Chapter 18

Arga mengangguk lalu memegang bahuku dan bahu Reza, "Kalo gitu, nanti kabarin aja yah, bye~" Lalu Arga kembali ke kelasnya.

Reza sepertinya tidak enak karena aku ikut, tapi aku harus melakukannya agar hubunganku dengannya tidak asing.

Ditambah aku juga ingin pulang, aku ingin melihat bagaimana rumah Victor serta keluarganya. Kudengar dia adalah anak dari dokter dan perawat.

Aku mengambil motorku dekat gudang. Sial, motor Victor mogok entah kenapa sehingga aku tak bisa menghidupkannya.

Reza dan Arga yang melihatku membawa motor ke parkiran bingung. Aku pun menjelaskan jika motorku mogok ketika hujan kemarin secara tiba-tiba.

"Yaudah, ikut gue aja," Reza inisiatif mengajakku bersamanya.

Arga memberi saran padaku, "Disini ada tampal ban deket, anter aja kesana bentar,"

Aku menurut dan membawa motorku seorang diri ke tempat tambal ban sementara mereka berdua menaiki sepeda motor masing-masing.

Sampai disana, aku fokus mengurusi motorku yang mogok sampai tidak melihat mereka lagi. Lalu ketika aku selesai mengurusi motor, ternyata mereka telah pergi.

Reza dan Arga mengambil kesempatan itu untuk pergi dariku. Aku tahu, itu karena aku yang mendadak menjauh serta kembali mendekati mereka, wajar jika mereka merasa bahwa ada yang salah denganku.

Aku juga tak mungkin menjelaskan apa yang terjadi pada Victor kepada mereka. Lagipula, pada akhirnya aku harus melalui semuanya sendiri.

Aku berjalan seorang diri menyusuri jalan. Aku tinggalkan motorku karena kata tukang tambal ban baru bisa diambil besok. Tak lupa aku bertukar kontak dengan tukang tambal ban tadi.

Ketika sedang berjalan, Tiba-tiba turun hujan yang langsung membasahi tubuhku dan jalanan. Sial, mana aku tidak bawa payung.

Ketika aku hendak mengangkat tas ku di kepala, seorang gadis yang ku kenal memakai kan payung diatas kepalaku.

Dia tepat ada disampingku sekarang, perempuan yang sampai kini aku tidak tahu namanya meskipun dia terus berkeliaran di hidupku.

Aku terdiam sejenak melihat dia yang memayungi ku. Senyumannya yang bahagia bertemu denganku, entah mengapa aku merasa ada sesuatu yang tak bisa dijelaskan lewat kata-kata.

Perasaan berdebar karena seseorang yang ingin kukenal datang padaku dengan cara yang tak terduga, aku belum pernah merasakan ini sebelumnya.

Aku berusaha berbicara meskipun hatiku terus berteriak, "Kamu..."

"Kamu kok jalan sendiri? Motor kamu mana?" Tanya dia padaku.

Kami mulai berjalan dan entah mengapa aku sedikit canggung, "Oh.. Itu lagi dibenerin di bengkel, mogok soalnya,"

Dia mengangguk, "Rumah kamu dimana?"

"Rumahku... Kita satu komplek,"

Dia tersenyum senang mendengarnya, "Iya kah? Wah kok aku ga tahu yah?"

Aku tersenyum kecil, "Lorong kembang warna-warni, warna..."

Aku mencoba mengingat warna rumah Victor. Rumahnya dua tingkat, warna hijau dan dihalaman rumahnya dipenuhi tanaman yang asri.

"Iya! Rumah warna hijau, tahu?"

Dia berpikir sejenak setelah itu kaget ketika melihatku, "Oh... Rumah dokter kan? Banyak orang berobat ke sana, ada apotik juga. Wah.... Enah yah,"

Benar, orangtua Victor bekerja di bidang kesehatan. Ayahnya dokter sementara ibunya perawat, mereka cinlok di rumah sakit waktu masih muda.

Sebenarnya Victor itu orang kaya, sayangnya ia tidak memanfaatkan hal tersebut untuk mengenyam pendidikan lebih baik dan memilih mendekati perempuan yang ternyata bisa membuatnya meninggal.

Sebenarnya, perjalanan dari sekolah menuju rumah agak jauh. Kalau jalan kaki bisa sampai 15 menit, tapi tak masalah selama itu bersama seseorang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!