Dalam suasana kamar yang gelap, Emir mampu melihat wanita bayarannya tengah duduk di pinggir tempat tidur, dia pun berjalan mendekatinya. Seketika jantung Muslimah semakin memompa cepat saat pria itu menyentuh hidungnya.
Dengan cepat Emir langsung menarik tangannya. Tidak seharusnya dia langsung main raba seperti sekarang, tapi jujur dia tidak sengaja melakukannya.
Emir menghembuskan nafasnya dengan kasar, dia menjauh beberapa jarak dari tempat tidur, dimana Muslimah masih duduk di sana. Entah mengapa kini dia merasa gugup dan deg-degan berada di ruangan yang sama dengan wanita yang baru saja sah menjadi istrinya.
“Sial! Kenapa aku jadi gugup begini” ucap Emir dalam hati. Dia jadi nervous dan bingung harus memulainya darimana. Apalagi ini menjadi hal pertama kalinya dia akan berhubungan badan dengan seorang wanita. Jujur dia sangat awam jika mengenai urusan wanita, tapi jika urusan kejahatan dan pembunuhan sudah menjadi makanan sehari-harinya.
Sama halnya dengan Muslimah yang tidak tahu apa-apa, dia bahkan tidak pernah dekat apalagi menjalin hubungan dengan seorang pria.
Muslimah merremas tangannya dengan perasaan campur aduk. Apalagi saat ini dirinya sedang datang bulan.
"Haruskah aku berbicara kepadanya, bahwa aku sedang datang bulan" ucap Muslimah dalam hati dan tak bisa mengungkapkannya secara langsung. Jika dia berbicara maka nyawanya yang akan menjadi taruhannya sesuai dalam buku catatan yang dipegangnya.
"Ya Allah, aku tidak bermaksud menolak keinginan suamiku. Tapi, tetap saja aku tidak bisa melayaninya malam ini" ucapnya dengan pandangan lurus ke depan.
Dalam hati, dia mulai bertanya-tanya. Siapa sebenarnya sosok tuan muda ini? Kenapa sifatnya teramat dingin dan introvert tingkat tinggi, bahkan privasinya sangat dijaga.
Tak boleh itulah, tak boleh inilah dan yang paling parahnya, jangan tunjukkan wajahmu dan jadilah bisu saat bersamanya. Kata-kata tersebut terus tercatat dalam memori ingatannya.
Muslimah mulai berspekulasi tentang sosok tuan muda yang sudah sah menjadi suaminya. Mungkinkah pria itu cacat dan juga bisu, karena mereka harus berada dalam suasana kamar yang gelap tanpa penerang cahaya sama sekali.
Muslimah tidak bermaksud mencela atau berprasangka buruk terhadap suaminya sendiri, tapi apa maksud pria itu dengan semua ini.
Dalam suasana kamar yang gelap mereka hanya mampu saling diam-diaman dengan pikirannya masing-masing.
Sementara itu, Bu Anne tampak mondar-mandir di dapur, putrinya tampak heran melihatnya hingga langsung menegurnya lewat bahasa isyarat yang sering mereka gunakan saat berkomunikasi.
Dikarenakan putrinya seorang tunarungu. Tunarungu sendiri adalah kondisi di mana fungsi pendengaran seseorang terganggu. Kondisi ini bisa berlangsung hanya sementara dan permanen atau bawaan sejak lahir dan putrinya sendiri bawaan sejak lahir.
Untuk berkomunikasi dengan penyandang tunarungu, diperlukan komunikasi khusus agar maksud pembicaraan bisa tersampaikan dengan baik. Bisa juga dengan penggunaan alat bantu dengar yang bisa dipasang dan dilepas sesuai keinginan pada penyandang tunarungu.
Berkomunikasi dengan penyandang tunarungu mungkin merupakan tantangan tersendiri, namun Bu Anne sudah terbiasa berkomunikasi dengan putrinya yang bernama Julie menggunakan bahasa isyarat dan mereka sudah saling mengerti akan arti bahasa tubuh mereka masing-masing.
“Apa yang sedang ibu pikirkan?” tanya Julie menggunakan bahasa isyarat, tatapannya penuh tanda tanya.
“Ibu, sedang memikirkan nona muda yang lagi memiliki masalah. Tapi, ibu tidak tahu harus bagaimana agar bisa membantunya” jawab Bu Anne dengan raut wajah cemas.
“Ibu, minta bantuan sama tuan Martin” ucap Julie disertai anggukan kepala.
“Kau yakin tuan Martin akan membantu ibu dalam mengatasi masalah nona” ucapnya ragu-ragu.
“Kita coba dulu, ibu. Siapa tahu tuan Martin mau membantu” ucap Julie dengan yakin.
“Tapi nak….”
“Ayo ibu, kita temui tuan Martin” ajaknya sambil menarik tangan ibunya.
Padahal selama ini Julie begitu takut kepada Martin, begitupun dengan sang ibu. Tapi, demi menolong nona muda, mereka siap menghadapi monster galak dan menakutkan seperti Martin.
Martin sendiri tengah berada di ruang baca dan sedang sibuk dengan laptopnya. Pasalnya ada beberapa pekerjaan yang harus dia selesaikan malam ini. Karena esok hari dia akan kembali beraktivitas seperti biasa.
Tok
Tok
Tok
Martin mengalihkan pandangannya kearah pintu dan langsung mempersilahkan sang empunya masuk ke dalam ruangan yang ditempatinya. Terlihat Bu Anne dan Julie berjalan pelan menghampirinya. Ada apa gerangan ibu dan anak itu menemuinya di jam seperti ini.
“Ada apa?” tanya Martin tanpa basa-basi sembari bangkit dari duduknya. Dia yakin sepertinya terjadi masalah.
“Tuan Martin, saya cuma mau menyampaikan pesan nona muda” ucap Bu Anne menunduk sembari memegang erat tangan putrinya seolah-olah mereka akan dihakimi oleh Martin.
“Ya, cepat katakan!” ucap Martin serius.
Dengan yakin Bu Anne mulai angkat bicara perihal nona muda yang sedang datang bulan.
“Kenapa baru mengatakannya sekarang?” ucap Martin dengan sorot mata tajam, bahkan suaranya begitu menggema dalam ruangan. Bisa-bisanya hal serius baru disampaikan sekarang. Dia sungguh khawatir apa yang sedang terjadi di dalam kamar yang ditempati pasangan suami istri itu.
“Karena begitu mendadak tuan, nona muda bahkan tidak tahu jika dia akan datang bulan ini malam” ucap Bu Anne takut-takut, bahkan Julie sudah memeluk lengan ibunya takutnya sesuatu terjadi kepada mereka.
“Berapa lama biasanya jika wanita sedang datang bulan?” tanya Martin memelankan suaranya.
“Bi-biasanya seminggu, tu-tuan. Ka-dang lebih dari itu” jawab Bu Anne terbata-bata.
“Apa! Selama itu? bisa-bisa tuan muda bosan menunggu!” sahut Martin dengan keterkejutan.
“Ya sudah, kalian boleh keluar" ucap Martin lalu membereskan pekerjaannya.
Martin bergegas menemui tuan muda nya. Dia tidak ingin awal pertemuan mereka menjadi kacau gara-gara yang satu itu. Semoga semuanya belum terlambat.
Sementara di sudut kamar, berkali-kali Emir menghembuskan nafas kasar hingga dia memutuskan untuk mendekati Muslimah. Jantungnya terus berdetak kencang seolah akan lepas dari tempatnya saat dia sudah duduk di samping Muslimah.
Emir perlahan mengulurkan tangannya hingga menyentuh leher Muslimah membuat sang empunya membeku. Emir tak tahu harus melakukan apa langkah selanjutnya. Dia hanya mengikuti instingnya hingga menarik tengkuk Muslimah lalu menciumnya.
Muslimah terlonjat kaget, namun dia hanya mampu memejamkan matanya membiarkan sang suami menciumnya. Toh jika dia melawan sama saja dia akan mati malam ini juga, lagian dirinya sudah sah menjadi pasangan suami istri tanpa adanya pihak dari keluarga yang menyaksikan pernikahan siri mereka.
Meskipun pernikahan itu terjadi atas dasar ancaman dan keterpaksaan. Tapi Muslimah menerimanya dengan lapang dada, mungkin seperti itulah garis takdirnya.
Mendadak Air mata Muslimah menetes dengan sendirinya hingga mengenai wajah Emir. Sadar gadis itu sedang menangis, Emir langsung melepaskan ciumannya, lalu mendorong tubuh Muslimah hingga terlentang di atas tempat tidur.
Sialnya Muslimah refleks memegang lengan Emir saat pria itu mendorong tubuhnya hingga tubuh Emir ikut beringsut dan langsung menindih tubuhnya.
"Tuan muda, buka pintunya" teriak seseorang dari luar kamarnya. Bahkan orang itu berulangkali kali mengetuk pintu kamarnya layaknya ingin merobohkannya.
"Sialan, menganggu saja!. Aku bahkan belum melakukannya" kesal Emir dalam hati dan segera menjauh dari Muslimah.
Bersambung.....
Terima kasih atas dukungannya teman-teman 🙏. Mohon maaf slow update, berhubung aku juga kerja ya bestie, jadi harap dimaklumi🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ita sweet
next
2024-05-23
2
tzyii
pantas lama update
2024-05-23
0
Ade
lanjut
2024-05-23
0