Semenjak sering mengalami rep-repan dunia Wati mulai berubah.
Bahkan di hari-hari biasa ia merasa ada yang selalu mengawasinya. Perasaan itu selalu terbawa bahkan tidak hanya di kamar kosnya saja, bahkan sampai di tempat kerja pun juga demikian.
Semenjak sering mengalami sleep paralysis diri Wati sendiri mengalami perubahan. Ia menjadi lebih peka, sensitif terhadap hal-hal berbau mistis.
Supaya tidak stres dipikir sendiri akhirnya Wati pun bercerita kepada salah satu rekannya di tempat kerja. Karena tidak mungkin juga kalau ia bercerita kepada para penghuni kos. Bisa jadi satu kos yang tadinya adem ayem malah jadi pada parno semua.
“Sekarang masih suka rep-repan?”, tanya teman Wati sesama kasir.
“Sekarang masih sih mbak. Tapi tidak setiap malam juga”, jawab Wati.
“Sosok perempuan itu masih suka datang di mimpi kamu?”, tanya teman Wati bisik-bisik.
“Masih”, kata Wati pelan sambil mengangguk.
“Tidak salah lagi itu pasti kuntilanak”, kata teman Wati.
“Sebaiknya kamu tanya sama orang pinter atau ustadz saja sana biar segera diselesaikan masalah kamu itu. Kalau kelamaan nanti takutnya bisa lebih parah”, saran teman Wati.
“Masa sampai segitunya mbak? Bisa separah apa?”, tanya Wati yang memang tidak pernah menaruh perhatian dan mengalami persoalan tentang dunia alamnya setan sebelumnya.
“Ya kamu sendiri bagaimana? Kamu terganggu tidak? Apa jangan-jangan kamu malah nyaman? Ih amit-amit Wati”, kata teman Wati.
“Paling badanku jadi capek banget mbak kalau habis rep-repan”, jawab Wati.
“Tu kan. Paling tidak kalau tidak mau ke orang pinter kamu pindah kos saja”, kata teman Wati.
***
Wati terbangun di ruang store manager tempatnya bekerja.
Ia bingung dirinya sudah berada di sana dikerumuni pula oleh rekan-rekannya. Ada juga Pak Manager yang tampak gelisah di sana.
“Ini minum dulu”, salah seorang memberi Wati segelas air putih.
“Wati kamu tidak apa-apa?”, tanya Pak Manager mendekati Wati yang masih berbaring di kursi.
“Saya kenapa bisa di sini Pak?”, tanya Wati bingung.
“Kamu tadi pingsan”, jawab Pak Manager.
“Bukan pingsan Pak namanya. Kesurupan”, celetuk seorang laki-laki di sana.
“Kesurupan?”, tanya Wati tajam sembari menatap salah satu karyawan yang barusan mengatakannya.
“Iya Wati tadi sepertinya kamu kesurupan. Tapi cuma sebentar”, kata Pak Manager coba menenangkan Wati.
Seyogianya seorang wanita Wati pun merengek lalu menangis.
“Serius Pak?”, tanya Wati mewek. Seumur hidupnya baru pertama kali ini ia mengalami kerasukan.
“Terus gimana Pak?”, tanya Wati.
“Sudah kamu tenang dulu Wati. Hari ini kamu pulang dulu saja istirahat. Sama besok kamu saya kasih libur untuk periksa ke dokter”, jawab Pak Manager.
Sebelum meninggalkan tempat Supermarket yang super besar itu Wati ngotot ingin melihat tayangan ulang dirinya yang terekam kamera CCTV saat kesurupan tadi. Karena memang Wati sama sekali tidak ingat apa-apa tentang kejadian yang menimpanya itu. Terlebih riuhnya suara-suara karyawan yang lain yang didengarnya sedang membicarakan kejadian itu. Wati menjadi semakin penasaran.
Didampingi oleh Pak Manager bersama petugas keamanan Wati pun melihat rekaman CCTV di detik-detik saat kejadian dirinya mengalami kesurupan.
Wati sedang melayani seorang ibu-ibu yang hendak membayar barang belanjaannya.
Terlihat di rekaman itu semuanya berjalan dengan normal tidak ada kejanggalan atau sesuatu yang mencurigakan sama sekali.
Tiba-tiba di tengah saat Wati sedang menginput barang-barang belanjaan ibu-ibu itu ia membuat gerakan mendadak yang mengejutkan.
Dari posisi berdirinya ia merentangkan kedua tangannya lebar-lebar hingga terangkat sejajar dengan kepalanya.
Terlihat dari zoom CCTV wajah Wati mengerang mengubah mimik mukanya menjadi menakutkan.
Tidak hanya itu menurut penuturan para saksi yang berada di sana yang tidak jauh dari kasa kasir Wati perempuan itu juga menjerit mengeluarkan suara lengkingan yang tinggi lagi nyaring. Setelah itu Wati ambruk jatuh pingsan.
Melihat tayangan itu Wati menjadi bertambah sedih dan merasa bersalah. Ia juga bingung tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi pada dirinya.
“Ibu-ibu yang belanja itu terus bagaimana Pak?”, tanya Wati kepada Pak Manager.
“Wati minta maaf ya Pak”, Wati merasa bersalah sudah membuat pelanggan tidak nyaman.
“Sudah tidak apa-apa. Untungnya ibu itu bisa mengerti dan tidak menuntut”, kata Pak Manager.
Wati pun menyudahi hari itu dengan pulang lebih awal. Ia meninggalkan tempatnya bekerja menuju ke kosnya melalui jalan yang biasa ia lewati dengan langkah gontai yang lemas.
“Wati”, salah satu teman kerjanya mengejar dan menghampirinya.
“Wati sebaiknya kamu dirukiah saja. Dari kemarin ada yang selalu mengikuti mu”, kata pemuda itu yang mengaku dirinya bisa melihat makhluk tak kasat mata.
“Maksud kamu?”, tanya Wati tidak paham.
“Dibersihkan biar tidak diikuti makhluk halus apalagi sampai ketempelan seperti tadi”, jelas pemuda itu.
“Oh iya. Makasih ya”, jawab Wati meninggalkan pemuda itu pergi.
“Sosoknya perempuan rambut panjang baju putih”, terang pemuda itu yang kata-katanya sudah tidak lagi digubris oleh Wati yang melanjutkan perjalanan pulangnya.
Sudah kepala pusing. Banyak pikiran. Badan lemas. Ini malah ada yang nambah-nambah suruh ritual pikir Wati kesal.
Wati pun jadi teringat saran dari teman kasirnya untuk setidaknya mencari tempat kos baru supaya tidak lagi diganggu oleh makhluk halus itu. Sembari jalan ia juga browsing mencari informasi di internet tentang apa itu perkara kesurupan, setan, kuntilanak, rep-repan dan lain sebagainya.
Wati berpikir ada alasan perbuatan apa sampai dirinya bisa terus diikuti oleh makhluk dari beda alam tersebut. Berawal di alam mimpi sampai bisa dirasuki.
***
Sesampainya di kos Wati pun memilih untuk tidur. Beristirahat guna memulihkan kondisinya. Ia pun tertidur dengan lelap.
Wati terbangun di waktu magrib dari tidur yang telah kembali menyegarkan badannya.
Untuk menghilangkan sisa-sisa penat dari tubuhnya ia pun berkeinginan mandi air hangat. Ia keluar dari kamar menuju dapur yang ada di tempat kosnya yang digunakan sebagai dapur bersama.
Wati memasak air menggunakan panci berukuran sedang untuk membuat air panas. Ia sengaja memanaskan air dengan jumlah yang sedikit karena hanya dibutuhkan untuk mengguyur badannya saja tanpa keramas.
Sambil menunggu air itu panas Wati kembali ke kamarnya untuk mengambil HP.
Perempuan yang dikenal memiliki senyuman manis dengan lesung pipi yang tidak terlalu dalam itu terdiam memaku di depan pintu kamar kosnya sendiri.
Ia melihat HPnya yang tergeletak di kasur tempat tidurnya. Tapi bukan itu yang membuatnya bungkam.
Di tempat tidurnya ia kedatangan tamu. Tapi siapakah perempuan yang mengenakan baju putih lengan panjang dengan rambut yang lurus tergerai menutupi punggungnya yang tengah duduk membelakangi di ranjangnya itu?
Sosok itu bukanlah salah satu dari penghuni kos. Sosok itu juga bukan teman Wati dari tempat kerja. Sosok itu adalah kuntilanak yang selama beberapa minggu terakhir ini selalu mendatangi Wati di dalam mimpi dan rep-repannya.
“Siapa kamu?”, tanya Wati gemetar setelah berhasil menguasai dirinya meski masih dalam keadaan takut.
Sosok perempuan kuntilanak itu lalu menjawab pertanyaan itu dengan menoleh ke arah Wati. Sosok itu kembali memperlihatkan wajahnya yang tidaklah asing bagi penghuni kamar kos yang selalu didatanginya itu.
Wati pun terkejut untuk sekian kalinya melihat wajah dari sosok kuntilanak yang kini telah hadir dalam penampakannya di dunia nyata secara langsung tidak melalui mimpi lagi.
“Wati”, sebuah suara memanggil namanya yang berasal dari dapur.
“Kamu masak air panas? Ini sudah mendidih”, panggil suara itu yang ternyata adalah teman satu kos Wati.
“Iya mbak”, jawab Wati.
Bersamaan dengan itu sosok kuntilanak yang berada di hadapannya seketika lenyap menghilang begitu saja. Wati pun lantas bergegas ke dapur tidak jadi mengambil HP.
“Makasih ya mbak”, ucap Wati sesampainya di dapur.
“Aku minta segelas ya sekalian buat bikin kopi”, kata teman Wati.
“Iya mbak ambil saja”, kata Wati.
“Wati. Kamu kok sekarang jarang kelihatan?”, tanya teman kos Wati.
“Iya mbak. Kemarin-kemarin ambil lembur”, jawab Wati.
“Kamu sehatkan? Pucet banget kamu. Lihat”,
Teman Wati memegang pundak Wati lalu mengarahkannya ke depan cermin yang berada di dapur.
“Iya mbak. Kecapekan kayaknya. Ini besok juga mau periksa”, kata Wati.
***
Malam itu Wati jadi mandi dengan air hangat tanpa keramas.
Mandi air hangat memang bisa meredakan lelah. Otot-otot tegang menjadi lebih rileks, mengurangi rasa nyeri serta meningkatkan sirkulasi peredaran darah di dalam tubuh.
Sedang enak-enaknya mandi Wati untuk pertama kalinya mengalami sebuah gangguan seperti apa yang pernah ia baca di laman-laman cerita kisah-kisah horor.
Di dalam kamar mandi kos yang berjajar tiga buah itu Wati yang saat itu memilih kamar mandi yang di tengah mendengar sayup-sayup suara wanita tertawa. Meski terdengar mengerikan ia pun berpikir positif mungkin suara itu berasal dari para penghuni kos yang lain yang sedang pada kumpul di ruang tengah untuk menonton TV.
“Mbak. Jangan bercanda mbak”, kata Wati.
Wati berkata demikian setelah beberapa selang waktu kemudian suara tawa itu sudah tidak lagi terdengar.
Yang didengarnya kini telah berbeda. Yaitu suara rintihan perempuan yang menangis dengan penuh kepedihan. Tidak hanya takut Wati pun juga merasa pilu mendengarnya.
Wati pun kabur meninggalkan kamar mandi. Ia mempercepat dan menyingkat proses mandinya.
Ia berlari kecil keluar dari sana. Ia pun mempercepat lajunya ketika sadar melihat bahwa dua kamar mandi di sampingnya dalam keadaan kosong dengan lampu yang mati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments