Kemudian aku bertanya padanya,
"Pak, sampai kapan bapak akan bersikap aneh seperti ini? Bapak membuat ku pusing."
"Kenapa kau tidak mengerti juga? Aku melakukan semua ini karena aku menyukai mu."
"Bapak sungguh-sungguh menyukai ku atau hanya ingin mempermainkan ku saja?"
"Aku lelah bicara pada gadis keras kepala seperti dirimu."
"Kalau bapak tahu aku keras kepala, kenapa bapak menyukai ku? Pak, hari ini aku sangat sakit. Dan penyakit ku semakin parah karena bapak yang tidak jelas. Selain itu, aku juga memikirkan mobil ku yang hancur karena bapak juga. Semua karena bapak."
"Tentang mobil mu, aku akan membelikan yang baru. Tapi dengan satu syarat, kau harus menerima cinta ku."
"Wow, luar biasa. Sekarang bapak mencoba menyogok ku."
"Tidak. Bukan itu maksud ku. Astaga, sampai kapan kita akan berdebat seperti ini?"
"Biar ku pikirkan dulu. Sekarang lebih baik bapak pulang. Karena aku mau istirahat dan berpikir."
"Berpikir? Berpikir tentang apa?"
"Berpikir apakah aku akan menerima cinta bapak atau tidak. Tapi 85% aku ragu menerima cinta bapak. Karena bapak sudah banyak menyakiti ku."
"Tapi kan masih ada 15% lagi. Berarti masih ada harapan. Yah, meskipun sangat kecil. Tapi aku akan berjuang menambah angkanya. Tunggu dan lihat saja."
"Sudahlah pak. Pergilah! Jika tidak, maka keraguan ku akan bertambah menjadi 100%."
"Ok baiklah. Semoga cepat sembuh yah, agar kau bisa segera bekerja. Tenanglah, aku tidak akan memotong gaji mu. Mulai sekarang, aku akan menjadi atasan yang baik untuk mu."
**********
Setelah atasan ku pergi, aku pun menjadi sangat dilema. Disisi lain aku berpikir, jika aku tidak menerima cintanya, maka aku tidak akan mendapatkan mobil baru. Tapi jika aku menerimanya, maka apa tanggapan karyawan lain nantinya? Mereka akan menilai ku yang tidak-tidak. Selain itu, aku juga tidak terlalu menyukainya. Bagaimana bisa aku hidup dengan pria yang sifatnya tidak jelas. Astaga aku sangat bingung.
Karena begitu stress, tekanan darah ku pun menjadi tidak normal. Dan penyakit yang ku derita semakin parah, hingga aku harus dilarikan ke ruang gawat darurat lagi. Aku terbaring koma selama dua hari memikirkan cinta yang akan ku jalani dengan atasan ku nanti.
Lalu ketika aku sadar dan membuka mata ku, aku melihat seorang suster tengah sibuk meletakkan beberapa rangkaian bunga. Maka aku bertanya pada suster itu,
"Sus, darimana semua bunga-bunga itu?"
"Oh, katanya bunga-bunga ini dari kekasih mba. Mba bisa lihat kartu-kartu ucapan yang menempel di setiap bunga. Pria itu meminta ku menaruh semua bunga ini agar mba cepat sembuh dan merasa segar dengan keharuman bunga-bunga ini. Dan dia bilang, dia akan bawa bunga yang lebih besar lagi nantinya. Katanya 15 menit lagi dia akan segera sampai."
"Untuk apa dia membeli semua bunga-bunga ini. Memboroskan uang saja." (Ujar ku dalam hati)
Dan benar, 15 menit kemudian, atasan ku yang aneh itu pun tiba sambil membawa rangkaian bunga yang cukup besar. Lalu dia meletakkan bunga itu di hadapan ku. Kemudian dia berkata,
"Apa kau suka dengan semua bunga-bunga ini? Aku mempersiapkannya khusus untuk mu."
"Terima kasih pak. Tapi apakah ini tidak terlalu berlebihan? Memboroskan uang saja."
"Hei, jangan berkata begitu. Apa pun akan ku berikan untuk mu. Apalah artinya uang. Bahkan hati ku sudah ku berikan untuk mu. Ayo. Lihatlah keluar! Aku sudah belikan mobil baru untuk mu."
"Apa? Apa bapak serius? Tapi itu kan mahal pak. Apa jangan-jangan nanti bapak akan potong dari gaji ku setiap bulan?"
"Hei, kau ini sembarangan bicara dan tidak menghormati ku sebagai atasan mu sedikit saja. Sudahlah. Lebih baik ikut aku dan kita lihat sekarang."
"Tapi aku masih lemah dan tidak bisa berjalan pak. Bapak lihat sendirikan kondisi ku sekarang."
"Ok. aku akan menggendong mu ke kursi roda. Ayo pegang aku."
"Pelan-pelan pak. Pinggang ku masih sakit."
Lalu dia pun mendorong ku ke luar dan memperlihatkan mobil mewah itu padaku. Mobil mewah yang terpakir di depan rumah sakit. Untuk sesaat aku lupa dengan rasa sakit ku, karena mobil itu. Tapi belakangan aku sadar, dan berkata pada diriku sendiri,
"Astaga aku seperti cewek mata duitan. Tapi biarin saja. Rejeki jangan ditolak."
"Bagaimana? Apa kau suka dengan mobil barunya Naomi?"
"Suka pak. Aku sangat suka. Ini bahkan lebih bagus dari mobil ku yang hancur itu."
"Kalau begitu, cinta ku pasti diterima dong."
"Baiklah. Tapi dengan satu syarat. Jangan sampai karyawan lain tahu tentang hubungan kita. Maka bapak harus bersikap normal pada ku di kantor. Karena aku belum siap menerima omongan jelek dan juga hujatan."
"Jangan khawatir. Aku akan merahasiakan hubungan kita."
"Pak, sepertinya aku ingin masuk. Aku mau mandi. Aku mau bilang ke suster kalau aku sudah bisa pulang. Aku sudah merasa lebih baik."
"Ok baiklah. Ternyata yang kamu butuhkan bukanlah obat untuk bisa sembuh."
"Maksud bapak apa? Jangan bicara begitu. Seolah-olah yang ada di mata dan otak ku hanyalah uang saja. Aku merasa lebih baik karena aku bahagia."
"Iya, iya. Maaf kalau aku salah bicara."
Maka kami pun kembali ke kamar. Sesampainya disana, aku segera mandi dan bersiap-siap, sementara atasan ku menunggu di luar.
"Pak, aku sudah siap. Yuk kita pulang."
"Tapi bagaimana dengan semua bunga-bunga ini? Kau bahkan belum membaca pesan yang ku tulis di dalamnya."
"Tentang bunga-bunga ini, aku akan membawanya pulang dan menaruhnya di kamar ku. Dan tentang pesan-pesan yang ada disana, aku sudah membaca semuanya."
"Benarkah? Apa kau menemukan sesuatu yang berharga disana?"
"Sesuatu yang berharga? Apa?"
"Kau tidak tahu? Berarti kau belum lihat semuanya. Ini, lihatlah rangkaian bunga ini. Dan ambil amplop kecil di dalamnya."
Aku pun mengambil rangkaian bunga yang cukup besar itu, dan melihat amplop kecik itu. Lalu aku membukanya dan membaca isinya. Yang berbunyi, 'Aku mencintaimu Naomi. Menikahlah dengan ku.'
Lalu aku juga melihat ada sebuah cincin emas disana. Cincin itu begitu indah. Dihiasi butiran-butiran berlian kecil. Maka aku berkata,
"Pak, cincin ini indah sekali."
"Yah, kau suka? Aku membelikannya, karena ingin melamar mu. Aku tahu momentnya tida tepat. Tapi aku tidak bisa lagi menahan perasaan ini begitu lama."
Aku tidak berkata apa pun lagi selain hanya tersenyum bahagia. Kemudian dia melanjutkan perkataannya,
"Jadi bagaimana Naomi? Apa kau setuju menikah dengan ku?"
"Yah. Tapi aku berharap pernikahan itu nantinya diadakan diam-diam."
"Baiklah. Aku akan menuruti perkataan mu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments