Flora telah sibuk sepanjang hari dengan pekerjaannya, dan ketika waktu pulang sekolah untuk Keyra tiba, dia masih belum selesai dengan tugas-tugasnya. Dengan cepat, dia menyadari bahwa dia tidak akan bisa menjemput Keyra sendiri.
Namun, dia ingat bahwa tetangganya, Rumi, sering menawarkan bantuan jika diperlukan. Dengan cepat, dia memutuskan untuk menitipkan Keyra pada Rumi sebentar saja agar dia bisa pergi bertemu dengan Devina di restoran.
Segera setelah pintu rumah terbuka, Keyra melompat dengan sukacita ke pangkuan Flora, wajahnya bersinar dengan senyum ceria. "Hai Mommy."
Flora membalas pelukan Keyra dengan hangat, "Halo juga, sayang. Kamu tahu, mommy memiliki rencana sore ini, jadi aku ingin memintamu untuk bersama tante Rumi sebentar, ya? Mommy akan menjemputmu nanti."
Keyra mengangguk antusias, "Ya, Mommy! Aku suka bermain dengan Tante Rumi dan kak Galen!"
Flora tersenyum lega melihat antusiasme putrinya. Dia mengambil beberapa perlengkapan Keyra yang perlu dibawa, memastikan dia punya bekal dan barang-barang lainnya sebelum menuju ke rumah Rumi.
Sampai di rumah Rumi, Flora menjelaskan situasi dengan cepat kepada tetangganya itu. Rumi dengan senang hati menyetujui untuk menjaga Keyra sebentar, sambil memberi jaminan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Terima kasih banyak, Rumi. Aku benar-benar menghargainya," ucap Flora sambil memberi Rumi pelukan singkat.
"Tidak masalah, Flora. Keyra adalah anak yang menyenangkan untuk diajak bermain," jawab Rumi dengan ramah.
"Nikmatilah pertemuanmu dengan Devina. Aku akan menjaga Keyra dengan baik di sini."
Dengan hati yang tenang, Flora meninggalkan rumah Rumi, percaya bahwa Keyra akan baik-baik saja bersama tetangganya itu. Dia pun pergi dengan pikiran yang tenang untuk menikmati pertemuannya dengan Devina di restoran.
Flora memasuki restoran dengan langkah ringan, tetapi hatinya terasa berat karena pertemuan yang akan datang dengan Devina, kekasih suaminya, Arkana. Dia melihat Devina sudah duduk di meja yang telah dipesan, dan Flora bergabung dengannya dengan hati-hati.
"Halo, Devina," sapa Flora dengan senyum tipis, mencoba menahan kecemasan di dalam dirinya.
Devina menatap Flora dengan tatapan tajam, bibirnya merentangkan senyum sinis. "Halo, Flora. Bagaimana kabarmu?"
Flora merasa sedikit tersentak oleh sikap dingin Devina, tetapi dia mencoba tetap tenang. "Aku baik-baik saja, terima kasih. Bagaimana denganmu?"
"Baik-baik saja," jawab Devina singkat. "Aku yakin kamu tahu mengapa aku mengundangmu kemari, bukan?"
Flora menelan ludah, mempersiapkan dirinya untuk percakapan yang akan datang. "Ya, aku mendengar bahwa kamu dan Arkana memiliki rencana untuk melanjutkan hubungan kalian."
Devina mengangguk, matanya memancarkan kepercayaan diri. "Benar. Arkana dan aku telah membicarakannya, dan kami merasa bahwa ini adalah langkah yang tepat bagi kami."
Flora merasa kepedihan menusuk hatinya saat mendengar kabar itu. Dia mencoba menahannya agar tidak menunjukkan emosi yang terlalu jelas.
"Aku harap kalian berdua tak akan pernah bahagia."
Devina menatap Flora tajam, seolah-olah mencari tanda-tanda kelemahan."Kami akan bahagia.Sekarang ini akulah pemenangnya!"
Flora menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. "Tapi aku berharap kamu kelak akan tak akan mengalami apa yang aku alami saat ini. "
Devina mengangkat alisnya, tampak sedikit terkejut oleh ucapan Flora. "Kamu terdengar sangat tenang menghadapi ini. Tapi, Flora, apakah kamu benar-benar yakin bahwa kamu sudah siap untuk melepaskan Arkana sepenuhnya?"
Flora mengatupkan bibirnya, merenungkan pertanyaan itu dengan serius.
"itu bukan urusanmu!"
"Lagipula bukankah kau sangat senang telah berhasil merebut suamiku?"Flora berucap dingin.
Perdebatan antara Flora dan Devina berlanjut, kedua belah pihak mencoba mempertahankan posisi dan kepentingannya masing-masing. Meskipun suasana tetap tegang, Flora bertekad untuk tetap tenang dan berwibawa dalam menghadapi situasi ini.
Setelah perdebatan yang sengit dan tegang, Flora akhirnya memutuskan untuk mengakhiri obrolannya dengan Devina. Dia merasa bahwa tidak ada gunanya terus memperpanjang pertemuan yang penuh dengan ketegangan itu. Dengan hati yang berat, Flora berbicara dengan tegas kepada Devina.
"Devina, saya pikir sudah cukup untuk hari ini," ucap Flora dengan suara yang tenang namun mantap. "Aku menghargai kesempatan untuk berbicara denganmu, tetapi aku pikir kita tidak akan mencapai kesepakatan apa pun dalam situasi ini."
Devina menatap Flora dengan sorot mata yang tajam, tetapi Flora tidak membiarkan dirinya terpengaruh. Dia merasa bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri keterlibatannya dengan Devina dan melanjutkan hidupnya dengan tenang.
"Aku setuju," jawab Devina dengan dingin. "Tidak ada gunanya terus memperdebatkan hal ini.Aku pikir kami sudah cukup jelas tentang keputusan kami masing-masing."
Flora mengangguk, menekankan ketegasannya. "Benar. Aku tidak ingin lagi terlibat dalam drama murahan ini.Aku hanya ingin fokus pada diriku sendiri dan putri aku."
"Satu lagi jika kamu masih berbuat licik dan berniat mempengaruhi Arkana agar mengambil Keyra, maka aku juga bisa berbuat kejam padamu Devina!"
Devina terdiam kaku mendengar ancaman Flora, dan suasana menjadi terasa semakin tegang di antara keduanya.
Namun, Flora tidak membiarkan dirinya terpengaruh oleh suasana hati yang tegang itu. Dia berdiri tegak, menunjukkan bahwa dia siap untuk meninggalkan meja dan mengakhiri pertemuan mereka.
"Dalam hal ini, aku harus pergi sekarang," ucap Flora, mempersiapkan diri untuk meninggalkan restoran.
"Semoga kamu sengsara dengan Arkana,pria hasil rampasan dari suami orang."
Tanpa menunggu jawaban dari Devina, Flora berbalik dan meninggalkan restoran dengan langkah mantap.
Meskipun hatinya terasa berat, dia merasa lega bahwa dia telah mengambil keputusan untuk tidak lagi terlibat dalam perdebatan yang tidak produktif dengan Devina.
Baginya, yang terpenting adalah fokus pada dirinya sendiri dan putrinya, dan dia bertekad untuk melakukannya tanpa terganggu oleh drama yang melibatkan kekasih suaminya.
"Kita lihat saja nanti Devina, suatu saat kau akan merasakan apa yang kurasakan, memiliki mertua yang otoriter dan suami kejam tak berperasaan."
Flora langsung memesan taksi menuju ke rumah Rumi.Wanita itu merasa lega setelah melampiaskan segala emosinya pada Devina.
Hah
Ada kelegaan dalam diri wanita itu.Tak lama lagi dia akan lepas dalam belenggu pernikahan yang tak sehat dan keluarga toxic.
"Aku ingin lihat, apa Devina bisa bertahan menghadapi tante Arini yang jahat itu." gumam Flora.
kini dia sampai di rumah Rumi, setelah turun dari taksi Flora langsung menghampiri mereka.Dia mengobrol dengan Rumi di Gazebo sambil mengawasi anak-anak.
Gazebo Rumah Rumi
"Bagaimana pertemuan dengan Devina?" tanya Rumi.
"Ya seperti biasa mbak, Devina tampak angkuh karena berhasil merebut Arkana dariku." jawab Flora.
"Aku jadi penasaran bagaimana rupa pelakor itu deh." sahut Rumi mengebu-gebu.
"Bentar mbak." Flora mengeluarkan ponsel dalam tas lalu menunjukkan photo Devina ada Rumi.
Rumi berdecak pelan, dia menganggap Arkana memang buta.Flora sendiri hanya menanggapi dengan tawa.
"Suami kamu itu memang buta kayaknya, bisa bisanya milih si perempuan itu daripada kamu!" omelnya.
"Mungkin mas Arka seleranya kayak Devina kali mbak.Sudahlah lagipula untuk apa memikirkan pria itu, malah jadi beban."sahutnya santai.
"Good Flo.Mbak bangga sama kamu,memang kita harus kuat dan berani menghadapi pelakor yang ganas ganas diluaran sana."
Setengah jam berlalu Flora dan putrinya pamit pulang.Mereka lewat pagar samping rumah Rumi hingga hanya berjalan lima langkah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
jaran goyang
𝑙𝑎𝑎𝑎𝑎𝑎𝑘𝑘𝑘𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟𝑟 𝑑𝑒𝑟𝑎𝑗𝑎𝑡 𝑚𝑢 𝑚𝑙𝑏ℎ𝑛 𝑏𝑖𝑛𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔.... 𝑑𝑟 𝑝𝑑 𝑚𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎....𝑏ℎ𝑘𝑛 𝑏𝑖𝑛𝑎𝑡𝑎𝑔 𝑡𝑎𝑢...𝑚𝑎𝑛 𝑦𝑔 𝑝𝑠𝑔𝑛 𝑛𝑦 𝑡𝑎𝑢 𝑔𝑘
2024-05-11
0
mbok Darmi
legowo lepaskan arkana pasti akan dpt ganti yg lebih dr arkana suami lucknut ngga perlu dipertahankan, semoga pernikahan devina dan arkana kelak tdk akan pernah bahagia sesuai sumpah mu
2024-05-10
1
Miss Apple 🍎
wah keren flo
2024-05-10
0