Akar

Kembali masuk kerja setelah menjalani cuti yang luar biasa. Berdampak pada perubahan di kehidupannya.

Wati menjadi sedikit tegang dalam bekerja. Yang selama dua tahun ini sudah dijalaninya dengan penuh kedamaian. Di pusat perbelanjaan itu kini menyuguhkan pemandangan dan nuansa yang sangat jauh berbeda bagi dirinya.

Penampakan-penampakan seperti di film-film horor kini kerap Wati jumpai. Para pengunjung yang datang dengan sisi gelap mereka bisa terlihat oleh Wati.

Dibalik penampilan rupawan dan mempesona orang-orang itu sejatinya berwujud layaknya binatang siluman.

Bahkan sebagian mereka adalah teman-teman Wati sendiri yang bekerja di tempat yang sama.

Karyawati-karyawati cantik yang memakai susuk untuk meningkatkan nilai jualnya. Para laki-laki yang kurang percaya diri menggunakan jimat pemikat untuk menarik perhatian wanita.

Ada juga makhluk-makhluk halus di sekitar lingkungan tempat Wati bekerja yang tidak senang dengan Wati yang sekarang sudah bisa melihat sosok mereka.

Jin-jin yang cukup kuat itu berbalik menatap tajam ke arah Wati mengisyaratkan sebuah tantangan untuk beradu kekuatan.

Tentu saja awalnya Wati takut. Tapi dengan adanya Salima yang terus bersamanya membuat sosok-sosok gaib yang ingin berbuat jahat kepada Wati membatalkan niatnya. Mereka tahu bahwa Salima bukanlah lawan yang sembarangan untuk dihadapi.

*

Malam hari yang dinginnya menusuk hingga membekukan tulang-tulang. Wati yang baru saja sampai di kos sudah selesai bersih-bersih diri.

Ia tidak langsung mengambil posisi tidur. Terlebih dahulu ia menyeduh mie cup rasa ayam bawang.

Wati tidak mau tidur dalam keadaan kedinginan yang mencekam. Apalagi lapar yang melemahkan pikiran bisa memunculkan khayalan-khayalan lemah yang meresahkan.

Belum juga satu suapan. Wati yang sedang meniup-niup mie kuah yang masih panas yang telah disendoknya itu merinding diterpa angin.

Di dalam kamar kos yang pintu dan jendelanya terkunci rapat ada angin yang masuk?

Rupanya itu adalah Salima yang mendadak muncul di hadapannya.

“Ada apa Salima?”, tanya Wati yang masih sedikit kaget sambil meneruskan makannya.

“Ada hal penting yang harus aku sampaikan kepadamu”, ucap Salima dengan nada bicara yang selalu serius.

“Bagaimana kalau aku menghabiskan mie ku dulu?”, kata Wati bercanda kepada Salima.

Seiring waktu yang dilalui bersama, keduanya menjadi semakin dekat.

“Katakan saja”, kata Wati begitu santai.

“Ini tentang sebab kematian ibumu”,

Jawaban Salima sontak membuat Wati terpaku. Selera makannya tiba-tiba saja hilang. Ia kini memandang Salima dengan sikap penuh rasa ingin tahu.

“Katakan Salima”, pinta Wati.

“Dahulu ayah dan ibumu sebenarnya tidak mendapatkan restu untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Restu itu tidak diberikan dari kedua belah pihak. Terutama dari pihak keluarga ayahmu yang tidak sudi jika ibumu menjadi bagian dari keluarga mereka”, kata Salima membuka sebuah cerita lama.

“Ayahmu berasal dari keluarga ningrat sedangkan ibumu berangkat dari keluarga yang biasa saja”, ungkap Salima.

“Namun ayahmu dan ibumu nekat menikah”, lanjutnya.

“Setelah menikah ayah dan ibumu hidup serba kesusahan terutama untuk urusan mencari makan. Tentu saja itu adalah ulah permainan dari keluarga ayahmu yang menutup pintu-pintu rizki yang seharusnya ayah dan ibumu terima”, lanjut Salima.

“Setelah kamu lahir. Akhirnya ayahmu menyerah dan meminta bantuan uang kepada keluarganya. Ayahmu tidak mau kamu dan ibumu menderita”,

“Keluarga ayahmu bersedia membantu dan memberikan uang kepada ayahmu untuk digunakan mencukupi kebutuhan sehari-hari. Tidak hanya itu ayahmu juga diberikan pekerjaan dan fasilitas lainnya”,

“Tapi itu semua bersyarat”,

“Ayahmu harus meninggalkan kamu dan ibumu untuk menikah dengan wanita lain yang telah dipilihkan oleh keluarga ayahmu. Dan ayahmu pun melakukannya”,

“Semenjak saat itu keluarga dari ayahmu tidak lagi mengganggu kamu dan ibumu lagi”, ungkap Salima.

“Lalu apa hubungannya dengan kematian ibuku?”, tanya Wati serius yang larut dalam kisah masa lalu itu.

“Ibumu meninggal karena guna-guna”, kata Salima yang membuat Wati terbelalak.

“Sebelum ibumu meninggal beberapa hari sebelumnya ayahmu meninggal terlebih dahulu karena sakit yang sudah lama dideritanya. Ayahmu dalam surat wasiatnya memberikan ibumu dan kamu hak waris. Istri dan anak-anak ayahmu yang sekarang tidak menerimanya. Untuk itulah mereka ingin membunuh ibumu dan juga kamu Wati”, tutur Salima.

“Waktu itu aku lengah dan tidak mampu untuk menjaga kalian berdua sekaligus hingga ibumu harus meninggal”, kata Salima penuh penyesalan.

“Lalu apa yang sekarang ingin kamu lakukan?”, tanya Wati yang tak terasa sudah berlinang air mata.

“Balas dendam. Aku akan membunuh orang suruhan yang telah mengirim santet kepada ibumu. Aku akan membalas kekalahanku melawan jin dari pihak mereka”, ucap Salima penuh amarah.

“Apa yang ingin kau lakukan?”, Salima balik bertanya.

“Aku akan mengambil hak warisku”, ucap Wati.

***

Untuk pertama kalinya Wati dan Salima akan bekerja sama dalam sebuah misi yang bertujuan mendapatkan hak dan keinginan mereka.

Salima ingin membalas dendam atas kekalahannya melawan jin beraliran hitam pada pertarungan sebelumnya. Demikian juga Wati yang akhirnya mengetahui penyebab sesungguhnya dari kematian ibunya.

Selain itu ia juga ingin mengklaim apa yang menjadi hak miliknya yaitu warisan yang dituliskan oleh ayahnya kepadanya sebelum meninggal.

Pertama-tama yang harus mereka lakukan adalah latihan. Tentu saja latihan ini berfokus pada Wati, sedangkan Salima berperan sebagai guru yang akan membimbingnya.

Mulai dari yang ringan-ringan terlebih dahulu. Wati diajarkan oleh Salima bagaimana cara untuk mengendalikan mata batinnya sehingga bisa dibuka dan ditutup sesuka hati sesuai dengan keperluan dan situasi. Hampir di setiap malamnya didampingi oleh Salima Wati bekerja keras untuk bisa menguasai indra keenamnya.

Selanjutnya Wati harus bisa mengendalikan tubuhnya. Wati berlatih raga sukma atau astral projection. Dimana ini adalah awal dari gerbang menuju tingkatan keahlian berikutnya.

Tubuh Wati tidak terlalu sulit untuk beradaptasi dalam menekuninya karena sejatinya rep-repan atau tindihan adalah awal dari dimulainya astral projection. Wati hanya perlu melatihnya dengan penuh keyakinan dan konsentrasi.

Dan yang paling utama menurut Salima bagi Wati seorang gadis muda yang kini seorang diri berkelana dalam menjalani hidupnya adalah keberanian. Untuk hal yang sangat penting ini Salima sendiri yang akan menguji Wati.

Salima yang berstatus sebagai jin berpangkat tinggi mempunyai segudang ilmu dan kesaktian. Salah satu jurus andalan Salima adalah ilusi.

Jin tua itu memperlihatkan kengerian-kengerian kepada Wati secara bertahap. Sang murid harus berani menghadapinya hingga bisa menghilangkan rasa takut yang dimiliki.

