Tak terasa sudah memasuki bulan Mei dan sebentar lagi kami akan liburan ke Raja Ampat. Sekarang sudah tanggal 25, aku beres-beres untuk menyiapkan apa saja yang akan kubawa kesana nanti.
Aku teringat akan novel yang sering ku baca, Chasing Her Feeling, sebuah novel romansa dan fiksi remaja namun sad ending, dimana karakter utama sang laki-laki meninggal akibat kecelakaan.
Meskipun begitu, aku suka membacanya karena aku jadi tahu bagaimana cara memperlakukan perempuan dengan baik. Andai aku juga punya seseorang yang kusukai, kurasa aku akan menerapkannya.
Aku memasukkan novel tersebut kedalam koper yang nanti akan aku baca disana. Setelah membereskan barang-barang, aku beristirahat sembari menunggu kepulangan kedua orangtuaku dari bekerja.
Baru saja ingin memejamkan mata, tiba-tiba suara heboh warga yang berteriak membuatku buru-buru keluar rumah dan melihat apa yang terjadi. Mereka semua berlarian dan sebagian ada yang membawa ember berisi air.
Entah apa yang terjadi, aku jadi ikutan berlari mengikuti mereka yang berlari kearah rumah susun yang tak terlalu jauh dari rumahku.
Begitu terkejutnya aku, ketika melihat jika rumah susun yang bertingkat tersebut kebakaran. Kobaran api yang begitu besar dan hampir menutupi seluruh bangunan, benar-benar terlihat seperti lautan api.
Beberapa ada yang keluar dengan selamat, namun juga ada yang terluka karena api itu benar-benar menyebar dengan cepat. Pemadam kebakaran tak juga datang padahal telah ditelepon oleh warga setempat.
Aku hanya bisa melihat, namun aku tergerak untuk masuk kedalam sana karena melihat seorang gadis sebaya yang nampaknya terjebak disana.
Aku segera berlari kesana tanpa menghiraukan teriakan dan larangan orang-orang. Namun, ketika aku berhasil menerobos masuk dan hendak menaiki tangga, aku tiba-tiba terpleset dan tubuhku perlahan-lahan jatuh ke lantai yang telah diselimuti kobaran api.
Sial, kenapa malah aku mati terbakar hanya untuk menyelamatkan orang? Apakah aku akan sungguhan mati disini karena menyelamatkan orang?
Entah apa aku akan mati atau tidak, tapi aku memejamkan mata, berharap aku diberi kesempatan untuk memperbaiki hidupku yang kalau kulihat aku selalu mengutamakan orang lain alih-alih diri sendiri.
Aku tak ingin merasakan panasnya api, aku berharap ini semua mimpi sehingga ketika aku terbangun aku tak terbakar. Tapi kurasa ini kenyataan.
Mungkin ini adalah akhir dari segalanya. Segala seluruh mimpiku dan keinginanku hilang ditelan kobaran api yang membara.
"Denger-denger banyak cewek cantik loh disana-"
"Bobby pikiran lu cewek mulu, kita tuh refreshing disana! Eh tapi boleh deh kalo bule, hehe,"
"Ngaca Ramzi! Lo juga kan?"
"Ada-ada aja. By the way gue pengen rasain gimana diving, katanya yang terkenal disana terumbu karang yah?"
"Iya Justin, gue juga pengen tuh diving, siapa tahu ada putri duyung kan?"
"Tahu-tahu ternyata dugong, Gilang,"
"Janganlah, tapi kalo dugong buat lo gue ikhlas kok, serius,"
"Yeuu!! Eh, foto nih cepetan,"
"Sabar Ramzi! Kaki gue lo injek noh!"
"Bobby lu bisa liat gak? Lu yang nginjek kaki gue!"
"Udah anak-anak, ayo foto bersama,"
"Tuh kan, bapak presiden jadi ngomong, haha,"
"Udah Gilang diem, ayo, satu, dua, cheese.."
Yah, semuanya hilang beserta harapan yang kami bangun bersama. Liburan untuk mengisi waktu sebelum masuk SMA, lenyap sudah.
"Victor, Victor! Oy!"
Aku terbangun karena seseorang membangunkanku. Entah aku dimana, tapi aku terkejut ketika melihat suasana kelas yang asing bagiku.
Seragam putih abu-abu yang indentik dengan seragam anak SMA, kelas yang ramai dengan siswa-siswi keluar masuk kelas, serta aku juga yang memakai seragam yang sama, membuatku bingung.
Ditambah lagi, ada orang asing yang duduk sebangku denganku, entah siapa dirinya, tapi di label namanya tertulis Reza Oktovian, nampak familiar dimataku.
"Kenapa lu? Eh ini udah istirahat, yuk keluar-"
Reza terdiam melihatku yang seperti orang linglung. Tapi serius, ini membingungkan. Apalagi ketika aku membaca label namaku sendiri, Victor Stone, bukan Justin Siregar.
"WC dimana?" Tanyaku pada Reza. Reza menjelaskan dimana WC berada dan aku segera keluar kelas menuju kesana.
Disana, aku mengunci pintu dan bercermin. Aku benar-benar amat sangat terkejut ketika melihat wajahku adalah wajah orang lain, bukan wajahku sendiri.
Apa maksudnya ini? Kenapa aku justru berada dalam raga orang asing yang bahkan aku sendiri tidak tahu aku dimana? Lalu, bagaimana dengan raga ku yang asli? Begitu banyak pertanyaan sampai aku sendiri tidak tahu ini nyata atau tidak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
banana198
Transmigrasi cowok? lanjut
2025-01-16
0