Enam Hari Kemudian
Sampai sekarang, Daisy memang belum punya teman kerja. Karenanya, Daisy sengaja melakukan pendekatan. Apalagi kebetulan, di pantry kantor sedang penuh karyawan.
Dengan semangat, Daisy menyapa semuanya. Daisy bersikap ceria sekaligus hormat kepada semuanya. Akan tetapi, sapaan Daisy barusan tidak ditanggapi dengan hal serupa atau setidaknya basa basi layak. Malahan semuanya kompak bubar meninggalkan pantry, tanpa terkecuali. Karena mereka yang awalnya sedang menyeruput kopi instan maupun akan membuat kopi instan, memilih tidak jadi melakukannya.
“S—senior! Kalian kenapa? Kenapa kalian meninggalkan aku begini? Memangnya aku salah apa?” bingung Daisy menatap sedih kepergian seniornya. “S—senior, ... aku buatkan kopi lagi yah, kayak kemarin!” serunya sambil melangkah buru-buru dan memang menyusul.
“Jangan dekat-dekat karyawan baru itu. Nanti nasib kita berakhir seperti Elena. Elena dipecat tidak hormat gara-gara karyawan baru bernama Daisy itu!”
Ucapan wanita paruh baya bertubuh gempal barusan, membuat langkah Daisy menjadi lebih pelan. Pandangan Daisy jadi nanar.
“Elena bahkan sampai dilabeli hitam oleh pak Athan. Dan itu mengancam masa depan Elena. Siapa sih, yang mau pakai karyawan dengan citra buruk akibat black list seperti yang pak Athan lakukan?”
“Bahkan gara-gara karyawan baru bernama Daisy itu, Elena nyaris berurusan dengan polisi! Ih, ngeri!”
Mendengar itu, Daisy yang tidak tahan langsung berteriak, “Wwwwwwwwooooooooooiiiiiiiii!”
Detik itu juga, dunia Daisy seolah menjadi berputar lebih lambat. Daisy mendapati para seniornya berangsur menoleh sekaligus menatapnya. Daisy menatapnya marah. Kemudian, dengan dada berdentam-dentam sekaligus bergemuruh, seolah di dalam sana tengah ada badai, Daisy sekuat tenaga.
Senior Daisy sempat berpikir bahwa karyawan baru yang tengah menjadi bahan gibah mereka, akan menyera.ng mereka. Namun, nyatanya mereka salah. Karena Daisy yang lari kencang, melewati mereka begitu saja.
“Dasar aneh!” cibir semuanya masih bersuara lirih.
Daisy yang lari memasuki ruang kerjanya, tak hanya berakhir di ruang kerjanya. Karena ia juga menerobos ruang kerja Athan tanpa permisi.
Athan yang awalnya duduk tenang layaknya patung, dengan sebuah pena di tangan kanannya, berangsur menatap Daisy.
“Jelaskan kepadaku, ... kenapa para seniorku sampai membullyku?! Mereka tidak mau dekat-dekat denganku karena mereka takut bernasib sama seperti Elena!” lantang Daisy.
“Sebenarnya ada apa? Ini enggak adil karena dari kemarin, kalian selalu memarahiku dengan alasan tak masuk akal!” lanjut Daisy.
Athan yang awalnya menyimak dengan tenang, berangsur menghela napas dalam. Tatapannya menunduk untuk beberapa saat, sebelum ia kembali fokus menatap kedua mata Daisy. “Daisy, ... ada tiga kemungkinan ketika kita memasuki dunia kerja. Pertama, teman kerja baik tapi bos kurang baik. Kedua, teman kerja kurang baik, tapi bos baik. Sementara yang ketiga, teman kerja dan bos baik, tapi gajinya jauh dari UMR. Paham? Enggak semua hal bisa sesuai harapan kamu. Karena jangankan mengubah pikiran mereka buat sesuai kamu, kamu saja enggak bisa mengubah diri kamu untuk menjadi orang yang lebih baik.”
Balasan Athan yang syarat perhatian membuat Daisy termenung. Dengan kata lain, Athan tidak mungkin membuat senior Daisy bisa menerima Daisy.
“Jangan membuatku memarahi mereka lagi. Karena mulai sekarang, siapa pun yang melukaimu pasti akan berhadapan denganku!” tegas Athan sambil kembali fokus pada dokumen yang tengah ia urus.
“Lagi?! Bos Athan beneran ngefans ke aku, apa bagaimana?!” panik Daisy dalam hatinya.
Mendengar itu, wajah tampan Athan yang kembali terlihat suram, berangsur terangkat. Tatapannya mengendus kedua mata Daisy yang langsung jelalatan tan bisa diam. Kedua mata Daisy jadi sibuk berusaha menghindari tatapannya.
“Kenapa masih mikir aku ngefans ke kamu, sementara sebelumnya, aku sudah mengajakmu menikah?” tanya Athan.
“L—lah ... kan Bos tahu, aku sudah punya tunangan!” balas Daisy yang menyadari, jantungnya jadi berdetak sangat cepat.
“Buat apa kamu mengorbankan masa depan kamu buat Dimas? Apa bagusnya? Dari segi pekerjaan? Dari segi fisik? Dari segi sifat bahkan sekadar sikap?” sergah Athan. “Dia itu minus, loh!”
“Kamu jangan berpikir kasihan ke dia yang hanya tukang siomay dan tukang bangunan. Kamu khawatir dia enggak dapat jodoh karena semua wanita pasti akan memburu laki-laki sukses, tampan, kaya, perhatian, bos, sepertiku!” lanjut Athan.
“Eh ... ujung-ujungnya bos Athan promosi diri sendiri,” batin Daisy sambil melirik sang bos.
Athan yang mendengar itu, jadi agak kikuk. Ia mengenyah-ngenyahkan tangan kirinya, mengusir Daisy layaknya tengah mengusir lalat.
“I—ini, apa lagi?” batin Daisy bingung, meski ia sudah curiga bahwa maksud tangan kiri Athan, malah tengah mengusirnya.
“Pergi dari hadapanku, jika kamu tetap tidak mau menikah denganku!” tegas Athan malas tanpa sedikit pun melirik Daisy. Hingga ia tidak melihat jika ucapannya sampai membuat Daisy melotot.
“Tapi aku enggak dipecat, kan, Bos?” sergah Daisy refleks melangkah menghampiri Athan.
Athan yang menyadari kedatangan Daisy, jadi mengawasi langkah Daisy untuk beberapa saat. Wanita berisik itu membiarkan kedua kakinya melangkah buru-buru. Kemudian, sambil menatap saksama kedua mata Daisy, ia berkata, “Kalau kamu sampai nikah sama si tukang siomay, aku enggak berpikir ulang buat pecat kamu. Aku bahkan akan mengirim malaikat mau buat cabut nyawa tukang bangunan itu!” tegasnya yang kemudian berkata, “Ini bukan gertakan. Karena mulai sekarang, kamu milikku! Malam ini juga orang tuaku akan ke rumahmu!”
“H—heh! Eng—enggak bisa begitu dong, Bos! Apaan, enggak ... enggak mau. Aku maunya nikah sama tunanganku saja!” kesal Daisy tak segan memasang wajah jengkel kepada Athan.
“Aku curiga, jangan-jangan, kamu sudah dipelet sama tuh tukang siomay. Apalagi yang aku tahu, kamu enggak cinta ke dia!” ucap Athan serius dan masih berucap dengan tutur kata yang sangat sopan.
Hanya saja, Daisy yang telanjur syok dengan perubahan drastis Athan, memilih pergi tanpa pamit. Daisy bahkan tidak melanjutkan obrolan mereka yang belum selesai.
••••
Pulang kerja, meski Daisy tidak mau diantar, Athan kembali memaksa. Pria itu kembali menggunakan kuasanya untuk membuat Daisy tunduk kepadanya.
Walau sepanjang kebersamaan suasana mirip kuburan lantaran Athan bahkan Daisy kompak diam. Pada akhirnya Daisy tidak bisa untuk tidak syok sesampainya mereka di depan rumahnya.
Mobil mamanya Athan ada di depan rumah Daisy. “Serius, orang tua Bos Athan beneran datang. Masa iya, beneran? Masa iya, Bos Athan nekat padahal aku sudah punya tunangan? Atas dasar apa? Kenapa tiba-tiba banget?! Bukankah sebelumnya dia anti ke aku?!” batin Daisy yang kemudian sengaja menyikapi Athan dengan dingin. “Tolong, Bos! Jangan dilanjutin biar hubungan kekeluargaan keluarga kita baik-baik saja!” tegas Daisy, yang memilih turun dan meninggalkan Athan begitu saja.
Acara yasinan dan tahlilan untuk pak Maryo memang masih berlangsung. Malam ini menjadi malam ke tujuh.Dengan kata lain, malam ini akan menjadi malam terakhir yasinan maupun tahlil digelar. Selain itu, selama itu juga, biasanya pak Rain dan Athan datang. Namun khusus malam ini, ibu Hasna mamanya Rain juga ada di sana. Orang tua Athan menemani ibu Syifa menjamu para tetangga yang akan ikut yasinan sekaligus tahlilan.
“Masa iya, beneran? Masalahnya, itu kenapa bos Athan berubah mendadak? Apa jangan-jangan karena kematian ayah?” pikir Daisy mau tidak mau, sungkem kepada orang tua Athan. Apalagi, ibu Syifa sudah langsung menuntunnya. Ibu Syifa yang kali ini memakai jilbab hitam, sampai mendelik memberi Daisy kode keras.
Athan yang mirip patung hidup dan terus mengikuti di belakang Daisy, juga berangsur menyalami tangan orang tuanya. Tak lupa, Athan juga menyalami tangan ibu Syifa, dengan takzim.
Oh iya, selama acara yasinan dan tahlilan untuk pak Maryo, Dimas hanya sesekali datang. Itu saja waktunya tidak pasti. Karena Dimas lebih sering datang setelah acara sudah selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Erina Munir
beehh..dimas laki2 ga g
jentel aja d mauin..apa istimewanya siih...dimaas..dri segi apa coba enak diliat daisy... pikir lgi deh coba
2024-07-14
0
Hilmiya Kasinji
Dimas oh Dimas
2024-06-26
0
Yandri Tefi
dimas takut peletnya luntur ya ka othor 😁😁😁🤣
2024-06-19
0