Sesampainya di gedung sekolah, aku memarkirkan motor didekat gudang sekolah yang tak memiliki aura mistis.
Aku berpikir, apakah aku tidur disini saja malam ini? "Oh iya, kamu mau tidur dimana?" Tanyaku pada Myah.
Myah agak panik, "Dirumah..."
"Aku kayaknya disini aja deh," Tunjuk ku pada gudang di hadapan kami.
Myah berjalan mundur sedikit dari gudang, "Kamu yakin mau tidur disini?" Dan aku mengangguk.
Aku mencoba membuka pintu, nyatanya terkunci. "Kayaknya ga bisa deh..." Aku akhirnya pasrah.
"Mending ke kelas aja dulu," Ajak Myah dan aku pun menyetujuinya. Koridor kelas agak gelap dan suasananya seperti bukan berada disekolah.
Kami ke UKS lagi karena jarak ke kelas kami agak lumayan jauh. Myah membuka jendela agar ruangan sedikit bercahaya.
"Coba lihat sekarang udah jam berapa?" Tanya Myah kepadaku. Aku membuka ponselku dan jam telah menunjukkan pukul 8 malam.
Sial nya, baterai ponselku hanya tersisa 1% dan Victor bahkan tak membawa charger. Aku masukkan ponselnya ke dalam tas dan memilih untuk istirahat saja.
Myah duduk disampingku yang sedang duduk diatas kasur. Kami menatap kearah luar, bulan purnama yang menjadi penerang kami.
Kami sengaja tidak menghidupkan lampu disini agar tidak ketahuan oleh orang lain. Bukan ketahuan berbuat hal yang tak senonoh, tapi kami akan diusir dan masalahnya aku belum tahu dimana rumah Victor, serta Myah takkan ada tempat tinggal selain disini.
Untuk membuat suasana sedikit ramai, aku menceritakan tentang diriku sendiri padanya, "Dulu sejak kecil, aku emang suka nyelamatin orang lain,"
Aku masih ingat waktu kelas 3 SD, ada anak perempuan yang sebaya denganku, dia hampir tenggelam di sungai dekat rusun— yang sekarang sudah terbakar.
Aku berhasil menyelamatkannya, sayangnya sandalnya hanyut sebelah. Meskipun begitu, ibunya bangga dan berterimakasih padaku karena telah berhasil menyelamatkan putrinya.
Kedua, waktu SD kelas 6, saat itu kelasku sedang olahraga dan kami para murid laki-laki bermain sepak bola dilapangan.
Dari kejauhan, aku tak sengaja melihat seorang murid perempuan yang sepertinya bukan berasal dari sekolahku, hampir ditabrak truk ketika sedang mengambil bola yang keluar dari area sekolah kami.
Waktu itu, Gilang menendangnya terlalu kuat hingga jatuh ke jalanan. Kebetulan gadis itu berjalan untuk menyeberang. Lampu lalu lintas yang berwarna merah saat itu, langsung jadi hijau tiba-tiba.
Aku yang khawatir keluar diam-diam untuk jaga-jaga, ternyata benar dugaanku, truk yang entah datang darimana langsung melaju kearah gadis itu.
Dengan sigap, aku menarik tangan gadis itu menariknya kedalam pelukanku, sehingga ia terhindar dari truk tadi. Bolanya terlempar agak jauh tapi berada di tempat yang aman, begitu juga gadis itu.
Posisi kami waktu itu seperti orang yang sedang berdansa. Aku masih ingat wajahnya yang lugu dan bengong karena melihatku yang tiba-tiba datang mendekapnya.
Saat itu, aku tidak berpikir apa-apa selain untuk menolongnya. Setelah kondisi aman, dia pamitan denganku dan menjelaskan dia memang bersekolah di SD lain.
Entah mengapa, aku merasa seperti pernah bertemu dengannya tapi aku sendiri juga tidak tahu di mana. Semenjak itu, teman-teman di kelas selalu membicarakan ku sikapku yang pemberani dan mereka memujaku habis-habisan.
Ibu tetangga pun pernah berkata, "Pengen deh punya menantu kayak Justin, pasti dilindungin terus," Dan ibuku hanya tertawa mendengarnya.
Anehnya, semenjak saat itu aku merasa menolong seseorang adalah kewajibanku. Dan tanpa sadar, aku juga berharap bisa bertemu dengan gadis yang ku bantu di jalanan waktu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments