Pagi itu, suasana di meja makan terasa dingin dan tegang. Flora duduk dengan wajah muram, mencoba untuk menyembunyikan rasa cemburu dan marahnya di balik ekspresi datar.
Dia merasa diabaikan, dipaksa untuk menyaksikan kedekatan Arkana dengan Devina yang semakin menjengkelkan.
Arkana duduk di seberang meja dengan sikap yang lebih manis terhadap Devina. Matanya berbinar-binar saat melihat kekasihnya itu, dan dia sepertinya lebih tertarik pada apa yang Devina katakan daripada pada kehadiran Flora.
Rasa sakit dan kekecewaan melanda hati Flora saat dia menyadari bahwa suaminya lebih peduli pada wanita lain daripada dirinya.
Tiba-tiba, langkah elegan Devina terdengar di ruang makan. Flora menahan napas, berusaha tetap tegar agar emosinya tak meledak kala Devina memasuki ruangan.
Arkana memandanginya dengan senyum lembut, seolah-olah dia sudah lupa bahwa ada istri sahnya di sebelahnya yang sedang menahan emosi.
Devina memasuki ruangan dengan sikap percaya diri, menatap tajam ke arah Flora seolah-olah mencari reaksi dari wanita itu.
Senyumnya meremehkan, tetapi juga terasa menusuk di hati Flora yang terluka. Dia berjalan ke meja dengan gerakan gemulai, sengaja menarik perhatian Arkana yang terlihat begitu terpesona olehnya.
Flora merasa semakin terpinggirkan dan terlupakan. Setiap kata dan sentuhan antara Arkana dan Devina terasa seperti pukulan kecil yang merobek hatinya.
Dia merasa begitu sendirian di dalam rumah tangga yang seharusnya menjadi tempatnya merasa aman dan dicintai.
Ketika mereka duduk bersama, Flora mencoba untuk menyembunyikan rasa sakitnya di balik senyum palsu, tetapi semakin sulit baginya untuk menahan air mata yang ingin meledak.
"Pagi sayang." sapa Devina.
"Pagi juga Dev." jawab Arkana dengan nada lembut disertai seulas senyuman.
Pada akhirnya, pagi itu berlalu dengan rasa kesepian yang semakin menguat di dalam diri Flora. Dia merasa terluka dan dikhianati oleh pria yang seharusnya menjadi pendampingnya seumur hidup, tetapi yang kini lebih memilih untuk peduli pada wanita lain di depan matanya.
"Huh, kalau kalian ingin mengobrol jangan di meja makan." ujar Flora membuka suara menatap pasangan kekasih di depannya.
Dia tentu saja dengan perasaan sakit melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain.
"Dan kamu Devina, apa kamu tidak melihat jika mas Arka tengah makan bersama keluarga kecilnya?"tanya Flora.
"Diam kamu Flora!"sentak Devina.
"Kamu yang diam,bukankah kamu wanita terhormat.Harusnya wanita terhormat tak menjalin hubungan dengan suami orang."
"Satu lagi jaga sikap kamu didepan Keyra, putriku!"
Di meja makan yang terhias dengan elegan, Flora duduk tegak dengan ekspresi serius. Di seberangnya, Devina duduk dengan sikap anggunnya yang khas, tetapi dengan sedikit ketegangan yang tersirat di dalam senyumnya yang manis.
"Devina," ucap Flora dengan suara yang tenang namun tegas.
"Aku harus mengatakan bahwa aku merasa tidak nyaman dengan kehadiran kau di sini setiap waktu"
"Kalau punya malu sih harusnya malu ya dengan tingkah kamu!"
Devina menjawab dengan lembut, namun dengan nada yang tak kalah tegas,
"Bilang saja kau iri 'kan Flora?"sindirnya.
Flora menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang di tengah ketegangan yang mulai terasa di udara.
"Aku hanya ingin kau memahami bahwa keberadaan kamu di sini menjadi kerikil dalam pernikahan kami."
Devina tersenyum culas, tetapi ada kejelasan di matanya yang mengisyaratkan kesinisan .
"Aku tidak peduli jika hal ini menyakiti perasaan kau, Flora, tetapi aku juga tidak akan pergi begitu saja dari kehidupan Arkana."
Flora memahami bahwa pembicaraan ini tidak akan mengubah apa pun, tetapi dia tetap bertahan dalam keyakinannya untuk melindungi pernikahannya.
"Aku harap kau bisa menjaga moralmu sebagai perempuan yang punya malu!"
"Aku juga berharap kau bisa lebih memiliki malu telah menggoda suami orang."
"Diam dan makanlah!" tegas Arkana.
Usai sarapan Arkana meminta Devina ke luar.Flora segera mengambil tas milik putrinya lalu mengantarkan keduanya hingga ke depan pintu.
Arkana berdiri di depan pintu, siap untuk mengantar Keyra ke sekolah seperti yang ia lakukan setiap pagi.
Keyra melompat-lompat dengan gembira, ranselnya bergoyang di punggung kecilnya. "Siap untuk sekolah, Nak?" tanya Arkana dengan senyum tipis di wajahnya.
Keyra mengangguk riang, "Ya, Daddy! Ayo cepat!"
Mereka melangkah keluar dari rumah, udara pagi yang segar menyambut mereka. Flora sudah menunggu di halaman, tetapi senyumnya menghilang saat melihat Arkana dan Devina bersama-sama. Dia mencoba untuk tersenyum, tetapi ekspresinya kaku.
Arkana mengabaikan tatapan Flora dan berjalan melewati dirinya menuju mobil. Devina, yang juga sudah menunggu, tersenyum lebar begitu melihat Arkana. Dia dengan cepat menghampiri mereka, meraih lengan Arkana dengan lembut.
"Selamat pagi, Sayang," ucap Devina dengan manis.
Arkana menoleh ke arah Devina, tersenyum samar. "Selamat pagi, juga baby," jawabnya singkat.
Devina merasa bangga, menikmati sentuhan Arkana. Dia merasa senang melihat bahwa Arkana sepertinya tidak memedulikan Flora sama sekali.
"Baiklah, ayo kita berangkat," kata Devina, mengajak Arkana dan Keyra menuju mobil.
Flora melihat mereka pergi dengan hati yang berat, tetapi dia berusaha untuk mengatasi perasaannya. Dia tahu bahwa Arkana tidak akan pernah memilihnya, meskipun hatinya terus berharap.
Keyra berbalik dan melambaikan tangan dari dalam mobil."Dadah mommy."
"Iya sayang hati hati." ucap Flora menatap mobil suaminya yang menjauh.
Dengan langkah gontai, dia memutuskan untuk melanjutkan harinya seperti biasa, meskipun hatinya rapuh sekarang.
dia berniat membereskan meja makan namun pelayan datang menyerahkan ponselnya.
"Maaf nyonya, nyonya besar menghubungi anda!" ujar sang pelayan.
"Iya Bi."
Flora mengambil ponselnya lalu kembali duduk di sofa.Dia lekas menekan tombol hijau dalam layar ponsel.
"Halo mi?" sapa Flora dengan senyuman manis.
"Kemana saja kamu, kenapa telpon ku baru diangkat." sentak nyonya Arini pada menantunya.
"Maaf Mi, tadi aku baru dari dapur." jawab Flora.
"Halah alasan saja kamu,memang sepatutnya kamu cuma menjadi pembantu bukan istri dari Arkana." maki nyonya Arini.
deg
Flora tentu saja sakit hati dengan pernyataan mertuanya barusan.Wanita cantik itu sudah cukup lama mendapat perlakuan kasar dari pihak Arkana dan keluarga pria itu.
Di sisi lain garis telepon, Flora merasakan detak jantungnya semakin cepat saat suara tajam Mommy Arini mengisi telinganya.
"Flora, aku ingin kamu mengerti betapa kau tak inginkan dalam keluarga ini," ujar Mommy Arini dengan suara yang penuh kebencian.
"Sejak awal, aku merasa kau hanya aib dalam keluarga."
Flora mencoba menahan diri agar tidak terbawa emosi. "Maafkan aku, Mami Arini, jika aku telah membuat mami merasa tidak nyaman. aku hanya ingin berbakti kepada keluarga ini."
"Berbakti? kau tidak memiliki hak untuk berbicara tentang berbakti!" balas Mommy Arini dengan nada yang semakin tinggi.
"Kau hanyalah beban bagi keluarga ini. Saya sudah muak dengan keberadaan kau!"
Meskipun hatinya teriris, Flora mencoba tetap tenang. "Aku berharap suatu hari kita bisa saling menerima, Mami Arini. Aku akan terus berusaha untuk memperbaiki hubungan kita."
"Tidak akan pernah terjadi! Kamu bukanlah bagian dari keluarga ini, dan tidak akan pernah menjadi bagian darinya!"
"Hanya Devina yang pantas menjadi istri Arkana!"bentak Mommy Arini dengan kerasnya sebelum memutuskan panggilan tanpa ampun.
Flora duduk terdiam di tempatnya, air mata mengalir perlahan di pipinya. Meskipun terluka oleh kata-kata Mami Arini, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan terus berjuang untuk membuktikan bahwa dia pantas menjadi bagian dari keluarga suaminya, tidak peduli seberapa sulitnya rintangan yang akan dia hadapi.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Agus Tina
Mampir, itulah kebapa kalau menikah jangan dengan orang yg kastanya terlalu tinggi berbeda dari kita ....
2025-01-02
1
🗿
Hukhuk....
dah meweh deh.
2024-06-01
0
Helen Emeli
ttp semangat flora pasti ada jln yg akan Tuhan tunjukkan padamu dan anakmu keyra.
2024-05-08
1