"Tuan muda, aku sudah menemukan wanita yang akan melahirkan penerus anda" ucap Martin di ujung telpon.
"Hemm....bagus, segera bawa dia ke villa Green!" perintah Emir di ujung telpon.
"Maaf tuan muda, kenapa anda harus membawanya ke Villa Green, bukankah Villa itu berada di dalam hutan?" tanya Martin yang mulai dilanda penasaran.
Apa sebenarnya yang sedang direncakan oleh tuan muda, kenapa harus membawa gadis berhijab bernama Muslimah tinggal di Villa di dalam hutan, pikirnya. Kebetulan Martin sudah mendapatkan identitas diri Muslimah secara lengkap dan ternyata berasal dari negara tetangga.
"Itu sudah menjadi keputusanku, jadi jalankan saja perintahku, Martin!" ucap Emir terdengar kesal di ujung telpon, dikarenakan sekretarisnya terlalu banyak tanya.
"Baik tuan muda" ucap Martin dengan patuhnya, hingga panggilan telepon mereka berakhir.
Sementara itu, Emir sedang mondar-mandir di depan pintu ruang perawatan ibunya, karena dokter sedang memeriksa kondisi ibunya yang baru saja siuman. Untuk itu, dia diminta keluar dulu.
Caroline tampak menemaninya dan sedang duduk di kursi tunggu sambil bermain ponsel, mengingat pemeriksaannya masih lama dan dia butuh hiburan sejenak, karena sedari tadi Emir tidak pernah mengajaknya mengobrol bersama.
Jangankan mengobrol, menyapanya saja tidak pernah dilakukan pria yang super dingin itu. Syukur -syukur jika pria idamannya itu mengucapkan satu atau dua kalimat kepadanya.
Caroline menyimpan ponselnya di dalam tas mahalnya. Dia tidak ingin terus di diamkan seperti ini.
"Eemm...Emir" panggil Caroline terdengar manja.
"Kenapa?" sahut Emir sembari menoleh kearahnya.
"Bagaimana dengan kondisi Tante? apa dia baik-baik saja?. Sudah hampir sejam loh dokter memeriksanya dan tak kunjung keluar" ucap Caroline dengan raut wajah dibuat cemas.
Emir tidak menimpali ucapannya, pasalnya pintu ruangan ibunya sudah terbuka dan muncullah sosok Dokter yang baru saja selesai memeriksa kondisi ibunya.
"Bagaimana dengan kondisi ibuku, dok?" tanya Emir dengan guratan wajah terlihat cemas.
Dokter pria berkacamata itu hanya mampu menghembuskan nafasnya dengan kasar lalu mulai angkat bicara.
"Dari pemeriksaan, nyonya Belinda mengalami amnesia akibat benturan keras pada bagian kepalanya. Tapi kami terus berusaha keras melakukan yang terbaik demi kesembuhannya." ucap sang Dokter menjelaskan perihal kondisi nyonya Belinda.
Emir hanya mampu diam membisu mendengar penjelasan dokter tentang kondisi ibunya. Dia tidak bisa berkata-kata mendengar kondisi ibunya. Namun dia akan berusaha keras untuk menyembuhkan sang ibu bagaimana pun caranya.
"Tolong, lakukan yang terbaik dok, demi kesembuhan Tante Belinda." ucap Caroline dengan mata berkaca-kaca, dia sengaja memasang wajah sedih yang dibuat-buat semata-mata untuk menarik simpati Emir.
"Pasti nona, kami akan melakukan yang terbaik untuk kesembuhan Nyonya Belinda. Kalau begitu kami permisi dulu" ucap dokter berkacamata itu lalu pamit undur diri bersama perawatnya.
"Terima kasih, dok" ujar Caroline lalu mendekati Emir.
"Jangan khawatir Emir, Tante Belinda pasti sembuh kok." ucap Caroline sambil menyentuh bahu Emir untuk memberikan semangat untuknya.
"Iya, aku sangat percaya mommy pasti sembuh. Aku juga mau berterima kasih karena selama ini kau sudah membantuku menjaga, mommy" ucap Emir memilih menurunkan egonya.
Seketika Caroline tersenyum dalam hati seakan dirinya berada di atas langit mendengar ucapan pria pujaan hatinya.
"Aku sudah menganggap Tante Belinda seperti ibu kandungku sendiri. Jadi wajar jika aku ingin terus bersamanya dan merawatnya sampai dia sembuh" ucap Caroline sambil meneteskan air matanya lalu berhambur memeluk Emir.
Emir sama sekali tidak melakukan penolakan, dia membiarkan Caroline memeluk tubuhnya. Terdengar Isak tangis kecil keluar dari mulut wanita itu dan itu artinya menandakan bahwa Caroline sedang menangis.
Perlahan sebelah tangan Emir terangkat untuk menepuk punggung Caroline, namun akal dan perasaannya tidak sejalan, sehingga Emir tidak ingin melakukannya. Dia hanya diam dengan pikirannya. Sedangkan Caroline begitu berharap Emir mau membalas pelukannya.
Sial! Aku sudah mati-matian berakting di depannya, namun dia sama sekali tidak membalas pelukanku. Batin Caroline dengan kesalnya.
