Perjalanan yang mereka jalani terbilang lama. Belum lagi, keluar dari jalan tol mereka juga langsung kejebak macet. Alesha jadi terkantuk-kantuk dan berakhir tidur dalam dekapan Emelia. Namun, Emelia dengan kasih sayang sekaligus kepeduliannya kepada Alesha, benar-benar menarik perhatian seorang Kenzo. Bahkan ketimbang ketika wanita itu tampil seksi di acara pelelangan wanita yang Kenzo pimpin, dan memang menjadi alasan mereka bertemu, setelah sekian lama.
“Sejak awal bertemu dan melihatnya tersenyum kepadaku, aku rasa Onty Lia berbeda. Dia mirip mama, dan akan selalu menggenggam tanganku erat ketika tangan Papa harus memanggul keranda Onty Bella.” Kenzo tengah ingat ucapan anak semata wayangnya sambil sesekali memandangi wajah Emelia melalui kaca spion di atasnya. Kenzo melakukannya melalui lirikan. Karena tak mungkin juga ia melakukannya secara terang-terangan. Gengsi, dan bisa menjatuhkan harga diri, andai ia sampai melakukannya—pikir Kenzo.
Sebenarnya, bukan hanya dunia seorang Emelia yang menjadi seolah berputar sangat lambat hanya karena perjalanan kali ini. Perjalanan yang membuat Emelia sibuk menunduk bahkan mengatur napas pelan. Sebab seorang Kenzo yang masih menyikapinya dingin bahkan bengis, jadi sibuk mengawasinya melalui kaca spion.
Iya, Kenzo juga merasa, perjalanan sekaligus kebersamaan kali ini terasa berbeda. Karena adanya Alesha bahkan Emelia bersamanya, membuatnya seperti memiliki potret keluarga kecil yang amat sangat bahagia.
Rumah yang jauh dari keramaian, di kawasan elite dan jalan pun jauh dari jalan raya, menjadi pemberhentian Kenzo. Lain dari rumah lain meski sama-sama mewah, rumah tersebut memiliki pagar tembok sekitar empat meter. Termasuk juga dengan gerbang rumah yang kini terbuka tanpa harus didorong oleh satpam yang berjaga.
Alesha terbangun ketika mobil yang Kenzo kendarai memasuki halaman rumah. Suasana di sana masih jauh dari asri. Karena sekadar rumput liar saja belum ada yang tumbuh. Rumah tiga lantai di sana tampak baru beres penggarapan.
“Ini rumah siapa? Gede banget dan luasnya ada satu hektar, ... masa iya, ini rumahnya kak Kenzo ...?” pikir Emelia tak kuasa menjawab pertanyaan Alesha mengenai rumah yang mereka kunjungi.
“Papa, ini rumah siapa?” tanya Alesha masih mengawasi suasana di luar mobil mereka.
“Rumah kita. Memang baru beres penggarapan, tapi sudah bisa ditempati!” ucap Kenzo masih dingin dan berangsur keluar dari mobil.
“Masya Allah, Pa? Ini beneran rumah kita?! Gede banget! Lebih gede dari rumah oma Linda!” heboh Alesha. Sementara oma Linda yang Alesha maksud merupakan mama kandungnya Kenzo.
Kenzo dan Emelia masih dalam mode senyap. Keduanya sama-sama mendiamkan diri. Malahan, tanpa Alesha yang menjadi perantara, kedua sejoli itu nyaris tak pernah komunikasi secara langsung.
“Sepertinya menjadi mafia memang sangat menguntungkan, meski mereka harus bertaruh nyawa. Tak semata nyawa mereka, tapi juga nyawa orang-orang di sekitar mereka. Sedangkan alasan mereka sulit keluar apalagi berhenti, tampaknya hidup dan mati mereka memang diwajibkan mengabdi ke mafia mereka. Namun, masa iya tidak ada cara lain agar kak Kenzo bisa keluar dari dunia mafia yang membahayakan nyawa maupun kehidupannya?” pikir Emelia.
Sepanjang kebersamaan dan selama itu juga Emelia hanya diam, membuat Kenzo yakin, wanita itu tengah menghakiminya diam-diam.
“Muslimah taat sepertinya pasti akan menganggap semua yang kumiliki haram. Terlebih dia tahu, apa yang aku gunakan untuk memiliki semua ini,” batin Kenzo refleks melirik bengis Emelia.
“Jika sudah begini, aku jadi merasa, ... bahwa Kak Kenzo sangat membenciku,” batin Emelia yang diam-diam mencoba meyakinkan sekaligus menghibur dirinya sendiri.
“Andai bisa memilih, jika memang aku harus tetap menjalani hidupku sebagai Emelia, ... setidaknya aku ingin tidak pernah dewasa. Karena saat dewasa, semuanya terasa sangat berat. Bahkan ketika aku mengorbankan hidupku, mengabdikannya kepada suami yang sejak awal memperlakukanku penuh cinta. Nyatanya, rasa sayang dan cintanya tetap ada masanya. Rasa sayang dan cinta mas Endah begitu cepat kedaluarsa. Sering aku merasa, semua bahagia yang Allah gariskan untukku memang hanya sementara. Meski ketika aku melihat di luar sana, yang harus menjalani kehidupan lebih kejam dariku juga sangat banyak. Begini-begini jika dibandingkan dengan mereka, aku tetap tergolong lebih beruntung. Jadi, setelah mengenal Alesha yang harus menjadi dewasa karena perceraian orang tuanya, aku rasa aku juga menemukan alasan baru agar diriku tetap istiqomah dalam menjalani kehidupan ini! Alesha dan papanya, bagaimanapun sulitnya setelah ini dan juga nanti, kita pasti bisa menjadi keluarga bahagia hingga kehidupan mendatang. Ya Allah .... jika ini memang sudah menjadi takdirku, tolong perluas lagi kesabaranku. Hamba mohon!” batin Emelia sambil menyuapi Alesha makan. Mereka makan malam bersama di sebuah restoran mewah.
Selain mengurus Alesha, Emelia juga turut mengurus Kenzo. Secuek apa pun pria itu kepadanya. Kenzo akan cukup bersikap manis kepada Emelia ketika mereka bersama Alesha.
Tak lama kemudian, mereka sudah kembali berada di dalam mobil dan tengah menjalani perjalanan pulang di tengah waktu yang sudah malam. Yang mana, lagi-lagi Alesha ketiduran. Kali ini, Emelia sengaja memangku kepala Alesha. Telepon masuk sengaja Emelia biarkan, sebelum akhirnya ia sibuk memeriksa pemberitahuan ponselnya. Karena bersama Kenzo dan Alesha menjadi alasan Emelia sengaja slow respons untuk yang lain.
“Secepatnya, buatlah pengunduran diri untuk pekerjaanmu. Mengenai tempat tinggal pun, kamu sudah harus mulai tinggal di rumah. Agar kamu terhindar dari bandot tua bernama Tuan Ameen yang menjadikan poligami sebagai sarana pemuas nafsunya!” ucap Kenzo yang masih fokus menyetir.
“Jika sedang begini, Kak Kenzo beneran perhatian bahkan manis. Perhatian dan manis versi dia,” batin Emelia yang masih menatap ruang obrolan WA antara dirinya dan Kak Anis. Rekan kerja yang memiliki hubungan baik dengan Clara itu, begitu sibuk mencarinya. Empat pesan dari Anis menanyakan kabar Emelia.
Kak Anis : Aku ke rumahmu, kamu enggak di rumah.
Itu menjadi pesan terakhir yang Anis kirim, dua menit lalu. Sementara kini, Anis kembali mencoba menghubungi lewat telepon suara.
“Siapa?” sengit Kenzo sudah langsung melayangkan sikap posesifnya.
Meski yakin dirinya tidak melakukan kesalahan, pertanyaan dari Kenzo barusan dan terdengar sangat posesif, membuat Emelia khawatir bahkan takut. “Teman kerja, Kak. Sepertinya dia sedang di rumah. Ini, WA pesan ya berusaha telepon juga,” ucap Emelia.
Kenzo yang menyimak tak memberikan tanggapan berarti. Namun kedua mata tajamnya masih mengawasi Emelia dari kaca spionnya. Bahkan meski ponselnya berdering dan ia menjawab telepon masuk tersebut, kedua matanya tidak bisa untuk tidak mengawasi Emelia, meski hanya sebentar.
“Kau tahu aku akan tetap memihakmu apa pun yang terjadi, kan, Kenz? Mengenai Xander, saya hanya memberinya kesempatan agar dia tidak penasaran. Bahkan aku sangat mengapresiasi terbunuhnya mereka semua dalam kapal yang sampai kamu tenggelamkan!” ucap suara dari seberang, dari kontak bernama Boss M, di kontak ponsel Kenzo.
“Aku memiliki misi untukmu. Jika kamu bisa menjalankan misi ini, aku pastikan, kamu bisa menjadi kepercayaanku sampai kapan pun. Aku bahkan tidak akan pernah mengusik kehidupan pribadimu.”
“Besok juga, kamu harus membunuhnya. Dia seorang perempuan yang bekerja sebagai perawat ....” Suara dari sang bos masih berlangsung.
“Kenapa semua yang Bos maksud mengarah ke Emelia?” pikir Kenzo.
“Aku sudah mengirimkan fotonya kepadamu.”
Lanjutan suara dari sang Bos membuat Kenzo tak sabar untuk memastikan. Benarkah wanita yang harus ia bunuh dan menjadi alasan orang-orang Kenzo terlepas dari ancaman, memang Emelia?
“Kenapa kak Anis begitu ingin tahu keberadaan aku? Kalau begini caranya, aku malah jadi takut!” batin Emelia tak berani menjawab telepon dari sang rekan kerja. Ia sengaja membuat ponselnya dalam mode senyap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Sandisalbiah
hanya seorang perawat biasa, putri dr org biasa juga tp kok nyawa Emelia begitu jadi incaran seorg bos besar...
2025-02-28
0
Nurhartiningsih
bnyk bgt yg ingin membunuh emelia
2024-07-13
1
sabil abdullah
jangan jangan temen nya di ancam kalinya
itu si endah udah jadi mafia kali
kira kira kenzo gmn ya reapon nya
2024-05-14
0