Subuh-subuh Wati terbangun. Tiba-tiba ia mencium bau busuk yang sangat menyengat di dalam kamarnya. Tanpa menyalakan lampu utama Wati langsung membuka pintu kamar untuk mengusir bau yang beraroma seperti bangkai itu. Jantung Wati rasanya hampir mau copot dan sangat ketakutan. Ketika membuka pintu kamar ada sosok kuntilanak berbaju putih berlumuran darah berdiri tepat di depan pintu kamarnya. Tidak hanya itu sosok kuntilanak itu juga tengah memegangi kepalanya sendiri yang terlepas dari tubuhnya.

Wati hampir tersungkur dengan penampakan kejutan itu. Untung ia masih bisa berpegangan pada pintu dan mampu tetap berdiri mengendalikan kesadarannya. Sosok kuntilanak itu adalah Salima dalam mode menyeramkan yang sedang melatih keberanian Wati.

Wati terbangun di tengah malam. Di sampingnya sudah ada pocong buruk rupa dengan wajah gosong memandanginya. Wati sedikit kaget sebelum melenyapkan pocong suruan Salima itu dengan pukulannya.

Sedang asyik-asyiknya Wati di dalam WC untuk BAB. Tanpa ada kode terlebih dahulu potongan-potongan tubuh yang berdarah-darah dan bernanah berjatuhan turun dari atas plafon.

Ya kaki, tangan, kepala, jeroan sampai cairannya muncrat ke muka Wati. Wati merespon dengan senyum sinis lalu menyiramnya untuk menghilangkan ilusi menjijikan yang dibuat oleh Salima.

Perlahan tapi pasti Wati sudah tidak takut lagi dengan penampakan-penampakan seram yang berasal dari dunia gaib. Berani sudah mendominasi perasaan dan pikirannya ketika harus bertemu dengan makhluk-makhluk yang disimbolkan sebagai setan-setan yang menyeramkan yang banyak diangkat menjadi judul-judul horor.

Pada dasarnya ilusi seram itu datang dan tampak menjadi seperti nyata karena memakan rasa takut orang yang terperdaya melihatnya.

Dari hari ke hari latihan yang dilakukan dengan gigih dan disiplin bertahap tapi pasti membuahkan hasil yaitu menjadi semakin mahir.

Sekarang Wati telah bisa mengontrol mata batinnya. Ia bisa dengan baik membuka atau pun menutup mata ketiganya dan memilih kapan untuk menggunakannya.

Raga Sukma. Wati sudah bisa memisahkan jiwanya dari tubuhnya dengan mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama.

Saat dalam mode astral projection Salima tidak hanya mengajarkan Wati caranya terbang berkeliling menjelajah dimensi alam lain saja. Tapi Wati juga diajarkan bagaimana caranya bertarung di ruang bebas gerak dan waktu di dunia yang tidak ada hukum pastinya itu.

Karena di alam gaib itu hanya ada dua aturan yang jelas yaitu diburu atau memburu, dibunuh atau membunuh.

Untuk belajar bertarung Wati sendiri tidak terlalu kaku karena dahulu saat masih di bangku sekolah menengah pertama ia sempat ikut pelajaran tambahan pencak silat meski hanya beberapa minggu saja sebelum pindah-pindah ke cabang ilmu olahraga lainnya.

***

Bersama Salima Wati jalan-jalan dari satu kota ke kota yang lainnya dengan menggunakan raga sukma. Sampailah mereka memandangi sebuah rumah megah bak istana dari langit kejauhan.

Rumah dengan tanah yang luas serta dinding pagar yang tinggi itu adalah kediaman dari almarhum ayah Wati yang seumur hidup belum pernah bicara dengannya.

“Apa kita mau masuk ke sana?”, tanya Wati yang penasaran seperti apa rupa ayahnya ketika sudah tua. Barangkali ada foto-foto di rumah itu yang bisa memperkenalkannya.

“Jangan. Rumah itu dipenuhi oleh jin-jin jahat yang memang sengaja dipelihara oleh keluarga dari ayahmu”, kata Salima tidak mau bertindak gegabah.

“Aku masih perlu mengajarimu satu jurus lagi supaya kita bisa jauh lebih tangguh dalam bertarung”, ucap Salima.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!