Muslimah Dan Anak Genius
Muslimah, seorang perempuan Sholehah yang memiliki ujian hidup bertubi-tubi. Ketika baru saja lulus SMA, diam-diam pamannya menjualnya di sebuah situs online perdagangan perempuan untuk dilacurkan di negara xxx.
Tak ada yang bisa diperbuat Muslimah, selain menerima takdir yang begitu kejam terhadapnya. Dia pun dijual beberapa kali oleh orang tak dikenal di negara xxx hingga dibeli oleh seorang bangsawan yang begitu berkuasa di negara xxx dengan dali sebagai budak pencetak anak.
Muslimah hanya dijadikan sebagai perempuan yang akan melahirkan penerus dari pria penguasa tersebut. Setelah berhasil melahirkan bayinya, Muslimah kembali dipulangkan ke negara asalnya. Namun Muslimah berhasil kabur dan memilih menetap di negara xxx demi misi dan tujuannya untuk merebut kembali anaknya.
"Ya Allah, keinginanku cuma satu, tolong pertemukanlah aku dengan anakku, sebelum engkau mencabut nyawaku"--- Muslimah.
"Ibu guru cantik, maukah kau menjadi ibuku?"--- Rayan Malik Zimraan.
Muslimah terbelalak kaget mendengar penuturan anak laki-laki berusia lima tahun itu. Akankah Muslimah menerima tawarannya?
******
Seluruh siswa-siswi berseragam putih abu-abu tampak antusias menyambut hari kelulusannya, dimana hari itu selalu ditunggu-tunggu dan menjadi hal bersejarah bagi generasi penerus bangsa.
Karena momen tersebut menjadi hari penentuan dalam proses belajar selama kurun waktu tiga tahun lamanya. Dan hari itu menjadi hari penentuan lulus atau tidak lulusnya mereka dalam menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Atas.
Tak terkecuali gadis berkerudung putih yang sering disapa Muslimah dengan penampilan muslimahnya dan begitu agamis yang elok dipandang mata. Selain cantik, Muslimah juga salah satu siswa berprestasi di sekolahnya, pernah memenangkan olimpiade sains tingkat nasional hingga membawa harum nama sekolah yang dinaunginya.
Walaupun termasuk siswa berprestasi, tapi tetap saja Muslimah terlihat deg-degan membaca setiap nama yang tertera di papan pengumuman.
Dalam hati tak henti-hentinya Muslimah mengucapkan kata istighfar untuk mengurangi perasaan deg-degan yang mulai bercampur aduk menyelimuti pikirannya. Hingga akhirnya kedua bola mata indahnya menajam dan tidak berkedip membaca nama lengkapnya berada diurutan kedua.
"Alhamdulillah, aku lulus. Terima kasih ya Allah" ucap Muslimah penuh rasa syukur dengan mata berkaca-kaca melihat papan pengumuman dan tertera namanya disana.
Muslimah tak bisa berkata-kata, dia hanya mampu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya sambil mengucapkan kata syukur atas karunia yang diberikan oleh sang pencipta.
"Muslimah, aku sudah melihat namaku dan aku dinyatakan Lulus, bagaimana denganmu?" tanya sahabatnya bernama Lina sembari menghampiri Muslimah.
"Alhamdulillah, aku juga Lulus, Lina" kata Muslimah dengan mata berkaca-kaca dan Lina langsung berhambur memeluknya. Mereka pun tampak menangis bombay yang sedang dilanda perasaan bahagia.
"Hiks...hiks....Alhamdulillah syukurlah, aku sangat senang kita berdua lulus dengan nilai yang sangat memuaskan." ujar Lina dengan gembiranya bahkan air matanya terus menetes membasahi pipinya.
"Iya. Perjuangan kita selama tiga tahun akhirnya membuahkan hasil." Ucap Muslimah tersenyum sambil mengusap air matanya. Pasalnya hari kelulusannya menjadi awal perpisahannya dengan sang sahabat.
Perlahan Muslimah melepaskan pelukannya. Dan mereka mulai menghapus sisa-sisa air mata bahagianya lalu mulai tertawa bersama.
Kemungkinan setelah ini mereka akan jarang bertemu. Pasalnya Lina akan melanjutkan pendidikannya di luar kota, sementara Muslimah kemungkinan besar tidak melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.
Walaupun sejujurnya Muslimah mendapatkan beasiswa kuliah di perguruan tinggi negeri, namun pamannya tidak akan pernah mengizinkannya untuk kuliah.
Muslimah masih ingat betul kata-kata pamannya.
'Tak perlu kuliah tinggi-tinggi nanti ujung-ujungnya kau juga jadi ibu rumah tangga seperti anak tetangga. Maka dari itu, ketika kau lulus SMA, tugasmu membantu perekonomian keluarga. Apalagi kami sudah membiayai mu sejak kecil, jadi giliranmu lah yang harus balas budi.'
Muslimah masih teringat kata-kata pamannya itu. Dia rela tak mengejar cita-citanya demi membantu perekonomian keluarga pamannya. Setelah ini, dia akan mencari pekerjaan untuk membalas budi kebaikan paman dan bibinya.
Muslimah kembali memeluk sahabatnya sebagai tanda perpisahan mereka.
"Muslimah, jika kau butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan untuk menghubungiku. Aku akan selalu ada untukmu kapan pun itu, sahabatku." ujar Lina sambil melepaskan pelukannya dan Muslimah hanya menganggukkan kepalanya tanda mengerti.
"Jaga dirimu baik-baik, Lina. Ingat, jangan sekali-kali tinggalkan Sholat." ucap Muslimah memberi nasihat untuk sahabatnya.
"Baik ustadzah" sahut Lina sambil nyengir kuda. Lina kemudian mengambil kotak hadiah persegi dari dalam tasnya lalu menyerahkannya kepada Muslimah.
"Tolong terima ini, jangan lagi menolaknya. Aku pergi dulu, Muslimah. Assalamualaikum!"
"Eeh... waalaikumsalam." Muslimah hanya mampu menatap kepergian sahabatnya.
Beberapa hari kemudian.....
Muslimah tampak membersihkan pekarangan rumah bibinya. Disinilah dia tinggal dan dibesarkan oleh Paman dan bibinya, rumah yang tampak sederhana yang sudah ditinggalinya selama bertahun-tahun. Karena semenjak berusia lima tahun, kedua orang tuanya meninggal dunia di perantauan. Untuk itu, paman dan bibinya lah yang merawat dan membesarkannya bahkan membiayai segala keperluan sekolahnya.
Di rumah itu, Muslimah tinggal bersama Paman dan bibi nya beserta ketiga sepupunya, Sri, Kamil dan Husna. Sri seumuran dengan Muslimah dan terkadang berbuat semena-mena terhadap Muslimah, karena merasa iri dan dengki atas kecerdasan yang dimiliki Muslimah sejak duduk di bangku sekolah.
Sementara Kamil, sepupu laki-lakinya berusia 13 tahun yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Sedangkan Husna, anak balita yang baru berusia lima tahun dan sangat disayangi Muslimah. Tidak hanya itu, Muslimah sudah menganggap ketiga sepupunya itu seperti saudara kandungnya sendiri.
Muslimah seperti anak sulung di keluarga pamannya. Setiap hari Muslimah selalu mengerjakan pekerjaan rumah dan membantu bibinya di ladang selepas pulang sekolah. Muslimah tidak pernah gengsi untuk membantu bibinya, sementara anak kandung bibinya yang bernama Sri begitu gengsi untuk membantu orang tuanya, dia lebih memilih hura-hura bersama teman-temanya.
Namun tidak sekalipun Muslimah menceritakan perbuatan tercela Sri di luar ataupun di sekolah, dia memilih menyembunyikannya daripada terjadi masalah di keluarganya. Kalaupun harus menceritakan kepada kedua orang tua Sri, sama saja dia akan membuat paman dan bibinya sedih akan ulah anak sulung yang sangat dibanggakan mereka.
Apalagi Muslimah sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu berbakti kepada paman dan bibinya serta akan menjaga dan menyayangi sepupunya dengan baik, untuk saat ini maupun dimasa yang akan datang.
"Muslimah!" Terdengar suara keras dari seseorang yang baru saja turun dari motornya dan orang itu adalah Agus, pamannya. Agus tampak berjalan tergesa-gesa menghampiri Muslimah.
"Iya Paman, ada apa?" sahut Muslimah sembari menoleh kearah pamannya.
"Ini paspor mu, satu jam lagi keberangkatan mu ke negara xxx." jelas pamannya sambil memperlihatkan amplop coklat yang berisi paspor beserta identitas diri Muslimah.
Muslimah terlonjat kaget mendengar penuturan pamannya. Ada apa ini? Kenapa dia harus ke negara xxx?, pikirnya.
Bersambung...
*
*
*
Assalamualaikum teman-teman.....
Selamat datang kembali di cerita terbaru author. Semoga kalian suka 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Layly Inayah
baru tau ada cerita baru. pdhl dr kmrn2 nunggu cerita baru othor... alkhamdulillah akhirnya muncul.. walo telat....hehehehehehe
aku suka cerita nya,,, berbau2 mafia lagi kah
2024-05-21
2
LISA
Aq mampir Kak
2024-05-19
0
Kak olaa
sukses buat novel baru author
2024-05-06
1