(Tandai Typo)
Dibawah guyuran hujan deras pada malam ini, terdapat seorang wanita berjas hujan hitam berdiri didepan jejeran preman bayaran yang telah dia sewa.
Ilustrasi.
Wanita itu menyerahkan satu lembar foto yang di dalamnya terdapat sebuah foto seorang balita perempuan yang tengah tertawa riang.
Salah satu preman itu menerima foto tersebut sambil tersenyum smirk "Apa yang ingin Lo minta?".
Wanita itu terkekeh sinis "Culik dan siksa dia! Jika perlu kalian bunuh saja! Masalah biaya tambahan, akan saya berikan di hasil akhir. Bagaimana?".
"Baiklah, kau tenang saja. Gue bakal lakuin apa yang Lo minta".
Tanpa berkata apapun wanita itu langsung pergi dari sana. Tak lama setelah itu, datanglah seorang lelaki tampan nan gagah yang langsung disambut hormat oleh para preman itu.
"Selamat datang, Tuan" ucap mereka serentak.
Lelaki itu langsung mendekat dan berdiri dihadapan preman yang memegang sebuah lembar foto.
"Saya suka dengan acting kamu. Gajimu akan saya tambahkan! Kerja bagus!" ucapnya sambil bertepuk tangan.
Yang lainnya pun tertawa kecil. Ternyata menjebak wanita tadi bukanlah hal yang sulit.
Lelaki itu berjalan memasuki sebuah gedung tua diikuti yang lainnya dari belakang.
Lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah Xander itu langsung duduk di kursi yang sudah di sediakan anak buahnya.
Dia duduk sambil menggenggam segelas wine dengan anjing kesayangannya yang setia duduk di samping kakinya. Dia duduk membelakangi preman-preman sekaligus anak buahnya.
"Awasi wanita itu dan jangan sampai dia menyentuh istri dan anak saya! Jika itu terjadi, maka persiapkan kepala kalian!" tuturnya penuh penekanan dan langsung membuat semuanya merinding, takut dengan lelaki itu.
Wanita tadi adalah Callista. Ya! Wanita ular yang berusaha untuk menghancurkan Xander. Namun sebelum dia melakukannya, Xander sudah lebih dulu bertindak.
Sementara disisi lain, Bianca di buat geleng-geleng kepala dengan tingkah anaknya yang nakal itu.
Bianca memejamkan matanya, menahan emosinya agar tidak keluar. Sungguh anaknya ini benar-benar menguras tenaganya. Semua alat make-up miliknya dipergunakan oleh El layaknya sebuah mainan. Bahkan anak itu sudah berdandan dengan sendirinya.
Ilustrasi.
Hasil.
Bianca menghela nafas kasar sambil berkacak pinggang "Elliza Alexandria Erickson" ucapnya tegas.
El sontak menghentikan aksinya, segera dia menunduk sambil melepaskan alat-alat make-up itu dengan tangan bergetar.
Bianca berjalan mendekat dan berdiri disamping tuyul nakal yang tengah duduk di kursi riasnya "Bagus kamu! Kenapa nakal sekali sih?!" ucapnya.
"Co-colly Mama" ucap El takut-takut dengan suara bergetar.
"Turun dan berdiri disana! Hadap tembok! Jangan bergerak sebelum Mama perintahkan! Paham!" sentaknya.
El mengangguk takut-takut, segera dia turun dan berjalan ke ujung kamar, lalu berdiri menghadap tembok dengan kepala menunduk.
Ilustrasi.
Bianca menggelengkan kepalanya, kemudian membereskan alat-alat make-up nya yang sudah rusak parah.
"Ya Tuhannn. Masa aku beli baru lagi?! Padahal baru aja aku beli kemarin!" omelnya. Dia lalu duduk di kursi itu sambil menatap lurus ke arah tuyul nakal yang sudah menangis itu.
Baru saja Bianca ingin membuka mulut, El sudah lebih dulu berteriak membuat Bianca menghela nafas lelah.
"Huaaaaa! Hiks! Colly Mama! Hiks huaaa!" tangisnya.
"Hiks! Mama jahat! Mama ndak hiks cayan hiks cama El ladi! Huaaa!".
Lihatlah anak nakal itu, dia yang berbuat dia juga yang merasa paling tersakiti. Bahkan tangisannya saja terdengar layaknya orang yang sedang menghadapi banyak beban kehidupan. Padahal mah kagak, orang dianya hidup sedap, tinggal berucap maka apa yang dia inginkan langsung didapat.
Terpaksa Bianca langsung mendekati anaknya dan menggendongnya, membawanya ke atas ranjang untuk ditidurkan.
"Diam!".
El yang sedang berontak seketika terdiam ketika mendengar suara Bianca yang begitu tegas didengar. Dia menyandarkan kepalanya diatas bantal sambil menangis tersedu-sedu.
"Hikss hikss" tangisnya. Dia bahkan membiarkan Bianca yang tengah membersihkan wajahnya menggunakan tisu basah.
Setelah selesai, Bianca langsung mendekatkan tubuh El padanya. Selanjutnya dia membuka tiga kancing piyamanya dan mengeluarkan satu buah dadanya.
"Hisap dan tidur!" tegas Bianca sambil memasukan nipple nya ke dalam mulut mungil anaknya itu.
Jadilah El menyusu dengan sesegukan, bahkan tangannya yang biasa berkeliaran kemana-mana kini hanya diam di atas perut buncitnya. Dia membiarkan Bianca menggenggam tangannya. Tak lama matanya mulai sayu dan perlahan mulai tertutup. Rasa nyaman yang disalurkan Bianca lewat mengusap-usap punggungnya membuat El cepat tertidur.
Cupp!.
"Nakalnya anak Mama" ucap Bianca setelah memberikan satu kecupan di kening anaknya. Ibu jarinya bergerak menghapus jejak keringat yang membasahi anak rambut El.
***
Bianca menunggu kepulangan Xander sambil memainkan ponselnya, dia duduk di sofa ruang tamu sambil memangku kakinya.
"Sayang" suara berat yang lembut menyapu gendang telinga Bianca.
Bianca pun menoleh, seketika dia tersenyum ketika sang suami yang sudah berdiri tak jauh dari tempat dia duduk.
"Mas" Bianca berdiri, berjalan mendekat dan mengambil alih jas milik Xander.
Cupp!.
Xander mengecup kening istrinya. Mumpung anaknya tidak ada jadilah dia harus memanfaatkan keadaan.
"Mas mau makan? Atau belum?" tanya Bianca.
Xander menarik tangan Bianca agar kembali duduk di sofa ruang tamu itu.
Kening Bianca mengerut "Kenapa malah duduk disini? Bukannya mandi atau makan, ini Ma-...".
"Ada hal penting yang ingin Mas sampaikan, sayang" potong Xander serius sebelum istrinya ini mengeluarkan omelannya.
Bianca tidak berkata, tapi menatap Xander dengan pandangan menuntut.
Xander menghela nafas sejenak, menatap sang istri dengan pandangan yang susah untuk diartikan "Mereka meminta kita untuk ke Spanyol. Mereka ingin El tinggal bersama mereka?".
Bianca sontak berdiri dari duduknya, menatap Xander tak suka "Apa-apaan sih?! Mana bisa begitu?! El itu anak aku! Kenapa mereka yang mengatur?! Enggak ya Mas! Aku gak setuju!".
Xander pun ikut berdiri dan langsung menggenggam kedua tangan sang istri "Mereka mintanya seperti itu sayang, kata mereka jika kamu tak setuju maka kita yang harus pindah menetap disana".
"Kenapa jadi begini sih?! Ini gak sesuai dengan perjanjian kita Mas! Aku gak setuju apapun itu! Aku tetap ingin disini! Di Indonesia! Aku gak mau tau! Pokoknya aku gak mau anak aku dibawa pergi! Gak akan!" ucap Bianca emosi. Selanjutnya dia langsung pergi meninggalkan Xander yang menatap nanar ke arahnya.
Xander kembali duduk sambil memijat pangkal hidungnya "Sial! Jika bukan karena Callista, pasti mereka tak akan meminta ku untuk kembali ke Spanyol. Brengsek! Dasar jalang sialan!" umpatnya diakhir kalimat.
Ya, mereka diminta kembali ke Spanyol karena keluarga mereka sudah tahu tentang Callista yang merupakan ancaman terbesar bagi mereka, terlebih untuk permata kesayangan dan satu-satunya milik mereka.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
sendy kiki
visual El cocok Kaka. aku suka gemoyi 🤣🤣🤣🤣🤣🤣. Xander kenapa tidak jujur aja si buntelan mau culik. biar Bianca paham 👍👍👍 rajin up dunk KA. visual Xander suka banget
2024-05-30
2