Di meja kerjaku, aku terus memikirkan sikapnya yang mendadak aneh dan tidak bisa ditebak. Aku berpikir, apakah karena dia tidak bisa menerima perceraiannya, sikap atasanku menjadi aneh? Aku benar-benar tidak mengerti.
Lalu aku melihat jam, dan ternyata sudah jam 5 sore.
"Aduh, aku harus segera pulang dan bersiap. Nanti malam harus bertemu client. Jangan sampai aku terlambat dan dipecat nanti."
Maka aku mengemudikan mobilku dengan cepat. Sesampainya di rumah, aku segera mandi dan bersiap-siap. Aku mengenakan dress formal karena akan bertemu client. Lalu untuk mengisi sejengkal perut yang lapar, aku memakan cepat-cepat sepotong sandwich lalu pergi ke tempat yang dijanjikan di pusat kota.
**********
Sesampainya di sana, aku melihat atasanku ternyata sudah menunggu lebih dulu di sana. Dia berpakaian sangat rapi dan keren, tak seperti biasanya.
"Aneh sekali. Mau bertemu client saja penampilannya seperti orang yang mau berkencan. Berlebihan sekali." Ungkapku dalam hati.
"Kamu sudah sampai? Silahkan duduk. Mau minum apa? Atau mau makan apa? Silahkan pesan saja. Jangan khawatir." Ujarnya dengan muka yang ramah.
"Agh, tidak pak. Terima kasih."
"Hei, sudahlah santai saja. Jangan malu-malu. Aku akan pesan minuman untukmu."
Atasanku pun memesan dua gelas orange jus.
Kemudian aku bertanya,
"Pak, jam berapa client kita akan datang?"
"Sudahlah santai saja dulu. Jangan tegang begitu."
"Ah, baiklah."
Malam itu aku mencoba bersikap tenang seraya menunggu sampai setengah jam. Tapi client kami tak kunjung datang. Hal itu pun membangkitkan rasa curigaku padanya dan berpikir,
"Apa yang sedang direncanakan oleh pria sombong ini? Tak biasanya dia begini."
Selama 30 menit itu, aku hanya duduk diam sambil memperhatikan wajahnya yang terkadang senyum-senyum sendiri. Karena tak tahan lagi, aku memberanikan diri bertanya padanya,
"Pak, apa kita sungguh akan bertemu client? Sudah setengah jam kita menunggu tapi tak ada yang datang."
"Maafkan aku. Dan tolong jangan marah. Tolong jangan membuatku malu di tengah keramaian seperti ini. Sebenarnya tujuanku mengajakmu kemari bukan untuk bertemu client. Itu hanyalah alasanku saja. Sebenarnya aku hanya ingin mengutarakan perasaanku padamu."
Sontak otakku geger mendengarnya. "Maksud bapak apa? Aku tidak mengerti."
"Jadi sejak kejadian malam itu, aku mulai menaruh perasaan padamu."
Mulutku menganga saat mendengar ucapannya dan semakin malu. "Pak tolong lupakan kejadian malam itu. Berhentilah mengungkit-ungkit masa lalu. Itu hanyalah kesalahan. Aku sudah menyukai seseorang."
"Siapa?"
"Bukan urusan bapak."
"Tolong kecilkan suaramu. Orang-orang mulai memandangi kita."
"Agh, baiklah. Semua ini karena bapak. Aku mohon jangan membahasnya lagi."
"Tapi aku mohon Naomi. Aku mulai mencintaimu. Aku jatuh cinta padamu sejak malam itu."
"Pak, aku kan sudah bilang, aku sudah menyukai orang lain. Jadi lupakan saja kejadian itu."
"Siapa orang itu? Katakan padaku."
"Bapak tidak perlu tahu. Bukan hak bapak untuk tahu siapa orangnya."
Lalu tiba-tiba pria yang aku sukai itu mengirimkan pesan padaku. Ponselku yang terletak di atas meja pun menjadi pusat perhatian seketika. Mata atasanku melihat nama pria yang aku sukai itu yang adalah salah seorang client kami. Seraya mengerutkan keningnya dia bertanya,
"Oh, jadi dia pria yang kamu suka? Kau menyukainya? Dia sudah punya kekasih kan? Dan sebentar lagi mereka akan menikah. Kenapa kau mencoba merusak hubungan di antara mereka?"
"Kenapa bapak menceramahiku? Apakah salah jika aku jatuh cinta padanya? Apakah cinta itu sebuah kejahatan? Mereka belum menikah. Dan aku masih memiliki kesempatan. Aku akan memperjuangkan cinta ku."
"Naomi sudahlah. Lupakan ambisimu itu. Mereka sudah dijodohkan sejak kecil. Jadi mustahil memisahkan mereka. Aku kenal baik dengan keluarganya. Kau tidak akan bisa masuk ke kehidupannya."
"Sudahlah pak. Jangan menjadi hakim atasku. Bapak berkata begitu agar aku berubah pikiran kan?"
"Naomi. Bukan seperti itu. Cobalah mengerti."
"Agh, sudahlah pak." Aku lalu pergi meninggalkannya karena tak ingin berdebat lagi.
Aku mengemudikan mobilku dengan cepat karena begitu kesal. Pikiranku juga menjadi tidak fokus. Sampai akhirnya mobilku menabrak sebuah pohon besar. Mobil kesayanganku hancur karena kesalahanku. Dan aku harus dirawat di rumah sakit. Aku menjadi semakin marah karena hal itu. Aku terbaring tak berdaya dan menangis sepanjang malam merenungi nasibku yang sial.
Tak lama namanya muncul di layar ponselku. Berkali-kali dia memanggil tapi aku selalu mematikannya karena masih kesal.
"Ini semua gara-gara bapak. Jika saja bapak tidak membuatku kesal, kejadian ini tidak akan terjadi."
Malam itu aku sangat lelah dan terkuras secara emosi. Mataku bengkak karena terus menangis. Karena begitu lelah, aku pun tertidur.
Sampai pada pagi harinya, saat aku membuka mata, aku kaget melihat atasanku duduk dan tertidur di sampingku. Aku begitu terkejut.
"Sejak kapan dia ada di sini? Kapan dia datang?" Tanyaku dalam hati.
Lalu saat aku hendak beranjak dari tempat tidur, atasanku terbangun dan berkata,
"Apa kau baik-baik saja? Kau butuh apa? Aku akan ambilkan untukmu."
"Aku tidak membutuhkan apa pun selain bapak pergi dari sini. Semua ini salah bapak. Karena bapak, aku jadi menderita kerugian. Mobil kesayanganku sekarang hancur."
"Jangan khawatir. Aku akan membelikan yang baru untukmu."
"Pak. Sejak kapan bapak begitu perhatian padaku? Biasanya bapak selalu menindasku. Bapak mau membelikan aku mobil, pasti dipotong gaji kan pak?"
"Dalam kondisi yang sakit seperti ini, kau masih berpikiran buruk padaku."
"Aku tidak berpikiran buruk pak. Tapi hanya berbicara fakta. Sudahlah pak. Tolong berhentilah menggangguku. Bapak hanya akan membuatku semakin sakit."
Lalu tak lama setelah kami berdebat, seorang perawat datang mengantarkan sarapan pagi. Pria aneh itu dengan sigap mengambil kotak makanan itu saat aku mencoba mengambilnya. Kemudian dia membukanya dan mencoba menyuapiku.
"Pak, tolong jangan membuat selera makanku hilang dengan sikap bapak yang sok baik dan peduli. Ini bukan diri bapak yang sebenarnya."
"Naomi, berapa kali aku harus mengatakannya. Semua yang kulakukan ini karena aku mencintaimu. Tolong hargailah sedikit saja."
Melihat mukanya memelas untuk pertama kalinya seumur hidupku, aku menjadi lemah dan tak bisa berkata apapun lagi.
Aku akhirnya mengalah dan makan dari suapan tangannya untuk pertama kalinya dalam hidupku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments