdiri dan menampar wajah ku. Dan berkata sambil merengek dan berlutut.
"Ah, Tidak. Tidak.
Jangan sayang. Jangan lakukan itu. Jangan tinggalkan aku. Aku tidak bisa hidup tanpa diri mu."
"Tidak. Aku akan pergi. Aku bosan hidup seperti ini terus."
Mendengar itu, dia mulai membenturkan kepalanya ke dinding. Sambil terus berkata,
"Tidak. Jangan lakukan itu. Jangan tinggalkan aku."
Aku pun merasa kasihan padanya, ketika aku melihat kepalanya berdarah. Maka aku berlari dan memeluknya dengan erat dan berupaya menahan dirinya.
"Sudah sayang. Hentikan semua ini. Aku tidak akan meninggalkan mu. Aku mencintai mu. Yah, aku mencintai mu." (Balas ku sambil terus memeluknya)
"Benarkah, kau tidak akan meninggalkan ku? Aku berjanji akan menjadi suami yang lebih baik."
"Iya. Baiklah. Sekarang ayo kita obati luka mu. Duduklah, aku akan ambilkan obat merah."
Maka sembari aku berjalan mengambil kotak P3K. Aku terus bertanya-tanya dalam hati,
"Sebenarnya dia kenapa? Dia bertingkah seperti orang gila dan menakutkan. Jika begini terus, lama-lama aku bisa gila."
**********
Setelah aku mengobati luka di kepalanya, dan akan pergi, tiba-tiba dia menarik tangan ku dengan cepat. Lalu berkata,
"Teruslah mencintai ku seperti ini. Dan jangan tinggalkan aku. Aku sangat mencintai mu."
"Aku juga mencintai mu. Sekarang istirahatlah. Aku tidak akan kemana pun. Aku akan menjaga mu disini."
Aku pun duduk di samping ranjang sambil terus mengelus-elus rambutnya hingga dia terlelap.
Aku memperhatikan wajahnya yang tengah terlelap itu. Dia begitu tampan. Tapi terkadang aku kecil hati dengan sikapnya yang berubah-ubah dengan cepat.
"Sementara dia tidur, aku makan dulu. Aku sangat lapar. Dia merusak selera makan ku tadi."
Sesampainya di dapur, Aku memasak lagi. Aku tidak berani makan makanan yang dia masak tadi. Aku takut dia juga menambahkan bubuk cabe yang banyak ke makanan yang lain.
"Akhirnya matang juga. Ya ampun aku sangat lapar. Semoga setelah aku makan. Aku langsung sehat. Agar aku bisa kuat menghadapi suami ku yang aneh itu."
Aku pun sangat menikmati makanan itu. Tiap sendoknya terasa begitu nikmat. Makanan itu sangat sederhana, tapi aku membuatnya dengan sepenuh hati untuk diri ku sendiri. Tapi baru makan setengah piring, aku mendengar suami ku berteriak memanggil-manggil ku. Teriakannya semakin kencang. Lalu aku juga mendengar suara gelas pecah. Maka aku segera berlari menghampirinya karena takut sesuatu yang buruk terjadi lagi.
"Naomi. Naomi.
Kamu dimana?"
"Iya sayang. Aku disini."
"Aku pikir kamu pergi meninggalkan ku. Saat aku membuka mata, aku tidak melihat mu ada disini. Karena itulah aku memanggil-manggil mu."
"Aku kan sudah bilang. Aku tidak akan kemana pun. Jadi berhentilah bersikap tidak masuk akal."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments