“Yang halal kau nistakan, sementara yang haram kau agung-agungkan, Mas!” batin Emelia benar-benar hancur ketika mengetahui kebenaran kehamilan seorang Clara.
Clara yang terus Endah sanjung di antara panggilan sayang yang terus menyertai, diperlakukan sangat spesial oleh Endah. Perlakuan nyaris mirip dengan perlakuan yang sempat Emelia dapatkan dari Endah di awal mereka kenal.
Kenangan masa lalu hubungan Emelia dan Endah yang memang diawali penuh kebahagiaan, seketika bergulir menghiasi ingatan Emelia. “Aku enggak mau hancur sendiri. Apalagi kalian memulai hubungan kalian di atas dosa!” batin Emelia sambil menahan sesak luar biasa di dadanya.
Air mata Emelia tak kunjung kering meski wanita itu sudah berusaha melupakan apa yang terjadi antara Clara dan juga Endah. Seharian bekerja, tubuh sampai terasa makin lelah karena tangis dan kesedihannya.
••••
Treeeeetttttttt!
Emelia yang buru-buru menyeberang jalan di tengah kegelapan, tertegun menatap pasrah mobil sport hitam di hadapannya. Selain suasana di sana yang gelap, mobil tersebut juga mengemudi sangat cepat hingga terasa mendadak muncul begitu saja.
Sempat berpikir akan mati sia-sia setelah menjadi korban tabrak lari mobil tersebut, nyatanya pengemudi mobil tersebut malah Leo.
“Bos, ... mbak Emelia!” ucap Mir sengaja mengabarkannya kepada sang bos yang masih fokus dengan ponsel.
Kenzo yang awalnya tengah menyaksikan foto-foto Endah dan Clara, ketika keduanya di rumah sakit, refleks mengernyit. Foto-foto tersebut juga merekam keromantisan Endah dan Clara, ketika keduanya baru keluar dari ruang pemeriksaan khusus kandungan.
Beberapa saat kemudian, Mir yang tidak menyetir, sengaja keluar. Mir menyapa Emelia dan berdalih akan mengantarnya pulang.
“Bos Kenz juga sudah menunggu, Mbak!” santun Mir sampai membungkuk di hadapan Emelia.
Meski tak sampai melakukan perhatian mencolok, sebenarnya Kenzo juga menunggu kedatangan Emelia. Apalagi setelah ia melihat foto-foto Clara dan Endah. Fatalnya, menurut informasi yang ia dapat dari Mir, selain Clara sudah sampai hamil tiga bulanan, Emelia juga mengetahuinya. Sebab tampaknya, Clara sengaja melakukan pemeriksaan di rumah sakit Emelia bekerja.
“Apakah Kakak sudah siap untuk membunuhku?” tanya Emelia ketika dirinya akhirnya duduk di sebelah Kenzo. Ia tak sedikit pun melirik Kenzo di tengah kegelapan yang menyertai keadaan.
Kedua anak buah Kenzo yang mendengar pertanyaan bernada dingin dari Emelia, refleks saling lirik.
“Jangan pernah mati sebelum mereka yang melukaimu mati karena luka maupun derita bertubi-tubi!” tegas Kenzo yang kemudian menyodorkan layar ponsel miliknya kepada Emelia. Ia sudah membuat layar ponselnya berisi foto Endah dan Clara.
Mobil sudah lanjut jalan, meski sesekali, kedua orangnya Kenzo akan berkode mata. Keduanya memilih diam dan memang baru akan berbicara jika diminta.
“Aku sudah mengetahuinya. Bahkan sekarang juga, aku akan ke kantor polisi!” tegas Emelia yang kemudian menoleh sekaligus menatap Kenzo. “Tolong jangan membunuh mereka, sebelum mereka mendekam di penjara.”
Kenzo langsung mendengkus malas. Ia juga menepis tatapan Emelia dan malah lebih memilih mengeluarkan kotak rokoknya. “Berharap kok ke hukum negara yang bisa dibeli dengan uang maupun kekuasaan,” ucapnya sambil menyalakan rokoknya.
“Kalau begitu, beri aku banyak uang agar aku bisa memenangkan keadilan untukku. Agar aku bisa memberi orang-orang seperti mereka pelajaran!” sergah Emelia sangat emosional. Ia bahkan menatap penuh menuntut kepada Kenzo di tengah air matanya yang berlinang.
Kenyataan Emelia yang tengah sangat emosional, sempat membuat seorang Kenzo bengong.
“Jika uang dan kekuasaan bisa membeli keadilan, tolong beri aku salah satu dari itu, Kak!” pinta Emelia sengaja menagih. Karena yang ada, Kenzo justru jadi bengong.
“Istighfar!” singkat Kenzo yang kemudian fokus merokok. Selain itu, ia juga sengaja memunggungi Emelia dan ia dengar jadi sibuk menghela napas pelan sekaligus dalam, sambil istighfar.
“Antar dia ke kantor polisi terdekat. Biarkan dia melaporkan Endah dan wanita penjudi itu,” ucap Kenzo sambil mematikan rokok yang masih setengah, tak lama setelah Emelia batuk-batuk.
