(Tandai Typo)
Bianca dan El sama-sama terkejut atas apa yang Xander lakukan.
"Ihhh kebiasaan!" Bianca langsung mencubit pinggang Xander. Membuat lelaki itu memekik.
"Aw-aws iyaa, sayang. Ampun-ampun! Adooh!".
El yang melihat Bianca tak kunjung melepaskan pukulannya langsung saja menggeplak wajah Mama-nya.
Plak!.
"Aduh! Sayang, kok Mama di pukul sih?" Bianca mengusap-usap hidungnya yang terasa perih.
"Papa, cini" panggilnya.
Xander mendekat dan langsung dihadiahi geplakan di wajahnya yang tampan itu.
Plak!.
"Aduh! Papa kok di pukul?" Xander juga melakukan hal yang sama dengan Bianca.
Xander dan Bianca dibuat membelalak ketika melihat anak mereka yang juga menggeplak wajahnya sendiri.
Plak!.
"Sayang!" pekik keduanya bersamaan.
"Aduh! Cakit juda telnata" ucapnya mengusap-usap hidungnya yang langsung memerah.
Bianca langsung mengelus hidung anaknya "Kenapa dipukul?".
"Bial impac Mama. Mama, Papa cama El" ucapnya.
Bianca hanya menghela nafas kasarnya "Ada-ada saja tingkah anak ini" gumamnya yang dapat didengar oleh Xander.
"Tuy-....eh maksudnya anak ini hehe" Xander menggaruk kepalanya ketika melihat tatapan tajam sang istri.
"Apa? Kamu mau bilang apa? Tuy-tuy apa?!" tanya Bianca penuh selidik.
"Hehe Gak kok sayang".
Bianca memicingkan matanya, mencari kebohongan dalam mata sang suami.
"Mama ayoo! Tatana mau mandi! Dimana cih Mama ini!" ucap El cemberut yang langsung mengalihkan perhatian Bianca.
***
Bianca membawa El ke salonnya. Sesampainya disana, dia langsung menurunkan El dari gendongannya. Hari ini dia akan bertemu dengan klien penting. Jadi dia harus menitipkan anaknya pada sahabatnya.
"Woy! Titip anak gue sebentar" ucap Bianca mengagetkan Liora yang tengah sibuk dengan laptop dihadapannya.
"Ehh pisang makan monyet!" Liora mengelus dadanya "Bangsat Lo! Untung aja gue gak jantungan! Anjing!" umpatnya.
Bianca langsung menatap Bianca dengan tajam. Sudah pasti jika anaknya yang polos ini sudah mendengar apa yang Liora katakan. Dan benar saja.
"Bancat? Anjin? Bancat itu namana anjin Aunty Liola ya?" tanya dia dengan polos.
Liora sudah cengengesan, menatap ngeri ke arah Bianca yang tengah melayangkan tatapan tajamnya.
"Eh-ehh? Emm itu, apa namanya emm anuu..." Liora bahkan tak bisa meneruskan kata-katanya karena tak tahu harus menjawab apa.
Kepala El miring ke kiri, mengerjap dengan begitu polosnya "Ohh namana anuu? Telus Bancat itu nama ciapa?".
Liora semakin dibuat kikuk, semakin takut pula dia dengan tatapan Bianca yang kian menajam [Sialan nih buntalan lemak. Ada aja jawabannya, heran] batinnya.
Bianca menghela nafas kasar "Sudah-sudah. El main sini ya? Mama mau keluar sebentar, bisa?".
El mengangguk "Ote Mama" sedangkan Liora sudah bernafas lega. Setidaknya Bianca bisa membantunya dari berbagai pertanyaan buntalan lemak itu yang terbilang membangongkan.
"Jaga anak gue baik-baik. Awas Lo!" ucap Bianca menekankan.
Liora merotasikan bola matanya "Aelahh napa sih Lo ragu amat!".
Bianca tak menghiraukannya dan langsung pergi dari sana.
"Buntalan lemak! Sini!" pintanya.
El mendekat dengan wajah polosnya "Eung?".
Liora menahan kegemasan nya terhadap anak yang berada di hadapannya ini.
"Main disini aja ya? Aunty mau kerja sebentar, oke?".
"Ote".
Liora pun kembali fokus pada laptop nya, sedangkan El sudah bermain di ruangan itu. Entahlah, Liora bahkan tak sadar jika ruangannya sudah sangat berantakan akibat ulah dari buntalan lemak kesayangannya itu.
1 jam lebih puas bermain, El yang sudah lelah langsung menghampiri Liora yang masih saja sibuk.
Dia menarik ujung kemeja yang Liora kenakan sambil mengucek matanya "Eungh aunty. El nantuk mau cucu".
Sontak Liora mengalihkan pandanganya, berdiri dan langsung menggendong buntalan lemak itu. Dia langsung berjalan keluar tanpa sadar dengan ruangannya yang sudah sangat berantakan.
Ceklek!.
"Bianca" ucap Liora pelan ketika membuka pintu ruangan Bianca.
Didalam sana Bianca langsung menghentikan ucapannya dan beralih menatap ke arah pintu, dimana Liora hanya memasukan kepalanya saja.
"Mohon maaf, saya permisi sebentar" Bianca langsung berdiri dan berjalan mendekati Liora.
"Kenapa?".
"In-...".
"Mama, El nantuk, mau cucuu tidull" rengek anak itu menyela ucapan Liora.
Bianca sontak membuka pintunya, mendapatkan El yang digendongan Liora dengan mata yang sudah sangat sayu.
Bianca pun kembali menatap Liora "Lo bisa lanjutin kan? Gue bahasnya sama dengan yang Lo ringkas kok. Gue mau pulang aja. Kayak ada yang salah sama anak gue nih".
"Yaudah. Nih" Liora memberikan El kepada Bianca.
Dan benar saja, sesuai dugaan Bianca. Tubuh anaknya terasa begitu panas "Tolong ambil tas gue" pintanya.
"Thanks" ucapnya setelah Liora memberikan tasnya.
"Gue pulang dulu ya. Mungkin besok atau dua hari kedepan gue gak bisa masuk".
Liora mengangguk paham "Ya, Lo tenang aja. Gue ngerti kok. Astaga panas banget" ucapnya setelah menempelkan tangannya di dahi El.
Bianca hanya mengangguk samar, lalu berjalan keluar dari salon itu.
Dalam perjalanan, El sudah tertidur sambil menyusu pada Bianca yang sibuk menyetir. Bianca dapat merasakan rongga mulut anaknya yang sangat panas ketika menyentuh nipple nya.
Hati Bianca mencelos seketika. Dia paling tidak bisa melihat anaknya jika sedang sakit seperti ini.
Tangannya terulur, menghapus keringat di kening anaknya dengan jari jempolnya "Kasihan anak Mama".
Anak itu hanya diam tak merespon. Dia rasa tubuhnya saat ini benar-benar tak memiliki tenaga. Bahkan untuk mengeluarkan suara pun dia tak mampu.
***
"Papa mana Mama" suara lemah El menusuk hati Bianca. Sungguh dia tak tega melihat anaknya seperti itu, rasanya dia ingin saja menangis.
Bianca menatap anaknya yang tengah bersandar diatas meja makan dengan bye bye fever yang menempel di keningnya. Anaknya itu tak mau beranjak dari sana, katanya dia ingin menunggu dan menemani sang Papa untuk makan malam.
"Papa masih di perusahaan, sayang. Kita ke kamar aja yuk? El kan lagi gak sehat. Yuk? Nanti sakit lagi gimana?" ucap Bianca cemas.
El menggeleng "Ndakk hiks Ndak mau! Hiks".
"Iya deh gak" Bianca mengelus pipi anaknya yang terasa begitu panas itu.
"Ganti baju yuk? Nanti El dingin".
"NDAKK! NDAKK MAU MAMA! HUAA!".
Bianca terkejut, menghapus air mata anak itu "Iya-iya enggak. Udah jangan nangis, nanti kepalanya tambah sakit".
Anak itupun diam dengan sesegukan. Bianca hanya menatap sendu anaknya. Hatinya begitu sakit melihat anaknya yang tengah sakit ini. Maklum saja, dia sangatlah takut jika kehilangan anak semata wayangnya ini. Perlu ditahu, beberapa bulan yang lalu Bianca sempat dikabarkan kembali hamil, namun kandungan Bianca memiliki masalah. Bianca mengalami Ectopic pregnancy.
Ectopic pregnancy atau kehamilan ektopik adalah kelainan pada kehamilan yang terjadi ketika hasil pembuahan antara sel telur dengan sperma menempel di luar rahim. Umumnya, kehamilan ektopik terjadi di bagian tuba falopi yang biasa dikenal dengan tubal pregnancy. Dalam kata lain, Bianca mengalami hamil diluar kandungan.
Selain itu, rahimnya juga ditumbuhi oleh kista sehingga membuatnya harus mengangkat rahimnya dan tak akan pernah bisa untuk kembali mengandung. Andai saja jika kista itu tidak tumbuh, mungkin saja Bianca masih bisa untuk mengandung, namun apa mau dikata? Mungkin El hanya ditakdirkan Tuhan untuk menjadi anak satu-satunya.
Lamunannya buyar ketika Xander memanggil namanya "Sayang? Hey? Kenapa melamun?".
Bianca tersadar dan linglung "Hah? Ohh ya. Kamu sudah pulang? Sejak kapan?".
Xander mengerut "Sudah dari tadi. Aku tanya kamu El sakit, kamunya malah diam".
"Kenapa? Kamu mikirin itu lagi?" tanya Xander dengan lembut.
Bianca tersenyum kecut sambil menggeleng "Gak kok".
"Papa, dendon Papa" ucap El merentangkan kedua tangannya.
"Boleh?" tanya Xander menatap Bianca. Pasalnya dia belum mandi dan masih dengan pakaian kantornya.
Bianca tersenyum sambil mengangguk. Xander pun langsung mengangkat anaknya ke dalam gendongannya.
El lalu menyandarkan kepalanya pada pundak kokoh sang Papa. Matanya hanyal ke arah samping.
Xander mendekat, mengelus kepala istrinya yang sedang duduk itu "Sudah, lupakan kejadian itu oke? Ingat, kita udah ada El kok".
Bianca mengangguk terisak, segera dia menghapus air matanya "Maaf, aku tak bisa melihatnya sakit seperti ini. Pikiranku selalu mengarah ke arah sana".
"Tenang oke? Anak kita kuat kok".
"Hum".
"Oh ya, kapan kamu manggil akunya mas?" ucap Xander mengalihkan pandangan dengan mencoba untuk bercanda. Namun tanpa dia sangka, Bianca menganggap nya dengan serius.
"Kamu kalau mau aku panggil dengan sebutan itu, bilang dongg".
"Mamaaa hiks mau cucuu" seketika perhatian Xander dan Bianca langsung teralih pada anak mereka.
To be continued...
(Kaciann yaa, baby El nya sedang cakit huhu. Seperti biasa, like dan komennn! Timakacih udah baca! Dadah!).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
sendy kiki
up🌹
2024-05-13
2