Chapter 20

Padahal kami sudah berjalan di pinggir, tapi tetap saja ada orang yang tidak sabaran padahal kami juga begitu tapi tidak tersulut rasa tak sabaran.

Sebuah mobil melaju dengan cepat dan akan melewati lubang yang dipenuhi genangan air. Aku langsung inisiatif pindah dan menghalangi dia untuk tidak menghadap kearah mobil yang lewat disampingnya.

Aku langsung memegang kedua bahunya, membuat posisi seolah aku akan mengungkapkan perasaan ku padanya.

Mata kami saling melihat beberapa saat, hingga mobil itu melintas dan tubuhku terkena cipratan air.

Dia tahu, dia tahu aku melindunginya, tapi aku tidak tahu justru itu membuatnya berkaca-kaca melihatku. "Kamu gapapa?" Ucapku dengan suara yang pelan.

Untuk sejenak, biarkan aku melihatnya sekali lagi. Perasaan ini, momen ini, kenapa seperti sudah dirangkai agar aku bertemu dengannya? Sebenarnya... Dia siapa?

Aku merasa duniaku terhenti sejenak, ada perasaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya, yang ingin aku lindungi dirinya bahkan lebih dari segalanya.

Entah kenapa, perasaanku campur aduk melihat wajahnya yang seakan ingin menangis. Seperti aku pernah mengalami hal ini, tapi aku tidak ingat betul kapan itu terjadi.

Kenapa rasanya dunia ini tidak bergerak? Kenapa ini seperti memang sudah direncanakan? Apakah ia adalah gadis yang ku hindari atau harus ku dekati?

Dan ketika air matanya jatuh, aku mulai sadar, "Loh, kenapa?"

Aku melepaskan tanganku dari kedua bahunya dan ia mengusap pipinya. "Gapapa..."

Untungnya payung dia yang pegang, jadi kami tidak kehujanan. Jika aku yang memegangnya, mungkin sudah ku buang hanya untuk melindunginya dari percikan air tadi.

Suasana menjadi hening, kami jadi agak canggung untuk berbicara satu sama lain. Aku yang merasa bersalah karena membuat dia menangis, serta dia yang diam saja karena diselimuti kesedihan.

Entah apa salahku, padahal aku berniat untuk melindunginya saja. Tak terasa setelah mengheningkan cipta, kami akhirnya sampai di lorong kembang warna-warni.

"Kalo mau, ayo singgah dulu," Ajaknya padaku. Mengingat ini memang masih hujan deras, jadi aku putuskan untuk singgah saja kerumahnya.

Didalam rumahnya seperti rumah kebanyakan orang. Ada TV, patung kepala rusa yang tertancap di dinding ruangan, serta kipas angin.

Maksudku... Kenapa patungnya seakan melihatku? Itu sedikit mengerikan. Ia masuk kedalam kamarnya sebentar lalu membawakan pakaian untukku.

"Ini yah, pakai dan ganti di kamar mandi," Aku menerimanya dan buru-buru ke kamar mandi.

Aku mengutuk diriku sendiri, sebenarnya apa yang kulakukan? Kenapa aku seperti orang bodoh padahal selama hidup di dunia aku tak pernah seperti ini.

Ternyata dia memberiku jaket hoodie hitam dan celana training warna hitam juga. Aromanya harum, wangi parfum perempuan, kali ini aromanya buah stroberi.

Aku mengenakannya dan memang agak sempit, tapi tidak apa-apa daripada aku mengotori rumahnya dengan pakaian lusuhku.

Aku kembali ke ruang tamu dan mendapati bubur ayam serta kopi hangat. Sudah lama aku tidak menghirup aroma kopi hitam, ini benar-benar menenangkan jiwaku.

Dia juga sudah berganti pakaian dengan memakai celana jeans biru serta sweater berwarna merah.

Dia menguncir rambutnya, dan tanpa sadar aku menelan ludah ku. Apa ini? Apa yang kupikirkan? Itu adalah hal bodoh.

Aku memakan bubur buatannya, enak. "Ngomong-ngomong, kenapa masang patung rusa dirumah?"

Dia pun menjelaskan, "Ayah aku dulunya pemburu, dia suka bawain kami hewan yang dia tangkap dari buruan kayak rusa, keledai, babi, burung, ayam..."

Aku menelan ludah lagi mendengarnya, pemburu? Mungkin berbahaya jika aku berurusan dengan anaknya. Aku rasa aku harus segera menghabiskan makanan dan pulang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!