Kenzo terbangun bertepatan dengan Emelia yang sedang sujud dalam shalatnya. Kenzo yang awalnya mengernyit mengawasi sekitar, langsung mengenali keadaan. Mengenai ia yang lagi-lagi sudah ada di dalam kamar Bella, di kediaman orang tua Emelia. Juga, Emelia yang lagi-lagi merawatnya.
Namun, tunggu sebentar. Ternyata kali ini Emelia tak sendiri. Karena di sebelah Emelia dan tertutup tubuh Emelia, ada sosok memakai mukena dan tubuhnya jauh lebih kecil dari Emelia.
“Onty Lia ... kira-kira, hari ini papa sudah bisa siuman, belum?”
Suara lembut seorang bocah perempuan yang terdengar sangat manja kepada Emelia, membuat jiwa seorang Kenzo bergejolak. Gadis cilik bermanik mata biru itu merupakan Alesha, putri semata wayang Kenzo!
“Kenapa Alesha bisa di sini?!” pikir Kenzo ketar-ketir. Ia mencoba duduk dengan cepat.
Emelia yang balas menatap kedua mata Alesha penuh sayang, berangsur menoleh ke belakang. Dari sana, suara erangan kesakitan dan ia yakini merupakan Kenzo, terdengar. Emelia yang awalnya masih membiarkan tangan kanannya disalami dengan sangat takzim oleh Alesha, bergegas berdiri. Salaman tangan yang masih berlangsung, Emelia ubah menjadi genggaman erat.
“Papa ... ini hari ke dua aku di sini. Dan selama Papa belum siuman, Papa terus panggil namaku.” Alesha menatap Kenzo penuh kekhawatiran. Mata birunya basah dan perlahan ia memeluk Kenzo. Apalagi, Emelia yang ia tatap dan maksudnya meminta izin, langsung mengangguk-angguk memberinya izin.
Emelia berlinang air mata menyaksikan interaksi Alesha dan Kenzo. Keduanya saling mengasihi, tapi tentu saja, hanya Alesha yang mau jujur.
“Aku juga sayang banget ke Papa. Jadi Papa jangan sakit lagi. Papa enggak boleh capek-capek apalagi sampai terluka parah seperti ini!” Alesha masih tersedu-sedu.
Kenzo yang balas memeluk Alesha juga tersedu-sedu.
“Aku sudah tidur selama satu minggu?” lirih Kenzo dingin kepada Emelia, tak lama setelah Alesha diajak membeli es krim di depan rumah oleh Berliana.
“Sepertinya lebih dari tidur,” balas Emelia sambil melipat mukena Alesha.
“Kenapa kamu sampai membawa Alesha ke sini?” ucap Kenzo masih dingin. Selain itu, ia juga tetap duduk selonjor dan juga terus menunduk. Tak sedikit pun ia melirik Emelia.
Emelia yang awalnya terus menunduk, juga berangsur menatap Kenzo. Ia menyimpan mukena milik Alesha yang ia lipat, di pangkuannya. “Tiga hari lalu Kakak sempat sibuk mengigau memanggil-manggil nama Alesha. Sehari aku masih tahan, selanjutnya aku sengaja izin meminjam Alesha ke mamanya.”
“Apalagi kebetulan, di hari itu mama sama yayahnya Alesha datang bersama pengacara yang Kakak mintai bantuan menyelesaikan kasusku.”
“Kalau tidak salah, pengacara itu bernama mas Narendra. Dia datang bersama adik perempuannya,” ucap Emelia menjelaskan.
Kenzo berangsur menghela napas kasar. “Mas Narendra itu kembarannya mamanya Alesha. Mereka enggak punya saudara kandung lagi, tapi saudara dari kerabat mereka memang banyak,” ucapnya.
“Oh ... mungkin memang begitu. Masalahnya, ... mas Endah enggak tahu pergi ke mana. Terakhir, dia terpantau melarikan diri. Ulahnya tertangkap CCTV rumah sakit!” lanjut Emelia yang kemudian pamit mengambil makan siang kepada Kenzo, di dapur.
“Endah kabur dan sampai sekarang, dia belum ditemukan?” pikir Kenzo langsung merenung serius.
Dulu, saat Kenzo terjebak dalam investasi bodong dan membuat Kenzo rugi miliaran, kabur juga menjadi hal yang terus Kenzo lakukan. Namun setelah pada akhirnya Kenzo tertangkap, Kenzo dipaksa menjadi mafia sebagai sarana dirinya melunasi semua pinjamannya.
Awalnya memang sangat berat, tapi lama-lama, Kenzo mulai menikmati dunia barunya. Kenzo bahkan sengaja selalu menjadi yang paling unggul karena pria itu sadar, menjadi pimpinan akan mendapatkan komisi sekaligus perlakuan yang spesial.
“Jangan-jangan, ... Endah yang tidak punya apa-apa juga nekat menjadi mafia,” batin Kenzo memutuskan untuk menyusul Emelia atau malah Alesha.
Kenzo ingin menegur bahkan bila perlu memarahi Emelia yang lagi-lagi membawanya pulang ke rumah orang tua Emelia. Iya jika keadaan Kenzo sehat atau setidaknya layak.
“Kalau boleh saya tahu, kapan masa iddah Mbak Amel ... ah maksud saya, mbak Emel, berakhir?”
Suara seorang pria dari ruang depan, mengusik Kenzo. Sebenarnya suara tadi terdengar sopan, tapi di telinga Kenzo, suara tadi dipenuhi modus.
“Ck! Belum apa-apa sudah ada yang meminang Emelia!” lirih Kenzo benar-benar kesal.
Kenzo masih berdiri di depan pintu kamar alm. Bella. Suasana rumah orang tua Emelia yang biasanya sudah sepi, jadi makin sepi. Tampaknya semuanya memang sudah berkumpul di ruang depan dan tak lain merupakan ruang tamu.
“Kebetulan, istri kedua dan ketiga saya, sudah setuju. Tinggal istri pertama yang masih perlu pendekatan lagi.” Suara pria tadi dan terdengar sangat jaim, kembali terdengar.
Kali ini, Kenzo langsung mendelik dan refleks menoleh ke depan. “Hah ...? Emelia mau dijadikan istri keempat?!” lirihnya sulit percaya.
Mengetahui Emelia sudah mendapat pinangan sebelum masa iddah berakhir saja, sudah membuat Kenzo kesal. Apalagi sekarang, ternyata Emelia akan dijadikan sebagai istri keempat! Kenzo tak terima dan sangat ingin memaki laki-laki itu.
“Sudah punya tiga istri, masih saja kurang!” batinnya sambil melangkah cepat meski masih agak terpincang-pincang.
Di ruang tamu, Emelia duduk di sofa panjang di antara orang tuanya. Mereka berhadapan dengan seorang pria tua bersorban khas pengusaha dari Arab Saudi. Di belakang si pria ada pria tinggi bertubuh tegap berkulit gelap dan berpakaian serba hitam layaknya Kenzo ketika bertugas menjadi mafia.
“Tuan Ameen, saya tahu dalam agama kita memperbolehkan poligami. Namun, saya menjadi salah satu wanita yang tidak mau menjadi bagian dari poligami!” ucap Emelia sangat santun di tengah kesibukan sang ayah batuk.
Mendengar balasan tenang dari Emelia barusan, perlahan Kenzo berhenti melangkah.
“M—mohon maaf ini Mbak Amel, ... eh, maksud saya, Mbak Emel! Itu Mbak berbicara seperti tadi, apakah ... Mbak Emel belum tahu bahwa imbalan bagi wanita yang mau dipoligami itu Surga ...?” ucap Tuan Ameen menatap saksama Emelia. Tak lupa, ia juga terus memasang senyum santunnya walau Emelia terus menunduk.
Emelia berangsur mengangguk santun. Ia yang sampai detik ini masih menjaga pandangannya dari pengusaha di hadapannya berkata, “Iya, Tuan. Saya juga mengetahui itu. Namun lagi-lagi, saya menjadi wanita yang tidak menjadikan poligami sebagai sarana masuk ke dalam Surga.
Kedua tangan pak Ameen yang ada di kedua lututnya berangsur mengepal. Kemudian ia menoleh ke belakang dan membuat sang ajudan menyerahkan empat karton yang ditenteng menggunakan kedua tangan. Semua itu dikeluarkan dari karton dan ditaruh di meja hadapan mereka. Tentunya, itu ditujukan kepada Emelia maupun orang tuanya. Karena jika Emelia tetap tidak tergiur, Tuan Ameen berharap orang tua Emelia akan tergiur kemudian memaksa Emelia untuk menerima Tuan Ameen.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
玫瑰
dia fikir semua orang materialistik?..huh
2024-05-12
1
Sonya Kapahang
Mau nyogok ceritanya pake duit apa barang² mahal..??? 🤨🤨🤨
2024-05-12
0
Dewi kunti
emang dah merasa adil mau poligami smp 4 istri,dengkul lemes gak tuuuch main ama yg muda,jangan2 baru mulai dah encok😂😂😂😂
2024-05-12
0