Kebenaran

Wati terselamatkan. Kesucian dan kebebasan hak gadis itu tidak jadi diperkosa.

Pak Bagio yang bersekongkol dengan paman Wati gagal menjalankan siasat dan rencananya untuk mendapatkan perempuan itu secara paksa dan manipulatif.

Sosok kuntilanak yang mirip dengan ibu Wati menjadi juru selamat peristiwa yang nyaris membunuh masa depan tunas muda yang kini hidup demi dirinya sendiri itu.

“Apa yang sebenarnya terjadi?”,

Tanya Wati yang kini tengah duduk meringkuk di tempat tidur berbalut selimut sekaligus seprai yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya.

Wati berbicara kepada sosok kuntilanak yang baru saja menyelamatkan hidupnya. Sosok itu kini tengah duduk di bibir ranjang di sampingnya.

“Namaku adalah Salima. Aku adalah jin pendamping dari keluarga ibumu. Dari sejak dahulu aku sudah mengikuti silsilah turun-temurun garis keturunan buyut-buyutmu”, sosok kuntilanak itu memperkenalkan dirinya.

“Mulai sekarang. Aku akan selalu mengikuti mu. Aku akan selalu ada untuk menjagamu”, terang jin perempuan bernama Salima itu.

“Si tua Bagio dan pamanmu itu adalah orang-orang jahat. Makanan yang kau makan tadi pagi sudah diracuni dengan obat bius”, terang Salima.

Wati begitu kecewa menguak kenyataan ini.

Sama sekali di luar nalar bahwa pamannya sendiri akan bertindak kelewat jauh sadis seperti ini kepadanya.

Arti makna kata keluarga itu kini benar-benar sudah hancur runtuh bagi Wati.

Tidak ada lagi satu pun orang yang bisa dipercaya. Bahkan para tetangga yang ketika bertemu selalu tersenyum ramah dan menyapa pada kenyataannya mereka hanya bersikap berlagak seakan tidak tahu.

Itulah kekuatan kuasa yang dimiliki oleh si tua Bagio dengan predikatnya sebagai tuan tanah yang bergelimang harta. Para warga yang menggantungkan nasib mencari uang kepadanya tidak mau mencampuri urusan tuannya.

***

Setelah peristiwa yang sangat menegangkan itu terlewati tersingkap lah fakta-fakta baru yang akan merubah kehidupan Wati untuk seterusnya.

Kini ia telah kenal dengan siapa itu Salima. Sosok makhluk halus perempuan berambut panjang yang menampakkan diri kepadanya setelah 40 hari meninggalnya ibu.

Ternyata sosok kuntilanak itu adalah jin qorin atau jin pendamping yang selama bertahun-tahun lamanya sudah menemani garis keturunan keluarga Wati.

Sekarang sosok jin bernama Salima yang sudah berumur sangat tua itu akan menjadi jin pendamping bagi Wati.

Melalui beberapa tahap pertemuan. Berawal dari kunjungan Salima pada saat Wati nyenyak dalam tidurnya. Kemunculan Salima saat Wati mengalami ketindihan atau sleep paralyse. Perlahan menampakkan wajahnya yang begitu mirip dengan almarhumah sang ibu. Terus berusaha untuk menunjukkan eksistensinya kepada Wati tanpa harus membuatnya takut.

Dan akhirnya kini Salima sosok jin qorin itu telah bisa menyatu dengan manusia yang menjadi pilihan untuk dijaganya.

Wati pun kini sudah tidak takut lagi dengan sosok perempuan bergaun putih itu.

Sikap Wati terhadap keluarganya sendiri menjadi apatis. Ia ingin segera pergi dari rumahnya yang sudah jauh dari kata nyaman.

Ia tidak mau lagi berurusan dengan kerabatnya sendiri terutama pamannya. Ia ingin segera meninggalkan rumah-rumah yang dihuni oleh orang-orang yang sengaja membiarkan dirinya yang nyaris saja berhasil dijadikan sebagai calon gundik baru untuk si tua Bagio.

“Aku tidak bisa selalu muncul di hadapanmu. Panggil saja namaku jika kau membutuhkanku”, kata Salima.

“Dan jika aku ada perlu denganmu, aku akan datang kepadamu”,

Itulah pesan Salima kepada Wati sebelum anak gadis itu menyerah terlelap menutup mata karena lelah yang dirasanya.

***

Wati terbangun di siang hari karena hujan deras yang tiba-tiba mengusik dengan membuat suara gaduh yang tidak berirama. Ia masih ingat betul kejadian malam sebelumnya yang hampir membunuh harga dirinya.

Hal yang pertama ia lakukan setelah bangun adalah pergi ke kamar mandi. Wati berkali-kali mengguyur bekas-bekas perlakuan tangan-tangan jahat yang hendak menodainya.

Berulang kali ia menggosok-gosok dan membasuh tubuhnya dengan sabun hingga busanya penuh menutupi lantai kamar mandi. Ia benar-benar risih terngiang peristiwa semalam.

Habis mandi Wati langsung mengenakan pakaian rangkap berlapis-lapis. Ya baju, sweater, hoodie, hingga jaket tebal ia kenakan sekaligus menjadi satu.

Perempuan yang masih suci itu sangat tidak rela ada yang telah mencuri pandang tubuh indahnya secara paksa. Tentu saja Wati trauma. Meski tidak tersentuh Wati sangat tidak rela ia kemarin sudah ditanggalkan bajunya.

Mengingat peristiwa itu bara kebencian di diri Wati berkobar besar apalagi jika terbayang dua orang laki-laki yang hendak mencabulinya.

Akar amarah itu terus tumbuh dan semakin terbakar sepanjang Wati mengingatnya. Emosi yang sontak menjadi dendam yang tertanam itu mulai mereda tatkala Wati mengalihkan perhatiannya.

Ia menyeduh kopi panas. Peristiwa tadi malam tidak hanya melulu tentang ia yang akan menjadi korban kebiadaban oleh orang yang berlaku semena-mena karena punya kekuasaan. Tapi pada kejadian tadi malam itu ada juga sisi baik yang datang kepadanya.

“Salima”, Wati memanggil Salima jin pendamping yang kini bertugas menjaganya.

Pikiran Wati teralihkan dengan sosok jin kuntilanak yang telah muncul di kehidupannya itu. Wati ingin menanyakan banyak hal kepada makhluk gaib perempuan itu.

Apalagi mereka sudah lebih akrab. Wati sudah tidak takut lagi dan mulai terbiasa dengan sosoknya. Wati memanggil Salima untuk bertanya-tanya.

“Ada perlu apa kau memanggilku?”, tanya Salima yang tiba-tiba muncul dihadapan Wati yang masih mengurung diri di dalam kamar ibunya.

“Ada banyak yang ingin kutanyakan kepadamu”, jawab Wati yang tampaknya kini tengah mulai terbiasa tidak canggung lagi dengan Salima.

“Tanyakan saja apa yang ingin kau tahu”, kata Salima.

Setiap manusia yang lahir didampingi dengan jin qorin. Jin qorin akan selalu mengikuti manusia itu dari lahir sampai manusia itu kembali mati.

Tapi tidak semua jin-jin pendamping itu bersikap baik dan dekat dengan manusianya. Bahkan tidak sedikit jin-jin qorin itu menjadi setan-setan karena mereka mengikuti iblis sehingga sejalan dengan manusianya yang juga berpaling dari Sang Pencipta.

Hubungan antara manusia dengan jin qorinnya pun berbeda-beda tingkatannya.

Ada yang sama sekali tidak mengetahuinya, bahkan tahu adanya jin qorin pun juga tidak. Tapi ada yang tingkat hubungan antara manusia dengan jin qorinnya sangat dekat dan bahkan bisa menjadi satu.

Sama dengan apa yang terjadi dengan Wati yang bisa berjumpa dan berbicara secara langsung dengan Salima.

Bahkan Salima menuturkan ini baru awal permulaannya saja. Perjalanan Wati dengan Salima yang akan mereka tempuh bersama masih sangat lah jauh. Seperti apa yang Salima katakan kepada Wati,

“Wati kau adalah manusia dengan takdir yang telah dipilih. Perjalananmu denganku masih lah panjang dan berliku. Kau adalah manusia pilihan sang Pencipta”, terang Salima.

Seperti itulah kurang lebihnya pembicaraan antara Wati dengan Salima. Penjelasan demi penjelasan, keterangan demi keterangan disampaikan oleh jin pendamping itu menjawab pertanyaan-pertanyaan sang manusia.

***

Tidak terasa sore hari telah tiba. Wati harus bergegas untuk berangkat. Kalau sampai kemalaman ia tidak akan dapat kendaraan umum yang menuju ke kota tempatnya bekerja.

“Wati, berdirilah di belakangku”, pinta Salima.

Wati yang baru saja selesai memasukkan baju-bajunya ke dalam tas tanpa bertanya melakukan apa yang dikatakan oleh Salima dengan serius itu.

Wati berdiri di belakang Salima.

Datanglah seseorang yang tidak dikenal berpakaian serba hitam yang selonong masuk ke dalam rumah Wati tanpa permisi.

Orang asing berkumis tebal itu lantas mondar-mandir menyisir seluruh penjuru rumah seperti sedang mencari sesuatu.

Tidak selang berapa lama setelah orang yang berpenampilan layaknya dukun itu tidak mendapati apa-apa di rumah Wati orang itu pun pergi.

“Siapa orang itu?”, tanya Wati kepada Salima.

“Orang tadi adalah dukun murahan utusannya Bagio”, jawab Salima.

“Dia tidak bisa melihat kita. Dia hanya dukun amatir yang tidak lah sebanding denganku”, tambah Salima.

“Sepertinya Bagio masih mengincar mu”, kata Salima.

Senja yang begitu merah. Warna langit yang marah.

Wati pergi meninggalkan rumahnya sendiri yang hampir mencelakainya. Rasa-rasanya ini adalah untuk kali terakhir baginya menginjakkan kaki di kampung yang kini sudah berubah haluan tidak lagi aman untuk dirinya.

Dengan niatan si tuan tanah yang telah terbukti menghalalkan segala cara untuk mendapatkan Wati, kampung itu telah berubah menjadi ancaman bahaya yang nyata baginya.

Kenapa Wati tidak mengadukan pelecehan yang dialaminya kepada warga setempat atau melaporkannya kepada pihak yang berwenang?

Jawabannya sederhana seperti banyaknya korban-korban lain di luar sana seperti Wati yang tidak bisa berbicara.

Karena suara mereka tidak ada harganya, tidak mempan kalah dengan kekuatan kekuasaan.

Dibutuhkan bukti yang kuat, saksi yang tepat, dan pihak berwenang yang jujur untuk mewujudkan hukum yang adil.

Wati berjalan melalui gang-gang tikus yang lain untuk bisa sampai di jalan raya. Sapaan gerimis rintik-rintik dari sisa-sisa hujan yang belum sepenuhnya reda menyajikan jalanan yang masih basah dan sepi dengan pintu-pintu rumah yang rapat tertutup.

Dengan berjalan cepat dan menunduk menyembunyikan diri Wati sampai di jalan raya dengan selamat.

Beruntung tidak perlu menunggu lama. Wati tidak perlu lama-lama berdiri di pinggir jalan untuk menunggu datangnya bus besar datang.

Transportasi umum yang nyaman itu berhenti sesuai kehendaknya yang mengisyaratkan dengan tangannya. Wati pun lega bisa kembali lepas meninggalkan kampungnya.

Mulai hari ini perjalanan Wati tidak lagi sama seperti sebelumnya.

Sejak menerima Salima jin wanita pendamping dirinya. Wati mempunyai kemampuan-kemampuan khusus yang diperolehnya yang harus ia biasakan. Perubahan pada dirinya yang harus bisa ia kuasai dan ia kendalikan.

Wati kini bisa melihat hal-hal yang sebelumnya baginya tak kasat mata.

Perempuan yang masih dalam post trauma itu kini bisa merasakan keberadaannya di alam lain yang berbeda.

Di bus yang sedang ditumpanginya ini ia bisa melihat penumpang-penumpang lain yang bukanlah manusia. Wati bisa melihat perbedaannya dengan sangat jelas.

Jika dua matanya melihat kendaraan itu dalam kondisi yang bersih dan rapi, tidak dengan penglihatan mata batinnya yang bisa melihat keadaan dalam bus itu. Kursi-kursi usang yang dipenuhi bercak darah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!