“Kak Kenzo mau ke mana? Kakak bahkan baru siuman!” sergah Emelia, tapi kedua mata Kenzo yang awalnya fokus menatapnya, perlahan menepisnya.
“Banyak hal yang harus aku bereskan,” sergah Kenzo sambil mengancing ritsleting jaket kulitnya. Ia sengaja tak melanjutkan ucapannya lantaran dari luar, ada yang datang.
Ibu Latifah dan adik Emelia datang. Keduanya tampak penasaran pada apa yang terjadi. Selain itu, nampan berisi menu makan malam, menjadi alasan mereka masuk ke sana. Tentunya, sebelum masuk, mereka juga sudah sampai mengetuk pintu.
Kehadiran ibu dan adik Emelia, membuat suasana di sana hening. Karena Kenzo yang awalnya akan membahas beberapa hal dengan Emelia, juga tidak jadi. Meski tampak terpaksa, pada akhirnya, Kenzo memboyong Mir dan Leo ke meja makan yang ada di dapur. Ketiganya makan malam dengan Emelia dan juga ibu maupun adiknya. Hanya saja, acara makan malam mereka berlangsung tanpa obrolan. Sebab semuanya kompak diam. Namun sesekali, ibu Latifah maupun Berliana adik Emelia, akan saling berkode mata mengawasi Kenzo, Mir, maupun Leo, silih berganti. Sebab pakaian serba hitam, juga sikap ketiganya yang sama-sama dingin sekaligus misterius, sangat mengusik perhatian mereka.
Bagi ibu Latifah maupun Berliana, Kenzo dan kedua rekannya itu mirip bagian dari organisasi. Yang mana keduanya khawatir, organisasi yang ditekuni ketiganya bersikap menyimpang. Karena selain pakaian serba hitam, sikap dingin ketiganya yang amat sangat misterius, dirasa ibu Latifah maupun Berliana, sudah sangat kuat membuktikan kecurigaan mereka.
“Sebelumnya, saya benar-benar minta maaf karena sudah merepotkan. Bahkan saya yakin, saya sudah membuat kalian semua khawatir,” ucap Kenzo sambil menunduk dalam.
“Enggak apa-apa, Nak Kenzo. Jika Nak Kenzo butuh apa-apa. Atau memang sedang di sekitar sini, jangan segan buat mampir bahkan menginap. Anggap saja rumah ini seperti rumah sendiri. Karena meski Bella sudah tidak ada, kami tetap menganggap kamu sebagai anak laki-laki kami,” ucap ibu Latifah yang memang tetap menghargai Kenzo. Selain itu, pada kenyataannya ia juga masih sangat peduli kepada Kenzo, yang selama menjadi ini, selalu bersikap baik.
“Namun aku percaya, ibu Latifah maupun Berliana, telanjur curiga ke aku. Apalagi, luka-lukaku beneran fatal. Ya ... tunggu saja pembalasanku. Termasuk Endah, dia juga akan menjadi sasaran empuk utamaku. Aku akan membuat Endah malu, memaksanya tak berbusa.na di jalan umum, seperti apa yang dia lakukan kepada Emelia. Intinya, Endah wajib dipermalukan semalu-malunya!” batin Kenzo.
••••
“M—mas ...,” ucap Emelia ketika akhirnya ia mengantar Kenzo hingga depan pintu.
Kenzo berangsur berhenti melangkah. Ia membiarkan Mir dan Leo, pergi lebih dulu. Mobil mereka ada di depan masjid dan memang masih dikelola orang tua Emelia.
Sadar Kenzo tak mungkin menghampiri bahkan meliriknya, Emelia sengaja menghampiri Kenzo. Ia membuka ponsel di tangan kanannya. “Siang tadi, Alesha cabut gigi, Mas. Gigi depan atas sebelah kanannya sudah goyang agak lama dan sudah ada ganti yang mulai tumbuh juga. Ini tadi, aku sengaja foto,” cerita Emelia.
Disinggung tentang Alesha, Kenzo yang sempat sangat dingin, langsung menjadi melow. Mata Kenzo bahkan langsung basah hingga pandangannya jadi buram. Padahal, foto gadis kecil bernama Alesha yang menghiasi layar ponsel Emelia, tengah ia tatap dengan saksama.
Alesha merupakan putri semata wayang Kenzo dari pernikahan pertamanya. Karena sebelum menikah dengan Bella, Kenzo memang pernah menikah dengan Khalisa. Kini, Alesha sudah menjadi calon muslimah yang sangat cantik. Gadis kecil yang mewarisi manik mata biru milik Kenzo itu makin istiqomah dalam menjaga penampilannya.
“Apakah demi Alesha, Kakak tetap tidak bisa berhenti menjadi mafia?” ucap Emelia sangat hati-hati.
Emelia sengaja memanfaatkan Alesha untuk menarik Kenzo dari kehidupan mafia yang kini dijalani. Namun, keputusannya itu membuat Kenzo menatapnya dingin. Kenzo bahkan buru-buru mengembalikan ponsel Emelia.
“Berani kamu mencampuri urusan pribadiku, ... aku tak segan untuk membunuhmu! Tak peduli meski aku pernah menolongmu bahkan aku pernah menjadi kakak iparmu!” ucap Kenzo benar-benar dingin.
Bukan hanya mata tajam Kenzo yang langsung menusuk kedua mata bahkan jantung Emelia. Karena ucapan Kenzo barusan bahkan terdengar sangat keji di telinganya sendiri, juga langsung menyesakkan dada Emelia. Kedua mata Emelia basah, dan Emelia tak kuasa menjawab.
“Cari aku ketika Kakak butuh! Nomor ponselku masih sama! Tempat kerjaku juga masih sama!” lantang Emelia di tengah air matanya yang berlinang membasahi pipi.
Meski sengaja tak menghentikan langkahnya bahkan sekadar melirik Emelia, Kenzo yang melangkah cepat, tetap mendengar ucapan Emelia dengan jelas.
“Ya Allah ... apakah di mata mereka, hamba sangat hina, hingga berbicara baik-baik saja, hamba seolah tidak pantas mendapatkannya?” pikir Emelia sambil menahan tangis. “Pertama, Mas Endah. Yang dengan teganya menjual hamba. Nah sekarang, ... ya sudah. Hamba sadar diri, kok. Hamba tahu diri dan tak akan pernah memaksa mereka untuk sekadar menganggap hamba ada,” batin Emelia.
“Emelia pasti langsung sakit hati gara-gara ucapanku tadi,” batin Kenzo jadi kepikiran. Ia yang duduk di tempat duduk belakang sopir jadi merasa sangat bersalah kepada Emelia.
“Enggak apa-apa. Begini jauh lebih baik untuknya. Karena dekatnya dia denganku, bisa membuat Emelia memiliki banyak masalah!” batin Kenzo yang kali ini makin mantap menjaga jarak dari Emelia.
“Bos, jadi langsung ke rumah Endah?” tanya Mir yang kebetulan tengah fokus menyetir.
“Iya, ... bakar habis rumah termasuk kendaraannya. Biar dia benar-benar mis.kin, tanpa ada lagi yang bisa dia jual!” bengis Kenzo yang kemudian menyulut rokok di bibirnya. Ia mengatakannya tanpa sedikit melirik Mir sebagai lawan bicaranya.
Namun, Mir yang memang mengabdi kepada Kenzo, sama sekali tidak mempermasalahkannya.
Sekitar pukul sepuluh malam, mereka sampai di kompleks perumahan rumah Endah berada. Suasana rumah Endah benar-benar sepi, tapi mobil Endah masih ada di garasi sebelah rumah.
“Sepi banget, Bos!” bisik Mir yang sudah mengawasi dari depan gerbang rumah. Sementara di depan bagasi yang terbuka, Leo sudah mengeluarkan setiap jeriken berisi bensin Total, ada belasan jeriken dan memang menyita penuh bagasi mobil milik Kenzo.
“Bakar saja. Mau ada orangnya atau tidak, sama saja. Tujuanku ingin membakar rumah dan mobilnya kan, memang agar dia miskin tanpa ada yang bisa dijual lagi. Mau jual istri lagi pun, dia enggak mungkin bisa!” santai Kenzo tetap santai menikmati sisa rokoknya. Meski sebenarnya, pikirannya sedang tersita pada anak gadisnya. Benaknya dipenuhi sosok Alesha yang ceria dan selalu tersenyum jika sedang bersama mamanya. Kemudian, Kenzo juga teringat ucapan Emelia beberapa saat lalu.
“Apakah demi Alesha, Kakak tetap tidak bisa berhenti menjadi mafia?” Kalimat Emelia tersebut tak ubahnya sembilu yang terus saja menyayat hati seorang Kenzo. Kenzo meringis pedih sambil menghela napas pelan, guna meredamnya. Ia dapati, kedua anak buahnya yang masih bahu membahu menyiramkan bensin hingga genteng rumah Endah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Fani Indriyani
aku baru ngeh ini kenzo mantannya khalisa toh,kok skr jd mafia sih
2024-06-01
0
❤️Rizka Aulia ❤️
kenzo sekalinya bales Endah gak tanggung2
2024-05-24
0
Zhaenty Parmen Kdr
kenzo ini kan mantan menantu mbk arimbi /pak Aiden ya
2024-05-22
0