Gugatan perceraian yang Emelia layangkan kepada Endah, benar-benar membuat pria berkacamata itu terkejut. Endah sampai melepas kacamatanya, kemudian menatap tak percaya apa yang ia dapatkan dari kotak pos di depan rumahnya. Tempat di mana setiap kiriman barang termasuk itu surat untuknya, ditaruh oleh para kurir di sana.
“Surat ini benar-benar baru dikirimkan?” lirih Endah yang kemudian memeriksa setiap lembar selaku isi amplop yang ia dapatkan.
“Iya, ... Emelia benar-benar melakukan ini. Apa kabar dia setelah aku jual?”
“Berarti, sudah hampir dua minggu kami tidak bertemu.”
Endah masih merenung serius, ketika seorang wanita berseru dari mobil di seberangnya.
“Sayang!” teriak wanita cantik bergaun merah terang. Bibir merah menyala yang terus tersenyum manja kepadanya, menjadi alasan seorang Endah tersenyum juga.
“Clara jauh lebih baik dalam segala hal ketimbang Emelia. Apalagi dari fisik, pola pikir, khususnya latar belakang, Clara lebih unggul. Walau Clara seorang janda dan anaknya sudah TK, dia tetap sangat menjaga penampilan. Selain itu, dia juga punya mobil, wanita karir, dan keluarganya pun tidak miskin seperti keluarga Emelia,” batin Endah.
“Yang paling enggak bisa aku toleransi, dikit-dikit Emelia juga harus ke orang tuanya karena orang tuanya sudah sakit-sakitan.”
“Memang, aku enggak keluar uang sepeser pun buat bantu. Namun kalau dipikir, Emelia terlalu berat ke orang tuanya hanya karena sekarang, dia anak tertua.”
“Termasuk juga hasil kerja dia sebagai perawat. Meski aku sedang butuh banyak modal buat mengembangkan rumah makanku, ya mana mungkin Emelia bisa bantu. Yang ada, dikit-dikit Emelia merengek minta dibantu urus orang tuanya yang sakit-sakitan.”
“Ya meski memang sudah jadi kewajibanku juga, tetap saja aku gondok. Karena maunya, rumah tangga kami hanya berisi aku dan Emelia. Jangan baru juga mau pemanasan, Emelia sudah ditelepon adiknya dengan banyak drama di keluarganya. Yang pada akhirnya, Emelia harus ke mereka dan aku dibiarkan kesepian sendirian!” batin Endah.
Endah tak keberatan untuk memperceraikan Emelia secara sah menurut hukum. Apalagi selain baginya Emelia begitu banyak kekurangannya, ia memang sudah memiliki pengganti sejak lama dan itu Clara.
Hubungan Endah dan Clara sudah terjalin empat bulan lamanya. Clara mau-mau saja dijadikan pacar, meski sampai saat ini, menurut hukum, Endah masih resmi menjadi suami Emelia. Selain itu, hubungan mereka juga diketahui oleh keluarga mereka. Malahan, orang tua mereka mendukung. Yang mana, baik bagi orang tua Endah apalagi Endah sendiri, maunya Clara menjadi pacar Endah dan setia menunggu Endah cerai dari Emelia, membuktikan bahwa Clara merupakan wanita setia. Bagi Endah yang juga sudah melakukan hubungan senggam.a dengan Clara layaknya suami istri normal, Clara ini tipikal wanita yang patut diperjuangkan.
Sudah dari latar belakang saja sangat berada. Mau menemani Endah dalam duka bahkan meski mereka belum menikah. Bagi Endah, semua itu membuat Clara sangat spesial dari wanita manapun bahkan itu Emelia. Padahal sebelumnya, hubungan Endah dan Emelia juga atas dasar saling cinta. Namun bersama Clara sang janda yang serba bisa melebihi panci serba guna, Endah merasa sempurna. Endah merasa hidupnya jadi lebih berwarna.
“Namun setidaknya aku juga harus berterima kasih ke Emelia. Karena berkat dia, hutang ratusan jutaku lunas!” batin Endah yang segera keluar dari halaman rumahnya. Buru-buru ia membuka gembok gerbang rumahnya. Karena beberapa saat lalu setelah memarkir mobilnya, ia juga sengaja kembali mengunci gembok pintunya. Di tengah kegelapan yang sudah menyertai malam, Endah sungguh tidak sabar untuk segera menghampiri pujaan hatinya.
••••
Di tempat berbeda, di lingkungan padat pemukiman dan sampai dihiasi pondok pesantren lengkap dengan masjid. Emelia baru pulang kerja. Rasa lelah yang terasa luar biasa membuat Emelia memutuskan untuk lebih dulu duduk di teras rumahnya. Menghela napas dalam, Emelia mengawasi sekitar.
“Ya Allah ... masya Allah sekali masih bisa merasakan lelahnya kehidupan karena seabrek pekerjaan. Ya sudah, ini sudah cukup menjadi waktu istirahat untuk hamba. Hamba tinggal merawat kak Kenzo dan semoga keajaiban segera kak Kenzo dapatkan,” batin Emelia.
Tak sampai satu menit dari duduknya, Emelia sudah kembali berdiri. Emelia melangkah masuk ke dalam rumah orang tuanya yang terbilang sederhana. Rumah yang selama satu minggu terakhir kembali menjadi tempat tinggalnya.
Baru masuk, Emelia sudah disambut oleh batuk sang bapak. Dari kamar paling depan sebelah ruang tamu selaku ruang pertama setelah pintu masuk, suara itu terdengar. Di dalam sana, pak Abdi selaku ayah dari Emelia menjalani infus, selain pipis pria baya itu yang sudah ditampung menggunakan wadah khusus.
“Obatnya sudah diminum tepat waktu, kan, Yah?” lembut Emelia sudah langsung menyelipkan termometer di salah satu ketiak sang ayah. Kemudian, yang ia lakukan ialah memasang stetoskop dan melakukan pemeriksaan menggunakan alat tersebut.
“Su—dah. Tadi sebelum masak, ibumu sudah urus ....” Pak Abdi makin sesak napas.
Sampai sekarang, kesehatan sang ayah menjadi alasannya. Jadi, melakukan gugatan perceraian agar ia terbebas dari Endah secara hukum, juga Emelia lakukan secara diam-diam.
“Coba kamu cek kak Kenzo juga. Itu tadi selepas isya, ... uhuk ... uhuk ... selepas isyaaa, ... kak Kenzo siuman!” ucap pak Abdi makin berat.
Sempat terkejut dan memang merasa sangat bahagia dengan kabar terbaru mengenai keadaan Kenzo dari sang ayah. Kenyataan sang ayah yang menang makin parah, membuat Emelia merasa makin serba salah. Akan tetapi, faktor usia yang membuat sang ayah mengalami beberapa komplikasi, membuat Emelia makin mewajibkan diri untuk bersabar. Sebab andai Emelia menyembuhkan salah satu penyakit ayahnya, dampaknya akan menciptakan penyakit baru. Begitu terus, hingga yang mengurus pak Abdi termasuk Emelia sendiri, juga ikut sakit. Hanya saja, Emelia maupun sang ibu tak mungkin menunjukkannya kepada pak Abdi.
“Coba dilihat dulu kakakmu. Ayah baik-baik saja,” yakin pak Abdi dan membuat Emelia membalasnya dengan anggukan.
“Kak Kenzo akhirnya siuman?” batin Emelia yang langsung menuju kamar paling belakang di kediaman orang tuanya.
Selama satu minggu terakhir, Kenzo dan kedua orangnya memang tinggal di sana. Mereka sengaja menyembunyikan keadaan Kenzo. Selama di sana, selain Emelia yang membantu memantau perkembangan keadaan Kenzo, ibu dan adik Emelia juga turut menyediakan makanan untuk kedua orang Kenzo yaitu Mir dan Leo. Tentunya, semua itu atas izin pak Abdi yang juga sangat peduli kepada Kenzo. Bahkan meski Bella sang putri yang Kenzo nikahi, sudah tak ada lagi dalam kehidupan ini.
“Innalilahi ...?!” refleks Emelia benar-benar terkejut. Sebab Kenzo yang baru ia dengar kabar siumannya sudah gagah dan tampak siap pergi.
Untuk sejenak, tatapan Kenzo langsung terkunci pada wajah khususnya kedua mata Emelia. Kenzo merasakan kebahagiaan tersendiri hanya karena kini, Emelia sudah kembali menjadi muslimah taat lagi. Khususnya, kenyataan Emelia yang sudah kembali menutup Auratnya lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Al Fatih
Endah.....,, Endah....,, tunggu waktu utk menendang mu....
2024-10-31
0
Yuli a
ini nih... laki2 modelan endah ni laki2 MOKONDO. gk mikir. clara kyak gt tu soalnya pngin dpetin kmu. klo udh dpet pasti tr klihatan aslinya...
lgian bisa2nya cewek sesholehah emilia bisa punya suami kyak gt.. dikarungin aja sih trus ceburin ke laut si endah ni...🤣🤣🤣
2024-05-06
6
Dewi kunti
Endah drg oleh karmane dr author 🤭🤭🤭
2024-05-05
0