Kekhawatiran yang membuncah menjadi alasan Kenzo seolah memiliki kekuatan bahkan nyawa tambahan. Walau dunianya mendadak terasa hening sekaligus seolah berputar lebih lambat, padahal perkelahian sengit penuh luka berdarah-darah tengah berlangsung. Meski beberapa peluru, lemparan celurit maupun belati mendarat ke kepala, wajah, dan juga anggota tubuh Kenzo yang lain. Pada akhirnya semua yang di sana tumbang termasuk Kenzo sendiri.
Napas yang memburu, air mata yang mengalir, juga tubuh yang gemetaran akibat sakit luar biasa dari luka-lukanya, menyertai Kenzo. Ia terkapar di antara para mafia yang sudah pucat.
“Orang-orangku yang aku tugaskan mengawasi mereka, bisa memperkosa Emelia maupun adiknya, kapan saja. Pondok bahkan rumah Emelia juga bisa kami bakar kapan pun kami mau.”
Lagi-lagi, ucapan Xander menampar Kenzo pada kenyataan yang memaksa pria itu untuk tetap hidup. “Aku harus segera mengamankan Emelia!”
Tekad Kenzo sudah bulat. Namun sebelum ia benar-benar pergi menggunakan speed boat, ia sengaja membuat kapal yang ia tinggalkan bocor parah agar bisa tenggelam secara perlahan.
••••
“Kau di mana?!”
Suara Kenzo yang terdengar emosional antara kesal, lelah, tapi juga menahan sakit di sambungan telepon yang Emelia punya, membuat Emelia terjaga. Namun, Emelia yang terlalu bingung justru jadi tidak bisa menjawab. Lidah Emelia menjadi kelu luar biasa hingga tak ada sepatah kata pun yang terucap. Padahal, Emelia sangat mengkhawatirkan Kenzo yang ia yakini tidak baik-baik saja.
Di tengah suasana yang terbilang sepi, dan hanya akan sesekali dihiasi suara lirih dari rintih sakit, Emelia yang sudah berdiri dari duduknya, mendapati langkah pelan dari pintu belakang. Selain itu, bunyi suara memantul dari sambungan telepon Kenzo benar-benar mengganggu—seolah pria itu menghubungi Emelia dari jarak yang sangat dekat.
“I—itu, ... jangan-jangan itu Kak Kenzo!” batin Emelia amat sangat yakin. Ia segera memastikan.
Alasan di sana terbilang sepi karena kini memang baru pukul empat pagi lewat dua belas menit. Emelia memastikannya pada layar ponselnya. Seperti yang Emelia duga, bersama sambungan telepon yang makin berdengung, sosok yang datang dari pintu belakang sungguh Kenzo. Namun yang membuat jantung Melia seolah copot, keadaan Kenzo sangat mengenaskan.
Kenzo penuh luka. Kali ini pria itu sampai memakai topi maupun masker hitam hingga sebagian wajahnya tertutup. Namun pandangan Emelia masih sangat jelas. Emelia juga bisa membedakan aroma air, keringat, dan juga darah yang melekat di tubuh Kenzo.
Setelah sama-sama terpaut dalam tatapan dalam penuh kepedulian, Kenzo malah buru-buru pergi dari sana.
“Jika Kakak pergi, berarti Kakak siap menikahiku! Aku akan meminta bantuan orang tuaku untuk melakukannya, Kak!” refleks Emelia yang yakin, Kenzo sedang terluka parah karena dunia mafia yang digeluti pria itu. Hanya saja, tampaknya Kenzo juga memiliki alasan kenapa pria itu sampai mencarinya.
Detik itu juga, Kenzo yang sudah sempat melangkah pergi, berangsur berhenti.
Emelia yakin, alasan Kenzo mencarinya bukan karena pria itu ingin mendapatkan simpati apalagi sampai minta diobati. Namun, memang ada yang fatal hingga pria itu butuh mewajibkan keadaannya secara langsung. Apalagi, keadaan Kenzo yang terluka parah, sangat berisiko hanya untuk menemui Emelia yang bekerja untuk umum.
Beberapa saat kemudian, di dalam mobil Kenzo dan belakangnya disertai ranjang baring layaknya ambulans, Kenzo terkapar di sana. Bukan lagi Mir dan Leo yang merawat Kenzo karena selain keduanya sedang berpatroli di sekitar rumah maupun pondok pesantren milik orang tua Emeli. Kini, yang merawat Kenzo benar-benar hanya Emelia.
Kenzo masih sadar. Napasnya masih terengah-engah dan memang belum stabil. Dadanya yang sudah tak lagi disertai baju termasuk itu jaket kulit hitam, naik turun secara teratur. Sesekali, pandangannya mengawasi wajah Emelia yang sebagiannya masih tertutup masker. Emelia begitu fokus mencabut peluru di dalam dada kirinya. Kenzo yakin, Emelia nekat melakukannya karena jika bukan Emelia yang melakukannya, nyawa Kenzo bisa melayang.
Sebenarnya Kenzo heran, kenapa Emelia makin getol menjadikan pernikahan untuk mereka sebagai ancaman? Namun Kenzo yakin, alasan Emelia begitu karena Emelia ingin melindunginya. Emelia yang tahu dunia Kenzo yang sekarang, ingin menariknya dan membawanya untuk sama-sama berhijrah.
Seperti biasa, perlengkapan peralatan kesehatan di sana sangat lengkap. Bahkan lebih lengkap dari yang di IGD Emelia bekerja.
“Berapa banyak uang yang masih Kakak butuhkan?” lirih Emelia. Ia masih fokus dan tak sedikit pun melirik Kenzo.
“Namun, ... benarkah alasan Kakak begini, masih karena uang? Bukankah harusnya sudah mencukupi?” lanjut Emelia.
“Berani kamu mencampuri urusan pribadiku, ... aku tak segan untuk membunuhmu! Tak peduli meski aku pernah menolongmu bahkan aku pernah menjadi kakak iparmu!” ucap Kenzo di setiap Emelia mengobati luka-lukanya.
“Sampai kapan pun, aku tidak akan pernah mati bahkan meski Kakak membunuhku berulang kali. Ayo kita sama-sama berhijrah, Kak! Tolong tinggalkan dunia hitam ini!” tulus Emelia kepada Kenzo yang tak hanya pernah menjadi kakak iparnya. Sebab mafia bengis yang selalu menyelamatkannya itu juga merupakan cinta pertamanya.
Dengan kedua mata yang sudah basah, Emelia berangsur menatap kedua mata Kenzo yang juga sudah balas menatapnya.
“Jujur, dari dulu aku sudah mencintai Kakak. Sejak aku kelas tiga SMP, dan aku belum tahu ternyata alasan Kakak perhatian kepadaku karena Kakak dengan Kak Bella. Sampai akhirnya kalian putus nyambung, aku masih berharap. Walau pada akhirnya, Kakak justru menikah dengan mamanya Alesha.” Emelia menyampaikannya berat di tengah sesak yang perlahan membuat napasnya memburu.
“Pada akhirnya setelah Kakak bercerai dengan mamanya Alesha, Kakak justru menikahi kak Bella dengan segala drama kalian. Di saat itu aku ikhlas dan memilih menata hidupku, menghapusmu selama-lamanya dari hidupku.”
“Aku memilih menerima lamaran mas Endah atas permintaan orang tuaku, meski pada akhirnya justru begini.”
“Jadi, jika memang alasan Kakak bertahan di dunia Kakak yang sekarang memang uang. Kakak bisa melakukan apa yang mas Endah lakukan.”
“Jual aku, dan pakailah semua hasilnya. Dengan syarat, setelah Kakak mendapatkan yang Kakak inginkan, ... Kembali lah ke jalan yang benar!”
“Aku ikhlas!”
“Rasanya beneran enggak ikhlas, Kak. Kalau ingat cerita Alesha tentang Kakak.”
“Alesha bilang, sekarang papanya sibuk kerja ke luar kota biar Alesha bisa sekolah tinggi. Biar Alesha bisa beli semua yang Alesha mau.”
“Alesha sangat membanggakan Kakak sebagai papanya.”
“Alesha bilang ...,” ucap Emelia tersedu-sedu di tengah pandangan yang jadi buram karena air mata yang berlinang.
Namun, bukan hanya Emelia yang menangis. Karena Kenzo yang jadi bungkam, juga menjadi berlinang air mata.
“Alesha ...,” batinnya pedih. Benar-benar pedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Aileen
pasti ada pelangi 🌈 selepas hujan aq doakan kalian berjodoh Amelia,hayo thor di tunggu up ny
2024-06-04
2
IG : @Rositi92❣️❣️🏆🏆💪🤲
Bab Selanjutnya sudah aku up ya ❤️❤️❤️
2024-05-11
0
Susi Akbarini
duhhhh..
bisa hancur hari Alesa kalao tahu pekerjaan papanya..
❤❤❤❤
2024-05-11
2