"Aku ingin melihat mommy" ucap Emir sambil melepaskan pelukan Caroline, lalu melangkah masuk ke dalam ruang perawatan ibunya.
Di dalam ruangan itu terlihat perawat sedang menyuntikkan obat pada cairan infus pasien. Perawat wanita itu tersenyum ramah melihat Emir, lalu pamit keluar.
Emir mencoba mengajak berbicara ibunya, namun tidak ada respon sama sekali. Nyonya Belinda hanya menatapnya dengan tatapan kosong seolah baru melihatnya.
Sementara Caroline mengambil keuntungan dari kondisi Nyonya Belinda. Dia mengaku-ngaku sebagai putrinya dan nyonya Belinda langsung saja percaya, berbeda halnya dengan Emir, Nyonya Belinda menganggap putranya sendiri sebagai orang asing.
Emir akan mencoba berbagi cara untuk mengembalikan ingatan ibunya. Dia akan melibatkan dokter dan terapi psikologis.
Mengenai rencana pernikahannya dengan Caroline, sepertinya dia harus segera melamar Caroline lalu menikahinya. Namun masalahnya bagaimana dengan wanita bayaran yang akan melahirkan penerusnya, haruskah dia menikahinya juga, tapi itu tidak mungkin akan dia lakukan.
Emir sungguh tidak ingin terikat pernikahan dengan seorang wanita bayaran.
*
*
*
Sementara di tempat lain.....
Muslimah sudah berada di villa Green, villa yang letaknya berada di dalam hutan belantara. Dimana hutan itu milik dari keluarga Zimraan, maka dari itu kakek Emir membangun sebuah Villa di dalam hutan sebagai tempat singgah saat melakukan perburuan.
Dengan menggunakan helikopter, Muslimah tiba di tempat itu tepat pukul lima sore, dimana suasana di sekitar villa mulai gelap akibat cuaca mendung yang menandakan akan turun hujan.
Muslimah disambut hangat kedatangannya oleh wanita paruh baya bersama putrinya yang bertugas menjaga Villa itu selama bertahun-tahun lamanya.
Martin bersama beberapa anggota The Black Night mengantar Muslimah ke villa Green secara sembunyi-sembunyi menggunakan helikopter, takutnya ada musuh yang mengetahuinya.
"Untuk sementara waktu nona harus tinggal disini. Nanti saya akan kembali untuk memberikan kontrak pekerjaan." ucap Martin memberitahu.
"Baik, tuan" ucap Muslimah dengan pandangan tertunduk dan begitu takut berhadapan dengan Martin.
"Pelajari ini dengan baik, apa-apa saja yang akan anda kerjakan selama tinggal di sini" ujar Martin sambil menyerahkan buku catatan berbentuk buku diary perihal yang harus dikerjakannya.
Muslimah menerima buku tersebut dengan ragu-ragu.
"Bu Anne, bawa nona ini ke kamarnya. Pastikan layani dia dengan baik. Jika terjadi sesuatu, kalian berdua penyebabnya." ucap Martin dengan tegasnya sambil menatap tajam ibu dan anak itu.
"Baik tuan!" ucap Bu Anne cepat dengan raut wajah ketakutan. Putrinya ikut bersembunyi di belakangnya
Putrinya bernama Julie dan masih berusia 15 tahun. Julie merupakan putri satu-satunya Bu Anne dan seorang tuna rungu. Sudah bertahun-tahun mereka tinggal bersama di villa Green dan memang tugasnya menjaga Villa tersebut.
"Saya akan kembali esok lusa" ucap Martin mengingatkannya sebelum melenggang pergi.
Seketika ibu dan anak itu bernafas lega melihat Martin berjalan keluar dari villa. Lalu mereka membawa Muslimah di kamar yang berada di lantai dua.
Segala keperluan Muslimah sudah berada dalam kamar tersebut, termasuk pakaian dan perlengkapan wanita lainnya sudah lengkap. Anehnya yang menyiapkan semua itu adalah Martin.
Beberapa hari berlalu.....
Muslimah mulai betah tinggal di villa. Udara segar yang dihirupnya setiap hari membuatnya damai serasa berada di kampung halamannya. Apalagi Bu Anne dan putrinya sangat baik kepadanya. Ia serasa memiliki keluarga disini.
Saat ini Muslimah baru saja selesai melaksanakan sholat isya. Dia duduk di atas tempat tidur sambil memangku buku catatan yang diberikan oleh Martin.
"Aku belum sempat membaca buku ini. Apa sebenarnya yang harus aku kerjakan dalam buku ini" ucap Muslimah penasaran lalu mulai membuka buku tersebut untuk membacanya.
"Astaghfirullah, apa aku tidak salah baca!. Tidak, ini tidak mungkin" ucap Muslimah terkejut dan tidak sengaja menjatuhkan buku ditangannya.
Terdengar suara helikopter semakin mendekati Villa membuat Muslimah begitu penasaran siapa yang datang. Pasalnya Martin sudah berada di Villa dari tadi sore.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
tzyii
bagus
2024-05-18
1
Fatma
lanjut dong Thor
2024-05-18
0
lala
makin penasaran kelanjutan nya
2024-05-18
0