"Jika pria yang di sebut tuan muda dalam buku ini ingin menyentuh ku, maka nikahi saya terlebih dahulu. Saya sungguh takut berbuat dosa dan saya tidak mau melakukannya. Bismillah, saya siap mati di tangan anda!" ucap Muslimah dengan entengnya dan sudah siap menanggung konsekuensinya. Lebih baik dia mati daripada harus berzinah.
Seketika Martin tidak bisa berkata-kata. Dia meminta Muslimah kembali ke kamar. Sementara dia akan menyampaikan segala ucapan protes yang dilontarkan oleh Muslimah, gadis berhijab yang akan melahirkan penerus tuan muda nya.
Emir yang sedang berada di kamar tampak mengerutkan keningnya melihat Martin masuk ke dalam kamarnya dan menyampaikan perihal tentang Muslimah yang tidak bisa berhubungan badan dengan tuan mudanya.
Raut wajah Emir mendadak berubah bahkan kilatan amarah terpancar jelas di matanya, itu menandakan bahwa dia sedang marah besar mendengar setiap ucapan yang dilontarkan oleh sekretaris nya.
"Bunuh saja gadis itu, beraninya dia menolak melakukannya!" teriak Emir dengan amarah menggebu-gebu.
Emir mengepalkan tangannya dan langsung meninju kearah dinding. Ibaratnya dia sedang ditolak berhubungan badan, baru kali ini dirinya mendapatkan penolakan dari seorang wanita, biasanya dirinya lah yang selalu menolak mentah-mentah para wanita yang berinisiatif mendekatinya.
"Jangan gegabah, tuan" ucap Martin mencoba menenangkan tuan muda nya.
Dengan kesal Emir kembali duduk di kursi sambil mengepalkan tangannya.
"Tidak mudah mendapatkan gadis seperti nona. Aku menjamin tidak ada wanita yang pantas melahirkan penerus keluarga Zimraan kecuali, Nona. Seribu wanita di negeri ini belum tentu sifat dan karakternya sama persis seperti nona. Jadi sebaiknya turuti saja keinginannya, tuan. Menikahlah dengannya, maka keinginan anda akan segera tercapai." ucap Martin panjang lebar memberikan masukan untuk tuan nya.
Emir hanya mampu memijit keningnya yang mulai dilanda pusing. Bagaimana mungkin dia harus menikahi wanita itu, sedang dirinya sudah bertekad untuk menikahi Caroline. Dia mencoba memejamkan matanya hingga terlintas wajah sang ibu tersenyum kepadanya.
“Mommy!” gumamnya lalu segera membuka matanya perlahan, seolah-olah dirinya baru saja mendapatkan sebuah jawaban atas apa yang sedang dipikirkannya.
“Oke, aku bersedia menikahinya. Segera persiapkan pernikahan kami malam ini juga. Pokoknya aku tidak ingin menunda-nunda waktu lagi. Semoga dengan cara ini mampu memulihkan ingatan mommy.” ucap Emir dengan keputusannya yang sudah bulat. Dia menyetujuinya dalam keadaan terpaksa demi kesembuhan sang ibu.
Martin tersenyum tipis mendengar keputusan tuan Emir. Martin sangat berharap tuan Emir bisa hidup bersama dan bahagia selalu dengan nona Muslimah beserta anak-anak mereka lucu-lucu dikemudian hari.
“Baik tuan” ucap Martin cepat dengan anggukan kepala, lalu Martin segera mengurus segala persiapan pernikahan tuan muda nya malam itu juga.
Tak ada yang menyangka jika pak penghulu beserta para saksi sudah berada di Villa Green tepat pukul 22.00 waktu setempat. Mereka semua sudah berkumpul di ruang tamu dan pastinya sudah siap untuk menikahkan Emir dengan Muslimah.
Terlihat Emir sudah duduk berhadapan dengan pak penghulu mengenakan kemeja putih dan peci hitam yang bertengger di kepalanya. Martin beserta para saksi juga tengah duduk bersama dan bertugas menjadi saksi pernikahan tuan muda nya.
Sementara itu, Muslimah senantiasa berada di dalam kamar. Dia dilarang keluar kamar dan hanya diminta untuk menunggu sampai dia benar-benar sudah sah menjadi istri Emir Riffat Zimraan.
Disini Muslimah mengenakan gamis berwarna putih yang tidak sengaja ditemukannya dalam lemari pakaian yang memang khusus disiapkan untuknya. Warna hijabnya juga senada dengan warna pakaiannya.
Muslimah sedikit bernafas lega, karena dirinya akan dinikahi terlebih dahulu sebelum dipakai menjadi pencetak anak oleh pria yang sering di panggil tuan muda.
"Ya Allah, semoga semuanya berjalan dengan lancar, aamiin" ucap Muslimah lalu membasuh wajahnya. Setidaknya dia tidak melakukan zina sebelum menikah.
Kata sah langsung menggema di ruang tamu, itu artinya Emir dan Muslimah sudah sah menjadi pasangan suami istri secara agama. Emir sengaja tidak ingin mendaftarkan pernikahannya di kantor pencatatan sipil, dia maunya menikah secara agama. Hanya seperangkat alat sholat dan uang tunai senilai satu juta rupiah menjadi mahar pernikahan mereka
"Alhamdulillah, nona sudah resmi menjadi istri tuan muda" ucap Bu Anne dengan antusiasnya yang sedang berdiri di dekat pintu kamar, dia tak sengaja mendengar teriakan kata sah dari arah ruang tamu. Memang dia ditugaskan untuk menjaga nona Muslimah jangan sampai kabur.
Martin segera menginstruksikan Bu Anne untuk meminta nona Muslimah segera bersiap-siap. Pasalnya tidak lama lagi tuan Emir akan menemuinya di kamar.
"Nona Muslimah, segeralah bersiap. Sebentar lagi tuan muda akan menemui anda. Tolong, jangan lupa matikan lampu dan tolong diingat lagi bahwa tidak ada obrolan apapun saat berada di atas tempat tidur." ucap Bu Anne memberitahunya.
"Iya Bu Anne, insyaallah saya pasti bisa mengingatnya. Tapi, tolong sampaikan kepada tuan Martin kalau aku....."
Muslimah tidak melanjutkan ucapannya, karena dia sudah tidak mendengar suara Bu Anne dari luar kamar. Muslimah mulai dilanda perasaan gugup plus deg-degan. Kenapa dia tidak mengatakan segalanya perihal dirinya yang sedang datang bulan.
Tok
Tok
Tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar kamar membuat muslimah semakin dilanda perasaan gugup.
"Jangan-jangan orang itu yang mengetuk pintu" gumam Muslimah dengan tebakannya.
"Nona, aku siapkan susu hangat untukmu " teriak Bu Anne dari luar.
"Oh syukurlah, aku harus mengatakan sesuatu kepada Bu Anne." ucap Muslimah lalu segera membuka pintu kamarnya.
Bu Anne tampak terkejut mendengar ucapan Muslimah.
"Kenapa nona baru mengatakannya sekarang!" ucap Bu Anne dengan raut wajah cemas. "Ya tuhan, nona segera lah masuk, tuan sudah berjalan kesini" ucap Bu Anne yang sudah mendengar suara langkah seseorang.
Mau tak mau Muslimah kembali masuk ke dalam kamar dan tak lupa mematikan lampu sesuai instruksi dari buku catatan dan juga penyampaian informasi dari Bu Anne.
Dalam suasana kamar yang gelap, Muslimah duduk dipinggir tempat tidur. Jantungnya berdegup kencang saat pintu kamarnya terbuka lalu di tutup kembali.
Langkah kaki seseorang mulai terdengar di indra pendengarannya saat ini. Aroma parfum dari seorang pria mampu dihirupnya dan sangat jelas orang itu adalah seorang pria.
Namun Muslimah tidak bisa berbicara saat ini. Dia dituntut menjadi gadis bisu saat bersama dengan sosok tuan muda. Jangankan berbicara melihat wajahnya saja tidak boleh.
Sementara itu, pria yang berada di dalam kamarnya tidak lain adalah Emir, pria yang baru saja sah menjadi suaminya. Suasana kamar yang gelap membuat pasangan suami istri itu dilanda perasaan grogi.
Dalam suasana kamar yang gelap, Emir mampu melihat wanita bayarannya tengah duduk di pinggir tempat tidur, dia pun berjalan mendekatinya. Seketika jantung Muslimah semakin memompa cepat saat pria itu menyentuh hidungnya.
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Kak olaa
emir pengen belah duren 🤭
2024-05-21
1
Kak olaa
wow
2024-05-21
0
tzyii
up
2024-05-21
0