Wati mengaku sebagai seorang broker online kepada kenalan barunya. Pria bernama Yudi yang berprofesi sebagai seorang polisi. Ia juga bercerita sedang mencari peluang untuk membuka usaha kecil-kecilan.
Hari ini mereka janjian untuk jalan. Yudi mengajak Wati ke tempat pameran seni yang sedang diselenggarakan di gedung pertunjukkan. Kebetulan Yudi suka dengan yang berbau etnik. Begitu juga Wati walau hanya sedikit tertarik.
Siang itu pengunjung sudah tidak terlalu ramai. Mereka datang di hari ketiga pameran berlangsung. Jadi mereka tidak perlu menunggu lama untuk bisa menikmati karya-karya yang dipamerkan.
Beragam macam hasil karya dari puluhan nama-nama seniman disuguhkan.
Yudi begitu tertarik dengan patung-patung yang terbuat dari bahan barang-barang bekas. Menurutnya sangat kreatif dan bermanfaat.
Sementara itu Wati paling lama berdiri di tempat galeri yang memajang foto-foto benda-benda antik. Wati seakan terhipnotis melihat gambar-gambar pusaka peninggalan sejarah itu.
Yudi yang menyadarinya menegur Wati.
“Kamu suka benda itu?”, tanya Yudi.
“Itu namanya apa?”, tanya Wati.
Wati sedang memperhatikan foto dari sebuah pedang kuno yang dipakai oleh prajurit zaman dahulu untuk berperang. Pedang itu berbentuk seperti keris tapi dengan ukuran yang lebih besar layaknya sebuah pedang.
“Pedang legenda”, Yudi membaca yang tertulis di deskripsi foto tersebut.
Sebenarnya Wati juga sudah membaca nama dan keterangan dari pedang yang berbentuk keris itu. Tapi ada alasan sendiri kenapa Wati sampai termangu.
Semakin lama Wati menatap foto pedang legenda itu. Kepalanya menjadi semakin pusing. Seperti ada energi yang ingin menarik sukmanya.
“Apakah pedang itu masih ada sampai sekarang?”, tanya Wati kepada penjaga stand galeri di tempat itu.
Galeri itu ternyata hasil karya dari sebuah komunitas pecinta benda-benda besejarah. Mereka ikut pameran untuk menunjukkan pusaka-pusaka leluhur yang selama ini informasinya telah tertimbun karena tidak banyak generasi penerus yang peduli.
“Menurut riset kami pedang legenda itu sudah tidak ada lagi”,
“Pada tahun 1970 an pedang sejenis itu terakhir kali terlihat di Museum Senjata”,
“Kabarnya ada yang mencuri satu-satunya pedang legenda tersebut untuk dijual di pasar gelap”,
“Ada juga kabar yang menyebutkan kalau pedang legenda itu merupakan pedang gaib yang bisa menghilang sendiri”,
“Mitosnya pedang legenda itu hanya digunakan oleh pendekar-pendekar sakti di zamannya”,
Jawab penjaga galeri itu dengan antusias memberikan keterangan kepada Wati dan Yudi.
*
Malam harinya Wati benar-benar tidak bisa tidur. Ia kepikiran dengan pedang legenda yang tadi siang di temuinya di pameran seni.
Sebuah pedang berbentuk seperti keris namun jauh lebih besar. Terdapat ukiran-ukiran symbol di badannya.
Pedang itu berwana hitam. Karena memang terbuat dari baja hitam. Panjangnya sekitar 1,3 meter.
Bentuknya pipih dan tebal. Ujungnya tajam dan beracun.
Dan beratnya bukan main-main untuk ukuran pedang. Sangat berat. Itulah ciri khas pedang zaman dahulu.
Menurut mitos pedang legenda itu memiliki kekuatan mistis yang sangat kental.
Wati baru saja browsing di internet tentang pedang tersebut. Ia juga mencari dimanakah lokasi dari Museum Senjata yang katanya dulu menyimpan pedang itu.
Rupanya tempat itu jauh. Museum Senjata terdapat di salah satu kota di provinsi Sumatera Utara dekat dengan Aceh.
Karena malam itu Wati begitu gabut dan tidak bisa tidur. Ia memutuskan untuk pergi ke Museum Senjata dengan raga sukma. Tentu saja Wati juga mengajak Salima.
Dalam perjalanan menuju ke Museum Senjata.
“Apa kau yakin dengan yang kau rasakan ketika tadi siang berada di pameran itu?”,
“Kau bukannya pusing karena belum makan untuk diet bukan?”, tanya Salima.
“Bukanlah. Tentu saja aku bisa membedakannya”,
“Tadi siang saat aku memperhatikan gambar pedang itu, rasanya sukmaku mau ditariknya”, jelas Wati.
“Jika memang benar begitu maka kau adalah manusia pilihan yang sungguh sangat beruntung”, ucap Salima.
“Kenapa begitu?”, tanya Wati.
“Pedang gaib itu tidak untuk dicari apalagi diperebutkan”,
“Pedang gaib akan mencari tuannya sendiri”,
“Pedang gaib yang kau sebut sebagai pedang legenda itu dulunya milik seorang pangeran berkuda dari tanah jawa. Beliau menggunakan pedang itu untuk berperang melawan para penjajah”, terang Salima.
“Jadi kamu kenal dengan pedang gaib itu”, tanya Wati.
“Ya begitulah. Dulu kami berjuang bersama-sama”,
“Aku bahkan juga tahu siapa namanya”, jawab Wati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments