Di rumah sakit….
Para bodyguard keluarga Zimraan dan anggota The Black night tampak berjaga-jaga di area rumah sakit. Penjagaannya begitu ketat sampai dobel-dobel terutama di lantai lima yang menjadi ruang perawatan khusus Nyonya Belinda.
Nyonya Belinda terbangun dari tidurnya dan terkejut melihat disekelilingnya.
“Dimana putri ku?”ucap Nyonya Belinda yang mencari-cari keberadaan Caroline karena menganggap Caroline adalah putrinya.
Perawat wanita yang menjaganya lekas menghampirinya.
“Nona Caroline ada urusan, jadi tidak sempat menemui nyonya” ucap perawat itu yang terpaksa berbohong. Pasalnya seharian ini Caroline tidak datang menjenguk nyonya Belinda.
“Oh begitu, pasti dia sedang bekerja ya” Ucap Nyonya Belinda dengan tebakannya dan memilih mengubah posisi tidurnya.
“Sebaiknya nyonya tidur kembali. Nona Caroline pasti akan datang menjenguk anda esok hari” ucap sang perawat mencoba membujuknya dan benar saja Nyonya Belinda langsung mengangguk persis anak kecil yang penurut saat di bujuk oleh ibunya.
"Lalu dimana pacar putri ku, aku bahkan tidak melihatnya. Biasanya dia tidur di situ dan menjagaku sepanjang malam" ucapnya sambil menunjuk sofa dalam ruangan itu. Dimana sofa itu menjadi tempat tidur Emir selama menjaga ibunya di rumah sakit.
"Tuan Emir juga ada urusan, nyonya" timpal sang perawat dan kembali membujuknya untuk segera tidur.
"Kenapa mereka ada urusan sih, padahal aku belum sempat mengobrol banyak." oceh Nyonya Belinda sambil memejamkan mata.
Hingga wanita paruh baya itu tampak menurut mengikuti ucapan dari sang perawat.
*
*
*
Villa Green....
Emir dengan kesalnya bergegas keluar dari kamar dan mendapati Martin sudah membungkuk hormat melihatnya. Emir melangkah menuju kamarnya, dia akan mengobrol dengan Martin di kamarnya.
"Mohon maaf tuan muda, saya tidak bermaksud menganggu kenyamanan anda" ucap Martin sambil membungkukkan badannya.
"Aku bisa saja menghukum mu atas tindakan mu ini, Martin!" ucap Emir dengan kesalnya, membuat Martin merasa bersalah.
"Katakan, ada masalah apa?" tanya Emir dengan tatapan dingin.
"Begini tuan muda, jangan melakukan hubungan badan bersama nona, karena nona sedang datang bulan" jelas Martin membuat Emir berdengus kesal.
"Aku belum menyentuhnya. Wanita itu sangat ketakutan saat aku menciumnya, dia bahkan sampai menangis segala. Jika aku tahu kalau dia sedang datang bulan, tidak mungkin aku menemuinya. Wanita itu sungguh menguji kesabaran ku!" ucap Emir dengan kesalnya dan merasa disudutkan.
"Di awal dia memintaku untuk menikahinya, maka aku menyetujuinya. Sekarang dia lagi berakting dan begitu banyak alasan agar aku tidak menyentuhnya. Aku bersumpah tidak akan melepaskannya, beraninya dia mempermainkan ku!" geramnya sambil mengepalkan tangannya, membuat Martin tak berani menimpali ucapannya.
Inilah yang ku takutkan, jangan sampai tuan muda berbuat semena-mena terhadap nona Muslimah. Lagian kenapa Nona Muslimah tidak mengatakan sebelumnya, masalahnya jadi rumit kan. Batin Martin yang menyayangkan hal tersebut.
"Persiapkan keberangkatanku, aku sudah muak berada di tempat ini!. Lain kali kau harus lebih teliti mengurus wanita itu" ucap Emir marah lalu melangkah masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci muka, kemudian berganti pakaian
Setelah itu, Emir dan Martin memutuskan pulang bersama menggunakan helikopter. Rencananya mereka akan ke rumah sakit tempat nyonya Belinda menjalani perawatan.
*
*
*
Seminggu kemudian.....
Kondisi nyonya Belinda semakin membaik, hanya saja dia mengalami amnesia akibat kecelakaan yang dialaminya. Rencananya hari ini Nyonya Belinda sudah diperbolehkan pulang ke rumah.
Sementara itu, Emir begitu antusiasnya mempersiapkan kepulangan sang ibu. Dia sangat senang akhirnya ibu nya bisa pulang ke rumah dan berkumpul bersamanya.
Segala sesuatunya dipersiapkan dengan baik termasuk hal-hal yang disukai sang ibu. Caroline ikut membantunya menyiapkan pesta kecil atas kepulangan ibunya.
"Kuenya taruh di situ saja. Jangan lupa vas bunga keramik taruh di tengahnya, biar kelihatan lebih indah, kalian dengar tidak!" ucap Caroline yang sibuk memerintah para pelayan wanita.
"Baik Nona" sahut salah satu dari mereka dan segera melakukan tugasnya.
Beberapa pelayan lain sibuk menata vas bunga yang sudah berisi rangkaian bunga, dimana bunga-bunga itu sudah dirangkai oleh perangkai bunga profesional.
Pesta kecil untuk menyambut kepulangan Nyonya Belinda sudah sepenuhnya rampung, mereka hanya perlu menunggu kepulangan sang tuan rumah.
Salah satu pelayan wanita tampak berlari kecil menghampiri Caroline.
"Nyonya sudah tiba, anda diminta untuk ke depan" ucap pelayan wanita bernama Senab.
"What, Tante sudah pulang, untung saja persiapannya sudah selesai. Selamat berjuang Caro" ucap Caroline lalu menyambar buket bunga di atas meja dan bergegas menuju ke teras depan.
Terlihat Nyonya Belinda turun dari mobil, dimana Emir sudah berdiri menyambut uluran tangan ibu tercintanya. Caroline tersenyum tipis melihat mereka, lalu bergerak menghampiri mereka.
"Aku sangat senang mommy pulang ke rumah. Selamat datang di rumah, mommy" ucap Caroline tersenyum manis sambil menyerahkan buket bunga untuk nyonya Belinda.
"Wah, terima kasih sayang" ucap Nyonya Belinda tersenyum sembari menerima buket bunga dari Caroline. Emir tampak senang melihat senyuman di wajah ibunya dan itu menandakan ibunya semakin membaik.
Sementara Martin terlihat tidak suka dengan kedatangan Caroline, bahkan dia menganggap wanita gila itu mengambil kesempatan atas sakit yang diderita nyonya Belinda, karena mengaku-ngaku sebagai anaknya.
"Sebaiknya kita masuk, aku sudah memasak makanan spesial untuk mommy" ucap Caroline manja dan sengaja berbohong jika dia habis memasak.
"Ayo, mommy ingin sekali memakan masakanmu, sayang" ujar Nyonya Belinda dengan antusiasnya.
Mereka lalu berjalan bersama-sama masuk ke dalam rumah dan berkumpul di meja makan untuk makan siang bersama sekaligus merayakan pesta kepulangan Nyonya Belinda.
Malam harinya....
Sehabis makan malam bersama, Emir memilih bergabung bersama ibunya yang sedang mengobrol di ruang keluarga bersama Caroline.
Rencananya malam ini Caroline akan menginap di kediamannya dan kemungkinan hari-hari berikutnya pun akan tetap sama. Emir tidak masalah jikalau Caroline tinggal di kediamannya, semua itu demi kesembuhan sang ibu.
"Sudah berapa lama kalian berpacaran? terus kapan kalian berencana menikah?" tanya Nyonya Belinda, membuat Emir dan Caroline tidak mampu menjawab pertanyaannya.
"Kenapa kalian malah diam" ucapnya heran.
"Mommy, tak perlu memikirkan hubungan kami. Tapi mommy hanya perlu fokus dengan kesembuhan mommy" ucap Emir dengan tatapan hangatnya.
"Untuk itu, mommy....."
"Waktunya minum obat" ucap Caroline cepat demi mengalihkan pembicaraan mereka.
Nyonya Belinda tampak malas meminum obat yang diresepkan dokter untuknya, karena tak berselang lama kemudian ia pun mulai mengantuk.
Emir langsung bergerak memapah ibunya ke kamar, sedang Caroline hanya mengekor di belakangnya yang sedang memikirkan rencananya untuk menjebak Emir.
Emir menghentikan langkahnya saat di depan pintu kamar ibunya.
"Biar aku yang mengurus mommy, sebaiknya kau beristirahat saja" ucap Emir dingin. Sedangkan Caroline berdengus kesal lalu bergegas menuju kamar yang ditempatinya. Dia gagal lagi mengambil perhatian Emir.
Diam-diam Emir memperhatikan mereka. Setelah memastikan Caroline menjauh dari tuannya, barulah dia menghampirinya.
"Tuan muda, jangan lupa dengan misi anda malam ini" ucap Martin mengingatkannya sembari membukakan pintu untuk tuannya.
"Hemm...terima kasih sudah mengingatkanku, aku hampir melupakannya" ucap Emir santai.
Sekarang giliran aku yang akan menguji kesabarannya. Kita lihat saja sampai dimana kemampuannya dalam menghadapi ku. Batin Emir menyeringai licik.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
lala
cieeaa udah main balas dendam, entar juga cinta mati
2024-05-24
2
lala
Caro ada melulu bikin kesel aje
2024-05-24
0
lala
kesabaran emir diuji oleh muslimah... nanti juga bakalan cinta mati luh
2024-05-24
0