Kenzo tahu Emelia anti rokok. Apalagi, Emelia hidup di lingkungan medis. Emelia berbeda dari Bella meski keduanya kakak beradik sekaligus berasal dari orang tua yang sama. Karena ketika Emelia mengabdikan hidupnya untuk orang tua, pasangan, dan tentunya Allah. Bella justru nyaris memiliki watak sekaligus kebiasaan kembar dengan Clara—baca novel : Rujuk Bersyarat Turun Ranjang.
Yang membuat Kenzo salut, Emelia tetap tidak pernah menjeratnya dengan banyak aturan bahkan mengenai rokok. Emelia hanya akan memberinya obat maupun vitamin khusus, layaknya sekarang.
“Biar paru-paru Kakak aman,” lembut Emelia sebelum pergi.
Demi apa pun, hati Kenzo jadi tersentuh. Bukan hanya karena sikap lembut Emelia, tapi juga semua tentang mereka. Dari masa lalu mereka, juga masa-masa kini Emelia yang dipenuhi oleh luka bahkan masalah.
Setelah sempat terpaku menatap obat dan vitamin yang Emelia tinggalkan di tempat duduk bekas wanita itu duduk, Kenzo yang juga sempat memandangi kepergian Emelia, tiba-tiba mengejutkan Emelia. Kenzo mendadak ada di sebelah Emelia yang sedang sibuk memenuhi laporan.
Emelia yang harusnya menandatangani surat laporan buatannya di atas materai, tertegun menatap Kenzo. Ia sampai menengadah.
“Sampai kapan pun, ... aku tidak akan membuatmu berjuang sendiri lagi,” batin Kenzo yang tahu, Emelia masih kerap meliriknya.
Tak lama kemudian, Kenzo tetap terjaga di depan masjid Emelia menunaikan shalat isya.
“Kak, ... ayo ....” Emelia yang masih memakai mukena lengkap, berbisik-bisik mengajak Kenzo untuk shalat juga.
“Kalau memang kamu sudah selesai, cepat pulang! Kerjaanku masih banyak!” kesal Kenzo buru-buru pergi dari sana.
Selain Kenzo yang sampai mengomel, pria itu juga buru-buru pergi. Alasan yang membuat Emelia buru-buru lari menyusul. Emelia sampai menggelinding menuruni anak tangga lantaran sepatunya yang agak berhak tinggi, menginjak mukenanya bawah.
Apa yang terjadi pada Emelia nyaris membuat Kenzo jantungan. Kenzo buru-buru lari menghampiri Emelia. Ia bahkan sudah langsung sigap merengkuh tubuh Emelia.
Untuk beberapa saat, Emelia yang sempat pusing luar biasa, refleks diam. Emelia yang masih memegangi kepalanya menggunakan kedua tangan, merasakan sentuhan Kenzo. Sementara Kenzo yang sadar Emelia merasa terganggu dengan kedua tangannya, memilih mengakhirinya.
“Maaf ...,” lirih Kenzo.
Emelia mengangguk-angguk sambil berusaha bangun sendiri. Ia dapati, kedua sepatunya yang masih terpisah di anak tangga.
“Enggak usah pakai yang ada heelsnya kenapa? Kamu itu pakai pakaian syari. Taruhannya nyawa kalau kamu jatuh seperti tadi!” omel Kenzo.
Emelia mengangguk-angguk menurut sambil menenteng tas kerjanya. Ia melangkah tanpa alas kaki menuju mobil Kenzo yang masih dijaga oleh dua anak buahnya. Tadi, Mir dan Leo sempat ikut lari menghampiri Emelia ketika Emelia menggelinding dari anak tangga paling atas.
Keesokan paginya, Emelia dibuat bertanya-tanya mengenai kiriman lemari terbilang besar, dan itu berisi aneka sepatu tanpa heels. Selain semua ukuran memang ukuran Emelia, penerima dari kiriman tersebut juga Emelia.
“Buanyak banget, Kak! Dikirimnya pas Kakak libur lagi! Ini beneran dikirim dari orang, apa Kakak beli sendiri? Ada acara apa, sih? Ini beneran buat Kakak, apa endorse?!” Berliana jadi makin berisik.
“Masa iya, semua ini dari Endah? Sementara semenjak menikah, dia jadi perhitungan, dan kalian pun sedang menjalani proses perceraian?” tanya ibu Latifah.
“Ini pasti kak Kenzo,” pikir Emelia yang kemudian kebingungan harus menaruh lemari sepatunya di mana.
“Kami harus menaruhnya di tempat yang tepat sesuai permintaan Mbak Emelia!” ucap seorang pria yang mewakili ketiga rekannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Lienaa Likethisyow
mudah2an kenzo kebuka pintu hatinya biaa lebih baik lagi🤗🤗 cie cie kenzo tanda2 bucin🤩🤩
2024-12-20
0
Nila Susanti
oo ni Bella yg sakit canser ya ..
2024-12-17
0
guntur 1609
cie..cie ...kenzo sdh gak sabar ingin punya istri baru. nampak org yg kesepian
2024-10-07
1