Lewat tengah malam Wati dan Salima sampai di Museum Senjata.
Museum itu berada di tengah lapang yang luas. Bangunannya dikelilingi oleh taman bermain. Selain ada beberapa sarana bermain ada juga patung-patung hewan purbakala.
Penjagaan di museum itu sangat ketat. Sepadan dengan peninggalan sejarah yang ada di dalamnya. Dengan riwayat beberapa kali sempat mengalami kemalingan keamanan semakin diperketat.
Dengan mode astral projection Wati dan Salima leluasa masuk ke kawasan Museum Senjata. Para penjaga bersenjata di sana tidak melihat mereka.
Begitu sampai di depan gedung museum Wati dikejutkan dengan munculnya sosok jin raksasa. Awalnya Wati sempat mengira sosok itu hanyalah patung.
Sosok jin siluman berwujud manusia gajah. Tubuhnya besar dan kekar. Berkepala gajah dengan belalai panjang, telinga yang lebar dan dua gading yang runcing. Menghadang kedatangan Wati dan Salima.
“Mau apa kalian datang kemari?”,
“Apa kalian ingin mencuri?”,
“Langkahi dulu mayatku”, kata siluman gajah penjaga museum.
“Jangan berburuk sangka, kami datang ke sini karena sebuah undangan”, ucap Salima.
“Benarkah demikian?”,
“Siapa yang mengundang manusia ingusan dan kuntilanak tua?”, tanya siluman gajah meremehkan.
“Aku tidak akan memberi ampun jika kalian mencoba membodohiku”, ancam siluman gajah.
“Gaxbot yang mengundang anak manusia ini”, ucap Salima yang membuat siluman gajah terkejut.
Siluman gajah penjaga museum sejenak berpikir. Bagaimana mereka bisa tahu tentang nama itu?
“Dari mana kau tahu nama itu wahai kuntilanak tua?”, tanya siluman gajah.
“Aku sudah hidup jauh lebih lama darimu wahai siluman lemah, bahkan sebelum kau lahir”, balas Salima.
Gaxbot adalah nama pedang gaib yang berada di Museum Senjata. Manusia mengenalnya dengan sebutan pedang legenda.
Pedang itulah yang dilihat Wati di foto saat pameran. Dan alasan kenapa ia dan Salima datang kemari.
Gaxbot si pedang gaib. Hanya jin-jin tertentu yang tahu nama itu.
Siluman gajah penjaga museum lantas menyadari jika kuntilanak tua yang sedang berada di hadapannya itu bukanlah jin kaleng-kaleng.
“Tapi pedang gaib sudah lama tertidur”, ucap siluman gajah penjaga museum.
“Apa kau yakin?”, tanya Salima.
Tiba-tiba pintu museum yang begitu tinggi, lebar dan berat terbuka.
“Biarkan mereka masuk”, diiringi dengan suara menggelegar dari dalam museum.
“Itu suara pedang gaib”, kata siluman gajah.
“Kalau begitu kalian berdua masuklah”,
“Maafkan aku yang sempat meragukan kesaksian kalian”, tiba-tiba siluman gajah bertutur lebih sopan.
Selanjutnya Wati dan Salima masuk ke dalam museum.
Di dalamnya terdapat banyak benda-benda peninggalan leluhur dengan nilai sejarah yang tidak akan pernah bisa dibeli.
Selain senjata, di sana juga ada berbagai prasasti. Terdapat pula barang-barang zaman dahulu seperti peta perang dan miniatur bangunan zaman perjuangan.
Di dimensi lain atau dunia astral yang terdapat di dalam museum itu, terdapat juga banyak senjata-senjata. Senjata-senjata berkekuatan gaib.
Wati datang untuk itu.
Ada sebuah batu hitam besar yang mempunyai aura mistis yang sangat pekat. Di batu itu menancap sebuah pedang gaib. Senjata terkuat diantara yang terkuat.
Sebuah pedang berwarna hitam, bentuknya seperti keris. Terdapat ukiran-ukiran symbol di badannya. Pedang itu mengeluarkan aura kematian.
Itulah Gaxbot si Pedang Gaib.
“Kemarilah”, pedang itu benar-benar bisa berbicara.
“Mendekat lah kepadanya”, lirih ucap Salima.
Wati pun mendekati pedang itu.
“Aku sudah tidur sangat lama. Aku benar-benar menantikan untuk saat-saat seperti ini”,
“Untuk bertarung dan berjuang lagi”,
“Akhirnya takdir ku datang”, ucap Gaxbot si pedang gaib.
“Apa yang harus aku lakukan?”, tanya Wati.
“Cabut lah aku wahai manusia”,
“Setelah kau mencabutku dari batu ini, maka seterusnya aku akan ikut bersamamu”, terang Gaxbot.
Wati pun tanpa ragu mencabut pedang itu.
Yang ada di pikirannya sekarang, apa yang sedang terjadi kepadanya ini sungguh sangat keren seperti adegan di film-film kerajaan. Tapi ini benar-benar terjadi di dunia alam gaib yang nyata.
Hanya dengan sekali tarikan Wati berhasil mencabut pedang gaib dari tempat tidurnya. Sempat terjadi bunyi getaran hebat sesaat saat Wati berhasil mencabut pedang itu.
Wati hendak mengangkat pedang itu tinggi-tinggi untuk bergaya.
Tapi ternyata pedang itu berat. Sangatlah berat.
Berbeda dengan saat ia mencabutnya begitu saja dari batu hitam yang terasa sangat ringan.
“Untuk menguasaiku kau harus latihan dulu”,
“Tidak segampang itu”, ucap Gaxbot kepada Wati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments