Setelah kami menikmati makanan itu, aku kemudian berbicara padanya secara terus terang.
"Pak! Sampai berapa lama bapak akan bertingkah seperti ini? Bapak sering membuat saya bingung dengan sikap bapak."
"Oh, maaf kalau kamu jadi tidak nyaman. Tapi aku senang kamu datang ke rumahku dan menemaniku di saat susah. Hanya kamu satu-satunya karyawan yang berani melakukannya."
Mendengar kalimatnya, aku semakin curiga padanya dan berpikir,
"Apakah dia punya sifat tersembunyi yang mencurigakan selain sikap dinginnya itu? Hingga tidak ada satupun yang berani padanya?
Tapi selama aku bekerja dengannya, aku melihat pegawai yang lain biasa saja. Atau apakah ini hanya alasan untuk menjebakku saja?"
Aku termenung sedikit lama memikirkannya. Lalu tiba-tiba dia membuatku menjadi takut. Aku melihat raut wajahnya mendadak berubah dan menatapku cukup lama.
Sikapnya membuatku takut dan tertunduk. Rasanya aku ingin kabur tapi kakiku susah bergerak.
Aku juga tidak mengerti dengan jalan pikiranku. Aku terpesona dengan wajahnya yang tampan sampai akhirnya aku memberanikan diri berkata padanya,
"Pak! Apa ada yang salah dengan ku?
Kenapa bapak menatapku seperti itu?
Pak tolong singkirkan tatapan maut itu dari ku. Aku tidak tahan melihatnya."
Lalu dia menjawab, "Agh. Ok baiklah. Maafkan aku membuatmu takut."
Aku jadi semakin bingung menyikapi dirinya.
Aku merasa semakin lama aku berada dalam situasi ini, aku bisa semakin tidak waras. Kemudian aku bertanya padanya,
"Pak, jadi bagaimana besok? Apa besok bapak akan masuk kerja?
Hari ini saya membatalkan banyak pertemuan bapak. Jika seperti ini terus, semua client bapak bisa pergi.
Oh yah pak, satu hal lagi, terima kasih atas makanan hari ini. Aku sangat menikmatinya.
Tapi maaf aku harus pergi. Aku ada janji dengan seseorang."
Lalu tiba-tiba dia bangkit berdiri dan menarik tanganku saat aku hendak beranjak pergi.
"Janji dengan seseorang? Siapa? Pacar?
Duduklah sebentar lagi dan temani aku."
Saat itu aku benar-benar dibuat gila dengan sikapnya. Dia bahkan ikut campur dengan urusan pribadiku. Tapi dengan berusaha tetap tenang aku menjawab pertanyaannya,
"Pak, itu bukan urusan bapak. Aku harus pergi sekarang.
Dan sampai bertemu di kantor besok pagi."
Cepat-cepat aku berjalan keluar agar dia tidak mencegatku lagi.
Aku berjalan seperti orang yang dikejar-kejar setan.
Dan semua yang aku katakan hanyalah alasan saja agar aku bisa menghindar darinya.
*********
Sesampainya di Apartemen, aku mencoba mengingat semua kejadian itu dari awal. Pelukan itu, curahan hatinya, dan pertengkaran yang aku lihat.
"Mimpi apa aku sampai aku bisa datang ke rumahnya? Aku jadi ikut-ikutan tidak jelas seperti dirinya.
Dia tidak seperti atasan yang aku kenal saat aku melamar kerja. Dulu dia sangat sopan dan disiplin. Tapi kenapa sekarang jadi begini? Apa semua itu karena masalah yang sekarang dihadapinya?"
Untuk memuaskan rasa penasaranku, aku mencoba mencari-cari informasi di internet tentang gejala-gejala orang yang mengalami depresi dan perasaan tertekan.
Aku membaca gejalanya mirip seperti yang dia alami saat ini.
Sikap dan emosinya berubah-ubah dan tidak jelas. Jika itu dibiarkan terlalu lama, dia bisa akan semakin depresi dan mungkin nekat mengakhiri hidupnya sendiri.
Belakangan rasa iba menghujani perasaanku usai membaca artikel itu. Hingga suatu tekad muncul di hati, "Baiklah! Aku akan membantunya keluar dari masalah yang kini dia hadapi."
Lalu pada ke esokan harinya, aku sengaja datang lebih pagi dan mempersiapkan ruangannya dengan baik. Aku menaruh bunga-bunga hidup di meja kerjanya dan menulis pesan singkat padanya. Aku berharap dia bisa mengerti.
Terkadang aku bersikap kasar padanya khususnya di luar jam kerja karena dia masih muda, dan seumuran dengan ku.
Lalu beberapa saat kemudian aku mendengar suara mobilnya tiba di kantor. Maka cepat-cepat aku kembali ke ruangan ku dan mengintip dari celah. Aku ingin tahu seperti apa reaksinya ketika melihat bunga-bunga itu dan pesan singkat di dalamnya. Perasaanku semakin menggebu-gebu saat dia sudah dekat dengan ruang kerjanya.
Dan ketika dia masuk ke ruangan itu, matanya langsung tertuju pada bunga-bunga di mejanya. Lalu dia segera mengambil bunga itu dan membaca pesan di dalamnya.
Aku sangat terkejut dan tak bisa berkata apa-apa melihat reaksinya.
Dia membuang bunga itu ke tempat sampah dan merobek pesannya. Lalu berkata,
"Siapa orang yang sok peduli denganku ini?
Apa dia pikir aku lemah?
Awas saja jika aku menemukan orangnya."
Melihat reaksi dan ekspresi wajahnya, aku diliputi rasa takut dan sedikit gila.
"Wah gawat! Kenapa juga aku sok peduli padanya?
Tahu begini mending dibiarkan saja.
Aduh, apa yang akan dia lakukan yah?"
Saat aku masih merasa cemas, tiba-tiba telepon berdering membuatku kaget. Aku melihat panggilannya dari atasanku.
Dengan tangan yang gemetar aku mengangkatnya dan berkata,
"Yah pak."
"Kamu ke ruangan saya! Cepat!" Balasnya lalu menutup teleponnya dengan keras.
"Aduh, pasti dia akan menghabisiku sekarang, dan membuatku malu di depan pegawai lain karena bunga itu.
Tapi yah sudahlah! Aku pasrah saja. Jika dia memecatku karena hal itu, aku akan cari pekerjaan yang lain.
Aku masih punya tabungan untuk bertahan hidup sampai aku mendapat pekerjaan lain."
Kemudian aku pergi ke ruangannya dan membuka pintunya dengan lembut.
Lalu berkata,
"Ada apa bapak memanggilku?" Tanyaku gugup.
"Bagaimana pertemuan yang tertunda kemarin? Apa kau sudah buat janji lagi?"
"Maaf pak. Belum."
"Kenapa belum? Aku tidak mau kalau pekerjaanku sampai berantakan karena dirimu. Sekarang cepat hubungi mereka dan atur pertemuan dengan mereka!" Teriaknya keras.
Segera aku meninggalkan ruangannya sambil bicara dalam hati,
"Aduh, untunglah dia hanya berteriak tentang pekerjaan. Jika sampai dia berteriak karena bunga itu, aku bisa malu di depan yang lain."
Aku segera menghubungi beberapa client dan mengatur semua jadwal pertemuan. Setelah itu aku pergi ke ruangan laki-laki aneh itu dan melaporkan semuanya.
Tapi tak diduga dia mengajakku ikut dengannya menghadiri pertemuan itu.
Aku bingung kenapa dia mengajak pegawai sepertiku untuk pertemuan penting itu. Karena itu adalah pertemuan khusus bagi bos-bos saja.
"Aku harus apa di sana nanti?" Tanyaku dalam hati.
"Baiklah pak. Oh yah pak? Apa yang perlu saya bawa untuk rapat nanti?"
"Bawalah beberapa sampel design kita. Bawakan yang paling baik agar mereka terkesan dan mau menandatangani kontrak."
"Baik pak." Aku segera pergi meninggalkan ruangannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments