K.E.F. 4

(Tandai Typo)

Rutinitas siang yang selalu membuat geleng-geleng kepala adalah seperti sekarang ini, si tuyul nakal kembali berulah. Setelah mengacaukan isi dapur, kini anak itu tengah bersembunyi didalam lemari baju yang ada di kamar mereka.

Bianca kelimpungan mencari keberadaan anaknya ini "El! Sayang! Udah! Stop sembunyinya, sayang! Ayo makan dulu ih!" teriaknya untuk kesekian kalinya.

Seluruh penjuru mansion telah dia putari, semua pelayan pun turut membantunya, namun si tuyul yang dicari tetap tidak ketemu.

Sementara didalam lemari, bocah nakal itu tengah terkikik geli "Xixi pacti Mama tidak atan menemutan El!" ucapnya.

"El! Ayo dong! Mama capek nih!" teriak Bianca mulai memasuki kamarnya.

"Xixi El halus diam, nanti tetahuan" gumamnya. Dia semakin memojokkan tubuhnya dengan baju-baju yang sudah menutupi setengah tubuhnya.

Bianca duduk di atas ranjang sambil berkacak pinggang "Kemana sih anak nakal itu?! Susah banget buat ditemuin, heran deh!" Monolongnya.

"Apa dia ada di taman belakang ya?" Bianca tiba-tiba teringat akan sesuatu dan langsung berdiri dari duduknya "Oh God! Bunga-bungakuu!" pekiknya dan langsung berlari keluar kamar. Wanita itu mengira jika anaknya bermain di taman bunganya dan kembali menghancurkan bunga-bunga kesayangannya.

"Hoamm nantuk...tidul dulu deh cebental, lima menit caja" El mulai menutup matanya dan langsung masuk ke dalam alam mimpinya.

***

07:00.

Bianca dan Xander kini sudah dilanda kepanikan, pasalnya anak mereka sudah sejak pukul 1 siang tidak ketemu juga.

Bianca sudah menangis, sedangkan Xander sudah marah-marah pada seluruh pelayan. Lelaki itu bahkan telah mengerahkan seluruh anak buahnya hanya untuk mencari keberadaan anaknya tercinta.

Sementara bocah yang membuat seisi mansion panik tengah tertidur pulas didalam lemari dengan mulut yang terbuka saking nyenyak nya dia tidur.

"Sayang, tenanglah. Aku akan mandi dulu, tolong kamu siapkan pakaianku ya? Nanti setelah itu kita akan mencarinya keluar" ucap Xander.

Bianca hanya mengangguk lemah sebagai jawaban. Xander pun masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Bianca mulai berjalan ke arah walk in closet.

Sesampainya didepan pintu lemari, dia langsung membukanya dan betapa terkejutnya dia mendapati isi lemari yang sudah berantakan bersama anak yang tengah dia cari sedang tertidur pulas bersandar di ujung lemari itu.

Bianca menghela nafas kasarnya, berusaha meredakan emosinya "Anak ini! Ya Tuhan!".

"Sayang? Mana? Aku tung-...".

"Lihat anakmu ini! Gak habis pikir aku! Udah buat semua orang panik ehh dianya asik tidur didalam sini" Bianca memijit pelipisnya yang terasa sedikit pusing. Menangis dua jam full tanpa berhenti, ternyata yang ditangisi sedang asyik tidur. Mau marah tapi sayang.

Xander mendekat dan langsung terkekeh "Haha! Anak nakal!".

"Ganti pakaianmu, aku akan memindahkan anak nakal ini ke ranjang" Bianca bersiap untuk mengangkat tubuh anaknya itu. Namun sebelum itu terjadi, El sudah membuka matanya sambil menarik salivanya yang tengah menetes di ujung bibirnya.

"Eunghh Uhh? Papa cama Mama napain dicini?" tanya El polos.

Bianca yang geram pun langsung mengangkat tubuh anaknya sambil mencubit ujung hidung mancung milik anaknya itu "Anak nakal! Kenapa sembunyi disini hemm?".

El yang ditanya seperti itu lantas terkikik sambil mengusap-usap hidungnya "Xixi Ndak tau, kan tadi ajkszhdj" akhir katanya tak terdengar jelas dikarenakan El yang sedang mendusel ke dada Bianca.

Bianca dan Xander yang melihat itu sontak terkekeh geli.

"Anak nakal!" Ucap Xander sambil terkekeh.

Bianca hanya menggeleng dan membawa anaknya keluar.

"Mama, mau ini! Ini ya? Pwiss" El memohon dengan puppy eyes miliknya.

Bianca yang melihat itu jelas tak bisa menolak. Anaknya ini memang handal untuk membujuk seseorang. Dia saja yang awalnya ingin menghukum anaknya, jadi terurung karena tingkah anaknya.

Selang 15 menit, Xander datang dan langsung berbaring disamping El yang sudah sibuk dengan sumber energinya.

Xander melihat itu jelas terkekeh, mulut anaknya maju mundur seperti bebek!. Tangannya terulur menoel-noel perut dan paha berlemak anaknya.

"Lucunaa! Haha Lihat! Sudah seperti roti, sayang! Berlipat-lipat! Haha!" ucapnya semangat.

Bianca yang melihat itu hanya tersenyum. Memang anaknya ini bertubuh gemuk. Tangan, kaki, perut, dan pipi, semuanya berlemak. Itulah mengapa Liora memanggilnya buntalan lemak.

El hanya membiarkan Papa-nya bermain dengan tubuhnya, dia tak memperdulikan itu karena sedang sibuk dengan sumber energinya ini.

Masih dengan senyumannya Bianca mulai mengelus pipi gembul sang anak, sesekali dia mencubitnya "Humm, lihatlah iniii" Bianca terkekeh ketika melihat pipi anaknya yang langsung memerah padahal dia hanya mencubitnya dengan sangat pelan, namun pipi gembul itu tetap mengeluarkan kesan kemerahan.

"Ihh! Cwana Mamaaa!" rengeknya menjauhkan tangan Bianca. Bahkan ASI yang tengah dia hisap sampai muncrat dikarenakan Bianca yang terus mencubit pipinya.

Bianca kembali terkekeh sambil menarik tangannya dan memindahkan ke bokong anaknya sambil menepuk-nepuk nya.

Sedangkan Xander masih sibuk dengan paha berlipat milik anaknya itu. Dia masih tak menyangka, kenapa buntalan lemak ini bisa memiliki paha yang begitu menggemaskan seperti ini?.

Tangan Xander tak henti-hentinya bermain di paha anaknya itu dan Bianca hanya membiarkannya. Selagi tidak menganggu anaknya, maka itu tidak masalah baginya. Dari pada Xander membuat El menangis kan? Lebih baik begini saja.

"Gemes deh aku, pengen gigit ah" Xander mulai mendekatkan mulutnya, bersiap untuk menggigit paha berlemak anaknya itu.

Plakk!.

"Awws! Sayanggg sakit ih!" rengeknya pada Bianca sambil mengusap-usap bibirnya yang terasa sedikit sakit.

"Jangan cari perkara ya kamu!" Bianca menatap Xander tajam, membuat lelaki itu hanya diam sambil cemberut.

Bianca tak memperdulikannya, matanya yang sudah tak dapat menahan kantuk mulai tertutup. Hingga tak sadar dia sudah tertidur dengan begitu pulas.

Plopp.

"Psutt Papa" panggil El berbisik setelah dia melepaskan nipple Bianca.

Xander sontak menoleh "Loh? Kenapa gak tidur?".

El menggeleng kecil "El belum nantuk Papaaa".

"Ya terus mau apa kalo belum ngantuk?" tanya Xander.

Dengan perlahan El mulai mendekati Xander dengan hati-hati, berharap agar Bianca tidak terbangun.

"Sayang, itu Mama dimasukin dulu, nanti Papa ambil loh yah" Goda Xander sambil menunjuk satu buah dada Bianca yang tengah mengeluarkan ASI dengan sendirinya. Karena ASI Bianca lancar, jadilah dia sampai ketumpahan.

El menggeleng "Ndak! Ayo Papa, mainn! Mainnn" El naik ke atas tubuh Xander.

"Mau main apa, Hem?" Xander menahan bobot tubuh anaknya agar tidak terjatuh.

"Ehh! Jangan lompat! Nanti Mama bangun, mau?" cegah Xander ketika melihat El yang bersiap untuk melompat diatas tubuhnya.

El pun terkekeh "Hehe Colly Papa, El lupa xixi".

Xander menghela nafasnya sambil menggeleng "Jadi mau main apa?".

Senyum El mengembang ketika pikirannya terbesit akan satu hal "Papa, tita matan Es clim? Pacti celu!" ucapnya antusias.

"Jangan sayang, nanti Mama marah" ucap Xander dengan ragu. Jujur saja dia sebenarnya ingin, namun tak berani jika nanti ibu negara terbangun. Bisa berabe dianya nanti.

El pun cemberut, dia berusaha mencari cara agar Papa-nya menuruti keinginannya "Tan Mama tidul Papaa, matan diam-diam cajaa".

Xander nampak berpikir, namun sedetik kemudian dia mengiyakan permintaan anaknya itu.

"Baiklah, ayo. Tapi diam ya, kita harus hati-hati untuk keluar, jika Mama terbangun maka habislah kita berdua" ucap Xander sambil beringsut dari tidurnya dengan El yang digendongnya.

Ketika sampai didepan pintu dan ingin meraih gagang pintu, suara yang paling mereka takuti sudah lebih dulu menghentikan langkah Xander.

"Mau kemana?! Mau makan Es krim, hemm?" ucap Bianca lembut. Sebenarnya sejak tadi dia mendengar semua apa yang suami dan anaknya ini perbincangkan, namun dia hanya pura-pura saja.

Xander menegang didepan pintu "Nah kan, Papa bilang juga apa. Kena nih kita".

El lantas mendelik "Ihh! Papa! Papa calahin El?!" tanya El dengan ketus.

"Siapa yang menyalahkan kamu, sayangg?" ucap Xander geram.

"Papa lah!" El menjawab ketus dengan tangan yang terlipat didepan dadanya.

"Ihh! Gak ya! Kamu ini asal tuduh deh".

Dan terjadilah sebuah adu mulut dari anak dan ayah itu. Tentunya membuat Bianca semakin geram. Wanita itu menarik nafasnya dalam-dalam sebelum mengeluarkan teriakannya.

"KALIAN INGIN TIDUR DILUAR HAH?!" teriakan Bianca langsung mengisi seluruh isi kamar. Teriakannya yang cempreng mampu membuat Xander dan El sama-sama meringis.

"Papa, Mama cepelti cinga betina ihhh menyelamkan!" Lea bergidik ngeri.

"Susst, diam sayang, kamu gak lihat? Itu singa betina sudah siap menerkam mangsanya" balas Xander berbisik.

"Ngapain kalian bisik-bisik hah?!" tanya Bianca tak santai.

Sontak Xander dan El sama-sama cengengesan.

"Hehe peace Mama" jawab keduanya bersamaan.

"Mama, kata Papa, Mama cepelti cinga betina" adunya yang langsung membuat Xander membelalak ke arahnya.

Xander memejamkan matanya ketika melihat tatapan mata Bianca yang tengah menatapnya dengan tajam [Tuhan, lindungilah hamba mu yang tak berdosa ini. Amin] batinnya.

Sedangkan sang bocah sudah tersenyum penuh kemenangan "Kaciann, lacain, ciapa culuh Papa telus jahilin El. Haha!" ejeknya membisik telinga Xander.

"Awas kamu ya" balas Xander.

To be continued...

(Hai-hai! Jangan lupa komen dan like ya! Timakacih udah baca! Dadah!)

Terpopuler

Comments

sendy kiki

sendy kiki

oceh oceh 👌👌👌👌👌👌 seru ni .lumayan libur panjang temenin cerita bocil cadel 😁😁😁calange pokoknya 💓💓🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

2024-05-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!