Setelah semua urusan kami selesai, kami memutuskan segera kembali ke Paris. Karyawan yang lainnya sudah pergi lebih dulu ke bandara. Sedangkan aku dan atasanku pergi menemui client sebelum akhirnya ke bandara.
Selama di perjalanan di dalam taksi, kami berdua hanya diam saja. Aku ingin mengajaknya bicara tapi takut karena suasana hatinya terkadang susah ditebak.
Karena itu, aku hanya melihat pemandangan kota lewat jendela mobil. Tapi agar tidak merasa bosan, aku mencoba mendengarkan musik. Aku meminta si supir taksi memutarkan sebuah lagu. Tapi lagu yang dia putar kurang menyentuh hati. Maka aku mencoba memainkannya dari ponselku.
Sewaktu aku sedang sibuk memilih-milih lagu, tiba-tiba atasanku menarik tanganku dengan kasar. Ponselku terjatuh dan aku kaget setengah mati sewaktu dia memegang tanganku erat.
Otakku semakin tidak habis pikir karena kata yang keluar dari mulutnya adalah 'Terima kasih.'
Aku hanya terpaku melihatnya seperti orang bodoh.
Bagaimana tidak? Selama aku bekerja untuknya, belum pernah aku mendengarnya berterima kasih pada karyawannya tentang perkerjaan.
Untuk memuaskan rasa ingin tahu, aku mencoba bertanya meski ada sedikit keraguan.
"Pak, kenapa bapak berterima kasih padaku? Aku merasa tidak melakukan hal yang luar biasa."
"Tidak. Kamu sudah bekerja keras. Selama aku berpisah dengan istriku, dan tidak pernah fokus, kaulah yang selalu sibuk mengurus perusahaan. Kau melakukan semuanya dengan baik. Kau bahkan meluangkan waktumu untuk menghiburku. Dan aku rasa itu sangat luar biasa."
"Oh begitu yah pak." Aku semakin tertunduk malu mendengar pujiannya.
Tapi selain itu aku juga cemas sewaktu dia mengucapkan kata 'Menghiburku.' Aku berharap dia tidak mengungkit kesalahan itu di depan si supir taksi. Aku khawatir si supir taksi akan tahu kelakuanku yang tidak terkontrol waktu itu. Meski dia orang asing, tapi aku tidak ingin seorang pun tahu aib itu selain kami berdua. Maka agar pria aneh itu tidak kelepasan bicara karena terbawa perasaan, aku mengalihkan topik pembicaraan dengan cepat.
Aku mencoba bertanya tentang fashion. Tapi saat satu pertanyaan itu terlontar dari mulutku, pria keras kepala itu tiba-tiba menarikku dan merangkulku. Aku hampir gila saat itu karena malu. Karena kami masih di dalam taksi. Tapi aku mengerahkan keberanianku dan berbisik di telinganya,
"Pak. Tolong jaga sikap bapak. Tolong jangan membuatku malu."
"Agh... Baiklah. Maafkan aku." Segera dia melepaskan tangannya dan duduk dengan sopan.
"Ok. Tapi jangan diulangi lagi pak. Sebentar lagi kita akan segera sampai, aku berharap pertemuan ini akan berjalan lancar dan tidak memakan banyak waktu, karena kita masih harus pergi ke bandara."
"Iya. Tenanglah."
Setibanya di sana kami bergegas turun dan segera menemui client yang telah menunggu kami lebih dulu. Lelaki kulkas itu langsung memperkenalkan fashion unggulannya dan keuntungan yang mungkin di dapat jika menjalin kerja sama dengannya. Dan sungguh di luar dugaan, mereka langsung memesan sejumlah busana terbaik yang nantinya akan dikenakan oleh si pemilik perusahaan saat akan menghadiri beberapa acara istimewa bersama beberapa pejabat di sana.
Aku sangat takjub melihat setiap kesuksesan yang kami dapatkan di Los Angels.
Aku berpikir sejenak dan berharap semoga aku juga beruntung dalam urusan cinta.
Setelah pertemuan itu kami segera pergi ke bandara. Sesampainya di sana, kami langsung boarding pass lalu duduk di ruang tunggu. Aku duduk bergabung dengan anggota tim karena ingin menghindar darinya. Karena aku berpikir, berada di dekatnya terus-menerus akan membuatku semakin sulit melupakan kejadian malam itu.
Setelah menunggu cukup lama, kami akhirnya terbang. Kali ini aku duduk di samping atasanku. Agar tak berbicara dengannya, aku mengambil penutup mata dan menutup mataku agar bisa tertidur dengan cepat.
**********
Ketika kami tiba di bandara, aku cepat-cepat mengambil koperku dan pergi mencari taksi. Aku selalu berusaha menghindar darinya agar tidak ada karyawan yang curiga kalau kami mempunyai rahasia besar.
Aku juga mematikan ponselku karena tak ingin dia mengganggu jam istrihatku saat tiba di rumah.
*********
Ke esokan harinya, atasanku mengirim pesan padaku bahwa dia tidak masuk kantor.
Aku cukup bahagia mendengarnya karena berpikir aku akan menikmati sedikit ketenangan dan kedamaian di tempat kerja tanpa kehadirannya.
Mataku semakin segar dan tubuhku sangat bersemangat menyambut hari. Dengan suasana hati riang aku berangkat ke kantor sembari menikmati irama lagu nan indah.
Kebahagiaan itu juga semakin lengkap saat aku menerima pesan dari orang yang kusuka. Dia menanyakan apakah aku sudah mulai pulih atau belum.
Aku tertawa geli saat membacanya. Karena sebenarnya aku hanya berpura-pura sakit di hadapannya hanya demi mengambil perhatiannya.
Meski aku tahu dia sudah punya kekasih, tapi selama hubungan mereka belum sah di atas ikatan pernikahan, aku tetap akan memperjuangkan cinta itu. Aku membalas pesannya dengan kata-kata hangat sekaligus memujinya atas perhatiannya.
Aku bekerja sambil mendengarkan lagu-lagu romantis. Sembari menikmati setiap liriknya, aku merancang beberapa busana pengantin yang ingin aku pakai kelak saat hari pernikahanku nanti.
Aku membuat tujuh rancangan gaun pengantin sekaligus lalu aku memajangnya di ruang kerjaku. Aku terus memandanginya sambil terus berkhayal. Sesekali aku tersenyum membayangkan seperti apa hari pernikahanku nanti.
Semakin lama aku semakin larut di dalamnya hingga tak menyadari sudah banyak waktu yang terbuang sia-sia.Aku baru sadar saat aku menerima panggilan mendadak dari atasanku yang menyuruhku segera ke ruangannya. Sontak aku terkejut dan bingung.
"Untuk apa dia menyuruhku ke ruangannya? Kan dia tidak masuk kerja. Dasar payah!"
Aku berjalan ke ruangannya sambil bersungut-sungut dalam hati. Lalu ketika aku membuka pintu, mataku langsung tertuju pada serangkaian bunga di atas meja kerjanya.
Aku langsung berpikir dan berkata dalam hati, "Tumben ada bunga. Biasanya meja kerjanya hanya berisi setumpuk kertas dan laptop saja. Ada gerangan apa?"
"Kemarilah! Kau pasti terkejut kan dengan kedatanganku yang tiba-tiba? Dan kau pasti herankan dengan semua perubahan ini?" Dia bertanya dengan gaya yang sombong lalu duduk di atas meja.
"Agh, tidak pak. Aku tidak heran. Lagi pula untuk apa aku heran? Itu terserah bapak kalau mau buat perubahan. Sah-sah saja."
"Mmm... Kau mau coba mengelak kan? Aku bisa lihat dari raut wajahmu. Sudahlah, jangan bohong!"
"Ok. Baiklah. Tapi, memangnya kenapa pak kalau aku heran dan kaget dengan perubahan bapak?"
"Karena itulah tandanya kau diam-diam memperhatikanku. Iya kan? Sudah mengaku saja."
"Pak, sebenarnya bapak mau apa memanggilku kemari?"
"Aku ingin bertanya apakah kau sudah mengirimkan pesanan busana itu ke client kita di L.A?"
"Sudah pak. Aku bahkan sudah kirim laporan rinciannya ke email bapak."
"Oh begitu yah. Aku belum sempat buka email."
"Alasan saja deh." Aku bergumam dalam hati sembari memandangnya aneh.
"Nanti malam kita harus bertemu dengan client kita. Jadi persiapkan dirimu dengan baik. Sekarang pergilah!"
"Baik pak."
Aku segera meninggalkan ruangannya sambil bersungut-sungut dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments