Aku membuka pintu dan mendapati Myah yang sedang di tepi jendela. Aku berdiri disampingnya dan ternyata dia sedang melihat pelangi.
"Ternyata di nov— sini bisa ada pelangi juga," Aku hampir saja keceplosan bilang novel, akibatnya Myah menatapku bingung.
Aku terpaksa menyembunyikannya dengan berbicara hal lain, "Eh, mau makan apa? Bentar lagi malam nih,"
Jam telah menunjukkan pukul 6 sore, secepat itu. Myah berpikir sejenak lalu menjawab dengan gembira, "Seblak,"
Aku mengangguk dan mulai berjalan, "Yaudah, ayo," Myah berlari kecil dan berjalan disampingku, aku menyamakan langkah kaki ku dengannya agar dia tak merasa didahului.
Sesampainya di gerbang sekolah, aku baru ingat jika motorku mogok dan nampaknya sedikit rusak karena aku biarkan begitu saja tadi.
Dengan berat hati terpaksa aku mengajak Myah jalan kaki untuk keliling sekitar sekolah dan melihat-lihat jika ada tempat makan disekitar sini.
Saat agak jauh dikit dari area sekolah, dari kejauhan aku melihat seseorang yang mengendarai motor, yang wajahnya mirip dengan orang yang ku kenal.
Aku menatapnya dengan seksama dan panik jika itu adalah Reza, yang sekelas denganku. Bahaya jika dia tahu aku ada disini, aku harus menyembunyikan diri.
Karena didekat aku dan Myah ada pohon, aku memegang kedua bahu Myah dan mendempetkan tubuhnya ke pohon.
Salah satu tangan aku tempelkan ke pohon agar bisa menghalangi wajah kami berdua dari pandangan luar. Posisinya seolah sepasang kekasih sedang berciuman.
Aku menatap Myah yang mengulum bibirnya, "Diam yah, gaakan lama kok," Bisikku tepat disamping telinganya dengan lembut.
Untungnya, ketika Reza lewat dia tidak melihat kearah kami dan langsung melintas. Aku terpaksa melakukannya karena malas menjelaskan padanya, tapi aku rasa aku harus menjelaskannya pada gadis yang dihadapanku ini.
Aku terkejut ketika melihat wajah Myah yang memerah dan bibirnya yang ia tahan untuk tidak terbuka, ekspresinya tertekan dan gugup secara bersamaan.
Aku segera menurunkan tanganku baik dari bahunya dan pohon. Aku berjalan mundur sedikit dan sedikit takut ketika melihat ekspresi Myah seperti ini, antara ingin menangis tapi juga menahan malu, aku tak bisa menjelaskannya.
"Myah..." Padahal aku hanya memanggil namanya, ia menyuruhku berhenti bicara dengan jari telunjuknya yang tepat didepan bibirku.
"A-aku..." Myah mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan berjalan seorang diri tanpa bicara apapun lagi.
Aku yang bingung berjalan beriringan dengannya, "Kamu tadi kenapa?"
"Aku lapar," Katanya sambil membelakangi wajahku.
Beberapa langkah kemudian, akhirnya kami menemukan tempat makan yang menjual aneka menu masakkan Indonesia.
Aku rasa di novel ini juga masih ada makanan khas suatu negara, aku pikir makanannya pun akan fiksi ternyata tidak juga, masih ada makanan yang berasal dari dunia manusia asli.
Kami masuk kedalam tempat tersebut dan duduk berhadapan. Karena Myah ingin memesan seblak, maka aku juga memesan yang sama.
"Kamu minumnya mau apa?" Myah berpikir sejenak dan menjawab dengan gembira, "Es jeruk,"
Aku lalu memesan pesanan kami kepada pelayan. Sambil menunggu, aku menceritakan apa yang terjadi padaku ketika aku pingsan.
"Tadi aku mimpi pas lagi pingsan, ada cewek yang beneran mirip sama kamu. Aku ngiranya itu real karena beneran plek-ketiplek sama kamu, serius, makanya aku kaget ternyata itu cuman mimpi,"
Myah menahan tawa, "Mimpi apaan coba itu? Yang aneh-aneh?"
Aku langsung menepis omongan Myah, "Nggak kok, ceritanya kita ketemu di bis dan kenalan disana. Cuman aku ga ngajak kamu kenalan, kita jadinya cuman ngomong random aja,"
Myah terdiam mendengar ceritaku. Dia terpaku melihatku seolah aku menceritakan hal yang paling mengejutkan didunia ini.
"Beneran... Itu cuman mimpi?"
Aku mengangguk, "Iya emang cuman mimpi, tapi kayak real banget,"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments